Jumat, 04 Maret 2011

bahasa keakraban tionghoa di kota Jambi


Bahasa Keakraban Tionghoa kota jambi
            Bahasa keakraban adalah bahasa yang di gunakan di kalangan atau di lingkunga keluarga dekat dan juga sahabat dekat. Bahasa ini di pakai jika tidak ada lawan bicara di antara bahasa suku lain, maka dari itu bahasa ini menjadi bahasa khusus suatu kelompok yang biasanya tidak di mengerti oleh kelompok lain. Bahasa keakraban ini tentu saja berasal dari daerah asal masing-masing di Cina yang di pakai untuk kalangan sendiri.[1]
            Khususnya di Kota Jambi ini Orang Tionghoa atau orang Cina totok dan peranakan kelas bawah menggunakan bahasa daerah setempat atau bahasa melayu sebagai bahasa keakrababnya, hal ini hanya untuk golongan kelas bawah sedangkan golongan kelas atas atau elit masih menggunakan bahasa daerahnya. Hal ini terjadi di karenakan orang Cina totok ini tak kala miskin datang ke Hindia Belanda, mereka menjadi pedagang eceran yang membuat mereka dekat dengan kaum pribumi. Tetapi ketika mereka mempunyai keturunan bahasa daerahnya sebagai bahasa keakraban yang digunakan di antaranya. Sedangkan golongan elit tidak menggunakan basaha setempat di karenakan mereka jarang berhubungan langsung dengan masyarakat pribumi maka dari itu bahasa daerahnya sebagai bahasa keakrabannya. Tetapi lambat laun yang di sebabkan kemajuan kota Jambi dan banyaknya pendatang dari berbagai daerah membuat golongan elit pun memakai bahasa melayu dalam keakrabannya yang menggabungkan bahasa daerahnya dengan bahasa setempat.[2]
            Jadi menurut penulis bahasa keakraban yang di pakai oleh orang Tionghoa ini samalah dengan bahasa keakraban yang di pakai oleh daerah-darah yang ada di Jambi ini. Contohnya bahasa daerah sarolangun. Tebo, Kerinci, dll. Bahasa ini di gunakan di antara mereka saja ketika tidak ada lawan bicara di antara mereka. Maka dari itu janganlah mengaggap bahwa bahasa Cina adalah bahasa asing.


[1] Gungwu,wang. Cushman,Jennifer. 1991.Perubahan Identitas Orang Cina di Asia Selatan. Pustaka Utama Grafiti. Hal.134
[2] Wawancara. Thu-sin. Tehok. 9 September 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar