Sabtu, 16 Februari 2013

Perbandingan Teori Piace dan Vogotsky Tentang Perkembangan Otak Manusia


      Perbandingan Teori Piace dan Vigotsky Tentang Perkembangan Otak Manusia
Oleh: Satriyo pamungkas

Psikologi Swis, Jean Piaget merancang sebuah model yang mendiskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget (1954) cara-cara berfikir terntentu yang cukup mudah bagi orang dewasa, tidak semudah itu bagi anak-anak (Woolfok,2009:49). Untuk mengembangkan agar manusia menjadi matang tidak cukup bila ia hanya dilatih, tetapi juga harus dididik. Siswa harus dididik untuk realis, mengakui kehidupan yang multi-dimensional, tidak seragam, dan menghayati kebinekaan yang saling melengkapi demi persaudaraan yang sehat, menghargai hak dan kewajiban sosial yang saling solider ( Sidhunata, 2001).
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. menurut Piaget teori belajar kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan demikian bertambahnya umur sesorang, maka makin komplekslah susunan syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya (Budiningsih,2008:34). Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitif. Piaget menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
            Piaget menjelaskan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasankan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru, keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
            A. Prinsip Dasar Teori Piaget
            Piaget menjelaskan bahwa intelegensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungannya. Contoh, manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin, manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa, manusia juga tidak mempunyai keahlian untuk memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian, kendaraan, dan teknologi lainnya. Sementara faktor yang dalam perkembangan teori belajar kognitif pada proses pembelajaran yaitu :

            a. Fisik
            Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
            b. Kematangan
            Kematangan sistem saraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik.
            c. Pengaruh sosial
            Proses pengaturan diri dan mengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmaniyang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
            d. Aspek Intelegensi
            Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokan dunia kedalam mental framework-nya sendiri. Struktur kognitif yang dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkunganya dan menginterprestasikannya, mereorganisasikannya  serta mentrasfortasikannya.
B. Tahapan-Tahapan Perkembangan Kognitif
            Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahapan-tahapan perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahapan-tahapan ini bersifak hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahapan kognitifnya. Piaget membagi tahapan-tahapan perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
            Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Kemampuan yang dimilikinya antara lain :
            a. Melihat dirinya sendiri berbeda dengan objek di sekitarnya
            b. Mencari ransangan melalui sinar lampu dan suara
            c. suka memperhatikan sesuatu lebih lama
            d. mendifinisikan sesuatu dengan memanipulasi
            e. memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
2. Tahap Preoperasional (umur 2-8 tahun)
            Ciri pokok perkembangan pada tahapan ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Karakteristik tahapan ini adalah :
            a. Self Counter sangat menonjol
b. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
c. Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.
d. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk criteria yang benar.
e. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
3. Tahap Operasional Kongret (umur 8-12 tahun)
            Ciri pokok perkembangan pada tahapan ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan di tandai adanya teversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat kongrit. Operasional sendiri menurut Budingsih (2008:38) adalah tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambar-gambar yang ada di dalam dirinya, karena kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi kedalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif, taraf berfikir seperti ini sudah dapat dikatakan maju. Untuk menghindari keterbatasan berfikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan atau masalah.
4. Tahap Operasional Formal (umur 12-18)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berfikir “kemungkinan”  dengan menarik kesimpulan, menafsirkan dan menggambarkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a. Bekerja secara efektif dan sistematis
b. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
c. Berpikir secara proporsional
d.Menarik generalisasi secara mendasar pada satu maca isi. (Budingsih,2008:37-39)
            Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Menurut Budiningsih (2008:36) proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya. Proses inilah yang disebut ekuilibrasi yang menurut Piaget (woolfok,2009:52) mengorganisasikan, mengasimilasikan, dan mengakomodasikan dapat dipandang semacam tindakan penyeimbangan yang kompleks. Dalam teorinya perubahan-perubahan actual dalam berpikir terjadi melalui proses equilibration tindakan untuk mencari keseimbangan. Secara singkat proses ekuilibrasi bekerja seperti ini, bila kita menawarkan skema tertentu pada sebuah kejadian atau situasi dan skema itu terjadi. Bila skema itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan, maka menjadi tidak nyaman.
            Tahap belajar yang di alami seoarang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dalam proses belajar yang di alami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap preoperasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif para muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut (Budiningsih, 2008:36).
 Secara umum penulis menyimpulkan teori kognitif Piaget adalah perubahan persepsi atau pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat di amati dan di ukur, proses berpikir anak berdasarkan faktor genetik semakin bertambah usia maka bertambah pula pemahaman anak. Asumsi teori Piaget ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya, dan proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi yang di sampaikan beradaptasi dengan struktur kognitf yang telah di miliki anak atau seseorang.
Teori Belajar Vygotsky
            Seperti yang telah di uraikan di atas mengenai teori belajar Bruner dan teori belajar Vygotsky adalah sama, perbedaanya terletak pada individu dan budaya di lingkungan. Pandangan Vygotsky meyatakan bahwa budaya membentuk perkembangan kognitif dengan menentukan apa dan bagaimana anak akan belajar tentang dunia. Vygotsky percaya bahwa aktivitas manusia terjadi dalam setting cultural dan dapat dipahami secara terpisah dari setting tersebut. Salah satu ide kuncinya adalah struktur-struktur dan proses-proses mental kita dapat ditelusuri dari interaksi kita dengan orang lain, Vygotsky menekankan peran dialog kooperatif antara anak dan anggota-anggota yang lebih berpengetahuan luas di masyarakat pada perkembangan anak. Anak-anak belajar budaya dari komunitasnya (cara berpikir dan berprilaku) melalui interaksi-interaksi tersebut (Woolfok,2009:68).
Vygotsky juga berasumsi bahwa setiap fungsi perkembangan anak muncul dua kali. Pertama di tingkat sosial dan kemudian di tingkat individual. Vygotsky percaya bahwa alat-alat cultural, termasuk alat material (seperti pencetak, bajak, penggaris, sampoa, computer, dan internet) dan alat-alat psikologi (seperti symbol, isyarat, peta, karya seni, kode, dan bahasa) memainkan peranan penting dalam perkembangan kognitif. Vygotsky percaya juga bahwa semua proses mental seperti penalaran, pemahaman, dan mengatasi masalah dapat diselesaikan dengan menggunakan alat-alat baik itu cultural maupun psikologi (Woolfok,2009:70). Dengan adanya pertukaran isyarat, symbol, dan penjelasan ini, anak-anak mulai mengembangkan sebuah kotak perkakas cultural untuk memahami dan belajar tentang dunia (Wertsch,1991).
            Sementara bahasa dapat mengakibatkan perkembangan kognitif anak karena ia telah menyediakan cara untuk mengekspresikan ide dan melontarkan pertanyaan, kategori konsep untuk berpikir, dan kaitan antara masa lampau dan masa depn. Bahasa membebaskan kita dari situasi saat ini untuk memikirkan tentang apa yang sudah dan mungkin akan terjadi (Driscoll,2005). Bila kita lakukan studi lintas budaya, kita akan melihat bahwa budaya-budaya yang berbeda membutuhkan dan mengembangkan alat-alat bahasa yang berbeda.
            Lebih jauh lagi Vygotsky mengatakan bahwa guru perlu melakukan lebih dari sekedar menata lingkungan sedemikian rupa agar siswa dapat menemukan sendiri. Anak-anak tidak dapat dan seharusnya tidak diharapkan untuk menemukan kembali pengetahuan yang sudah tersedia di budayanya. Sebaliknya, mereka seharusnya dibimbing dan dibantu dalam belajar. Jadi Vygotsky melihat guru, orangtua, dan orang dewasa lainnya berperan sentral bagi belajar dan perkembangan anak (Woolfok,2009:83).
            a. Peran Belajar dan Perkembangannya
            Vygotsky percaya bahwa belajar adalah sebuah proses aktif yang tidak harus menunggu kesiapan. Faktanya, belajar yang di organisasi dengan baik menghasilkan perkembangan mental dan memulai berbagai proses perkembangan sehingga mustahil dipisahkan dari belajar. Ia melihat belajar sebagai alat dalam perkembangan, belajar menarik perkembangan naik ketingkat yang lebih tinggi dan interaksi sosial adalah kunci dalam belajar, ini berarti orang lain termasuk guru, memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan kognitif.
            b. Bahasa dan Keanekaragaman Budaya
            Secara umum, budaya mengembangkan kata-kata untuk konsep-konsep yang penting untuk mereka, setiap Negara memiliki bahasa untuk menyebutkan sesuatu hal ataupun warna. Bahasa berubah dari waktu ke waktu untuk mengidentifikasi kebutuhan dan nilai budaya yang berubah seiring berjalannya waktu sampai abad sekarang ini. Vygotsky member tekanan besar pada belajar dan bahasa dalam perkembangan kognitif. Ia percaya bahwa berpikir itu bergantung pada bicara, pada makna pikiran, dan pada pengalaman sosiokultural anak (Woolfok,2009:72).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar