MODEL PENCAPAIAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
OLEH: SATRIYO PAMUNGKAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Guru
sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi,
mempunyai peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar untuk
membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan
boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini terletak
ditangan guru.
Oleh
karena itu proses belajar mengajar yang dibabaki oleh guru tidak akan pernah
tenggelam atau digantikan oleh alat atau lainnya. Dizaman modern yang ditandai
oleh kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi telah merambah seluruh sektor
kehidupan. Produk iptek telah menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih
praktis dan lebih mudah, sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan
diperoleh saat ini dengan mudah dapat segera diwujudkan termasuk didalam dunia
pendidikan produk teknologi telah menjadi guru kedua bagi anak.
Selain
dari pada itu, pendidikan yang hanya menggunakan metode-metode lama yang mana
guru hanya menerangkan dan memberi tugas kepada siswa, yang membuat siswa
bosan, akhirnya proses belajar-mengajar menjadi tidak menarik dan membosankan,
yang akhirnya tidak ada kemajuan didalam dunia pendidikan. Oleh karena itu
perlu adanya model-model pembelajaran yang dijadikan pedoman untuk guru agar
proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya mampu membentuk anak
didiknya karena kedewasaan seperti yang diharapkan.
Slameto
(2003:64) berpendapat bahwa metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Hal tersebut dapat saja
terjadi apabila guru kurang persiapan, kurang menguasai materi atau saat
menyajikan materi pelajaran kurang menarik. Penerapan model pembelajaran
pencapaian konsep tentu saja dapat menjadi salah satu solusi efektif guna
meningkatkna kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
Hal
tersebut diyakini dengan teori dari Joyce, Weil dan Calhoum (2009) bahwa model
pencapaian konsep dapat diterapkan pada dimensi dalam belajar.
Berdasarkan
uraian tersebut diatas, maka penulis berlatih untuk mengangkat masalah model
pembelajaran pencapaian konsep pada mata pelajaran fungsi, yang kemudian
penulis jadikan judul dari makalah ini, yaitu. Pembelajaran model pencapaian
konsep pada mata pelajaran fungsi.
Berdasarkan
uraian tersebut diatas, maka penulis berlatih untuk mengangkat masalah model
pembelajaran pencapaian konsep pada mata pelajaran fungsi, yang kemudian
penulis jadikan judul dari makalah ini, yaitu. Pembelajaran model pencapaian
konsep pada mata pelajaran fungsi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut diatas maka secara garis besar masalah yang akan penulis
angkat didalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran model
pencapaian konsep?
2. Sebutkan tujuan-tujuan penggunaan model
pencapaian konsep?
3. Bagaimana merencanakan pelajaran menggunakan
model pencapaian konsep?
4. Fase-fase apa saja yang digunakan dalam
pembelajaran model pencapaian konsep?
C. Tujuan
Penulisan
Menjelaskan
model pembelajaran pencapaian konsep dapat di pergunakan oleh guru dalam mata
pelajaran sejarah kelas x.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Pembelajaran
Menurut
Sanjaya (2008:27) pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak
di pakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak di
pengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik yang menempatkan siswa
sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah pembelajaran juga dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi yang di asumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan
cetak, program televise, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu
mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam
belajar mengajar. Penggunaan kata pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan
kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan peranan siswa sebagai subjek
belajar, selaras dengan pendapat Sukmadinata (2004:149) bahwa pembelajaran
lebih di arahkan pada kegiatan yang sengaja di ciptakan guru agar siswa
belajar.
Hamalik
(2007:57) bahwa secara lengkap pembelajaran di artikan sebagai “suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang paling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Manusia
yang terlibat dalam dalam pembelajaran disini adalah siswa dan guru dan tenaga
lainnya, material meliputi buku-buku, papan tulis, media, dll, fasilitas dan
perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual juga computer,
prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar,
ujian dan sebagainnya.
Bruce
(Sanjaya,2007:274) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran
:
1.
Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk
atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengantar lingkungan ini
dimaksudukan menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan
penggunaan fakta.
2.
Berhubungan dengan pengetahuan yang harus dipelajari pengetahuan tersebut
adalah pengetahuan fisis, yaitu pengetahuan akan sifat-sifat fisis suatu objek
itu berinteraksi suatu dengan yang lainnya, pengetahuan fisis diperoleh dengan
pengalaman indera secara langsung, pengetahuan sosial berhubungan dengan prilaku
individu dalam suatu sistem sosial atau hubungan antara manusia yang dapat
mempengaruhi interaksi sosial dan pengetahuan logika yang berhubungan dengan
berpikir matematis, yaitu pengetahuan yang di bentuk berdasarkan pengalaman
dengan suatu objek dan kejadian tertentu.
3.
Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial, dimana anak
berinteraksi dan berkomunikasi, berbagai pengalaman dan lain sebagainnya, yang
memungkinkan mereka berkembang secara wajar.
Sanjaya
(2007:275-278) proses pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.
Siswa memiliki peran sebagai objek, dimana siswa memegang peranan utama
sehingga dalam seting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas
secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dalam proses
belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat kegiatan, dengan maksud
untuk membetuk watak, peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.
Pembelajaran perlu memperdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai
kopetensi yang diharapkan.
2.
Pembelajaran adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan kepada proses
mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksii individu dengan
lingkungan. Dalam pembelajaran berfikir proses pendidikan di sekolah tidak
hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi
yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri (self regulated).
3.
Proses pembelajaran adalah memahami potensi otak. Pembelajaran berfikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Kedua belahan otak, baik otak
kiri dan kanan perlu dikembangkan secara optimal dan seimbang.
4.
Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat, dimana belajar adalah proses yang
terus menerus yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
Dari
penjelasan diatas dapatlah di jelaskan bahwa secara keseluruhan dalam proses
pembelajaran harus ada ketertiban siswa secara aktif dan guru yang kreatif
sehingga pembelajaran berlangsung dengan menyenagkan, lebih jauhnya perolehan
prestasi belajar siswa meningkat dengan baik yang pada akhirnya berpengaruh
besar terhadap peningkatan kualitas bangsa secara keseluruhan. Pendidikan tidak
lagi menjadi kambing hitam yang menyebabkan keterpurukan bangsa, namun
sebaliknya dapat mengankat harkat dan martabat bangsa Indonesia.
B. Model
Pembelajaran
Ada beberapa istilah yang
cenderung tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan, model dan
metode pembelajaran, Sukmadinata (2004:229) menyebutkan bahwa :
Pendekatan
pembelajaran mempunyai lingkup yang lebih luas, melihat pembelajaran sebagai
proses belajar siswa yang berkembang untuk mencapai tujuan perkembangannya.
Model pembelajaran lebih sempit, melihat perkembangan sebagaii desain untuk
mencapai tujuan belajar yang lebih spesifik. Metode pembelajaran lebih sempit
lagi, berfokus kepada proses belajar mengajar untuk bahan ajaran pembelajaran
tertentu yang terbatas.
Sukmadinata
(2004:209) “Model pembelajaran adalah yang memungkinkan siswa berinteraksi
sehingga terjadi perubahan perkembangan pada diri siswa“. Sedangkan Joyce&
Weil (2000:13) menyebutkan bahwa model mengajar adalah suatu diskripsi dari
lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan belajar, buku-buku pelajaran,
buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui computer.
Jadi, model pembelajaran merupakan pola umum kerangka konseptual yang digunakan
dalam melakukan suatu aktivitas pembelajaran.
Sedangkan menurut Winataputra
(1994) Model pembelajaran dapat di artikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktifitas belajar mengajar.
C. Model Pencapaian
Konsep
Joyce dan Weil
(Aunurrahman,2008:114) model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang
di ransang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat
dipelajari secara tepat dan efisien. Model ini memiliki pendangan bahwa para
siswa tidak hanya di tuntut untuk mampu membentuk konsep melalui proses
pengklasifikasikan data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan
konsep dengan kemampuan sendiri.
Pembelajaran model pencapaian
konsep adalah suatu strategi mengajar bersifat induktif didefinisikan untuk
membantu siswa dari semua usia dalam memperkuat pemahaman mereka terhadap
konsep yang dipelajari dari melatih menguji hipotesis. Model tersebut pertama
kali diciptakan oleh Joyce dan Weil (dalam Gunter, Este, dan Schwab, 1990:
1972) yang berpijak pada karya Bruner, Goodnow, dan Austin. Model pencapaian
konsep bermanfaat untuk memberikan pengalaman metode sains kepada para siswa
dan secara khusus menguji hipotesis.
Ada dua peran pokok guru dalam
pembelajaran model pencapaian konsep yang perlu diperhatikan, adalah, (1).
Menciptakan suatu lingkungan sedemikian hingga siswa merasa bebas untuk
berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan atau ejekan, (2).
Menjelaskan dan mengilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu
seharusnya berlangsung, membimbing siswa dalam proses itu, membantu siswa
menyatakan dan menganalisis hipotesis, dan mengartikulasi pemikiran-pemikiran
mereka.
Dalam membimbing aktifitas itu
tiga cara penting yang dapat dilakukan oleh guru. Pertama guru mendorong siswa
untuk menyatakan pemikiran mereka dalam bentuk hipotesis, bukan dalam bentuk
observasi. Kedua guru menuntun jalan pikiran siswa ketika mereka menetapkan
apakah suatu hipotesis diterima atau tidak. Ketiga guru meminta siswa untuk
menjelaskan mengapa (Why) mereka menerima atau menolak suatu hipotesis.
Sedangkan Dorin, dan Gabel (1990)
menyatakan model pencapaian konsep sebagai seperangkat prosedur yang berurutan
untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media dan
evaluasi. Model dapat berupa skema, bagan, gambar, dan tabel. Model dapat
membantu kita melihat kejelasan keterkaitan secara lebih cepat, utuh,
konsisten, dan menyeluruh. Hal ini dapat disebabkan suatu model disusun dalam
upaya mengkongkretkan kaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar
dan tabel.
Model pembelajaran pencapaian
konsep atau concept attainment merupakan salah satu bagian dari model
pengolahan organisasi ( the infortion processing family). Model ini merupakan
model pembelajaran yang di rancang untuk menata atau menyusun data sehingga
konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien.
Model pencapaian konsep merupakan
suatu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan induktif siswa tidak
disediakan rumusan suatu konsep, tetapi mereka menemukan konsep tersebut
berdasarkan contoh-contoh yang memiliki penekanan terhadap ciri-ciri dari
konsep itu. Model pembelajaran pencapaian konsep ini dimulai dengan penulisan
nama suatu konsep, berikut ciri-ciri model pencapaian konsep menurut
Naylor& Diem (1987;223-225) menguraikan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menunjukan serangkaian contoh dari konsep yang akan dipelajari secara
berurutan.
2.
Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menguji contoh dan bukan contoh serta
menduga aturan atau konsep.
3.
Menegaskan dan menjelaskan nama dan defenisi atau rumusan suatu konsep.
4.
Menunjukan contoh-contoh kemudian meminta siswa untuk mengklasifikasikan dan
menayangkan “mengapa mereka mengklasifikasikan seperti itu”?
5.
menguji pemahaman siswa tentang konsep berdasarkan contoh-contoh yang mereka
buat sendiri.
Mengurutkan
contoh secara sistematis merupakan bagian kegiatan pembelajaran yang sangat
penting dalam pencapaian konsep. Cara ini akan mempengaruhi bagaimana siswa
memperoleh data, karena dengan menunjukan sesuatu yang tidak termasuk contoh
membantu siswa mengidentifikasikan ciri-ciri penting yang dimiliki suatu
konsep.
Jarolimek&
Parker (1993;36) mengemukakan tiga cara yang dapat mempengaruhi efektifitas
model pencapaian konsep antara lain :
1.
Merumuskan konsep dalam istilah yang akrab dengan siswa
2.
Memilih materi pelajaran yang secara psikologis dekat dengan siswa
3.
Konsep yang di ajarkan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
Dalam membantu siswa mempelajari
berbagai konsep, guru harus menfokuskan pelajaran kepada pemahaman konsep yang
berorientasi pada pengembangan domain kognitif siswa, sebab pada dasarnya
konsep itu sendiri bukan sekedar suatu istilah, tetapi “concepts as mental
constructs are the critical components of a moturing individual’s continuously
changing, enlarging cognitive structure and are the basic tools of
thought”(Klausmaier, 1980:22).
Oleh karena itu pembelajaran
konsep harus di dasarkan pada pendekatan-pendekatan yang menyangkut
pengembangan keterampilan berfikir.
Langkah-langkah pembelajaran pencapaian konsep di uraikan
Joyce& Weil (1986;34) seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Tahap
Pertama
Menyajikan
Data dan Mengidentifikasikan Konsep
1. Guru memberikan contoh yang telah di sediakan
2. Siswa membandingkan karakteristik contoh
positif dan negative
3. Siswa merumuskan hipotesis
4. Siswa merumuskan defenisi menurut
karakteristik yang terdapat pada contoh
|
Tahap
Kedua
Pengetesan
Pencapaian Konsep
1. Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang
belum berlabel
2. Guru menegaskan hipotesis, nama konsep dan
merumuskan kembali defenisi menurut karakteristik penting
3. Siswa membuat contoh-contoh tambahan
|
Tahap
Ketiga
Analisis
Strategi Berfikir
1. Siswa menggambarkan cara berpikirnya melalui
kegiatan diskusi tentang ciri-ciri
yang terdapat pada konsep, hipotesis dan defenisi
|
Sementara
dampak intruksional dan pengiring yang dihasilkan oleh model pembelajaran
pencapaian konsep dapat dilihat pada bagian berikut :
|
||||
|
||||
D. Tujuan-tujuan Penggunaan Model
Pencapaian Konsep
Penerapan
pembelajaran model konsep mengandung dua tujuan utama yaitu :
1.
Tujuan Isi
Tujuan isi model
konsep menurut Eggen dan Kauchak (1998) bahwa, lebig efektif untuk memperkaya
suatu konsep dari pada belajar pemula (initial learning). Dan juga akan efektif
dalam membantu siswa memahami hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang
terkait erat dan digunakan dalam bentuk review. Dengan kata lain, penggunaan
model ini akan lebih efektif jika siswa sudah memiliki pengalaman tentang
konsep yang akan dipelajari itu. Bukan siswa yang benar-benar baru mempelajari
konsep tersebut.
Ada dua hal penting
yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model pencapaian konsep berkaitan
dengan tujuan isi tersebut, yaitu :
1. Model pencapaian konsep didesain
khusus untuk mengajarkan konsep secara eksklusif. Jadi berfokus semata-mata
pada pembelajaran konsep.
2. Siswa yang diajari suatu konsep dengan
menggunakan model pencapaian konsep harus memiliki latar belakang pengetahuan
tentang konsep tersebut.
2.
Tujuan pengembangan berpikir keritis siswa
Model pencapaian
konsep lebih memfokuskan pada pengembangan berpikir keritis siswa dalam bentuk menguji
hipotesis. Dalam pembelajaran harus ditekankan pada analisis siswa terhadap
hipotesis yang ada dan mengapa hipotesis itu diterima, dimodifikasi, atau
ditolak. Siswa harus dilatih dalam menciptakan jenis-jenis kesimpulan, seperti
membuat contoh penyangkal atau non-contoh, dan sebagainya.
Oleh karena itu,
tujuan pembelajaran harus ditekankan pada dua aspek tersebut, yaitu
pengembangan konsep dan relasi-relasi antara konsep yang terkait erat, serta
latihan berpikir keritis terutama salam merumuskan dan menguji hipotesis. Aspek
penting dalam perencanaan pelajaran adalah guru harus mengetahui persis apa
yang diinginkan dari siswanya.
E.
Pembelajaran Sejarah
Dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
pembelajaran sejarah sebenarnya memiliki
makna yang strategis. Pembelajaran sejarah yang berlangsung adalah suatu proses
untuk membantu mengembangkan potensi dan kepribadian peserta
didik melalui pesan – pesan sejarah agar menjadi warga bangsa yang arif
dan bermartabat.
Sejarah
dalam hal ini merupakan totalitas dari aktivitas manusia di masa lampau dan
sifatnya dinamis. Maksudnya, bahwa masa lampau itu bukan sesuatu final,
tetapi bersifat terbuka dan terus berkesinambungan dengan masa kini
dan yang akan datang. Karena itu sejarah dapat diartikan sebagai ilmu
yang meneliti dan mengkaji secara sistematis dari keseluruhan perkembangan
masyarakat dan kemanusiaan dimasa lampau dengan segala aspek
kejadiannya, untuk kemudian dapat memberikan penilaian sebagai
pedoman penentuan keadaan sekarang, serta cermin untuk masa yang akan datang.
Lebih jauh pengertian sejarah juga berkait dengan persoalan kemanusiaan dan
sebuah teater di mana manusia menjadi pemain watak, berdasarkan pengetahuan,
pengalaman, dan keteladanan yang sudah ada.
Kesadaran
sejarah adalah suatu sikap jiwa untuk memahami keberadaan dirinya sebagai
manusia dan anggota masyarakat, dan sebagai suatu bangsa. Kesadaran sejarah
tidak lain adalah kesadaran diri. Kesadaran diri dapat dimaknai sadar akan
keberadaan dirinya sebagai individu, sebagai makhluk sosial termasuk sadar
sebagai bangsa dan sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan..
Pertanyaan
mengenai mengapa dan bagaimana, penting untuk dikembangkan dalam proses
pembelajaran sejarah. Sementara itu hal yang kedua menunjuk pada pembelajaran sejarah yang
berorientasi pada pendidikan kemanusiaan yang memperhatikan nilai-nilai luhur,
norma-norma, dan aspek kemanusiaan lainnya. Dengan mengembangkan dua hal (1),
pendidikan intelektual dan, (2), pendidikan moral atau pendidikan kemanusiaan,
maka arah pembelajaran sejarah diharapkan dapat mencapai tujuan yang menopang
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran sejarah akan dapat
melandasi pendidikan kecerdasan intelektual, sekaligus ikut mendasari
pendidikan yang berorientasi pada kecerdasan emosional bahkan kecerdasan
spiritual dalam rangka meningkatkan martabat manusia Indonesia
dalam pelaksanaan di sekolah ini.
F. SEJARAH DALAM
ARTI POSITIF
Sejarah
adalah ilmu tentang manusia Karena
yang dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan cerita masa lalu
manusia secara keseluruhan. Sejarah adalah ilmu tentang waktu,
dan Sejarah membicarakan
masyarakat dari segi waktu, jadi sejarah adalah ilmu tentang waktu yang
mencangkup empat hal yaitu :
a. Perkembangan, terjadi bila
masyarakat secara terus menuerus bergerak dari bentuk yang sederhana ke bentuk
yang kompleks.
b. Kesinambungan, terjadi bila
seuatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama.
c. Pengulangan, terjadi bila
seuatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi di masa
sekarang.
d. Perubahan, terjadi bila
masyarakat mengalami pergerakan dan perkembanganyang besar dalam waktu yang
singkat yang disebabkan oleh pengaruh dari luar.
Sejarah
ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial. Dalam sejarah yang dipelajari bukan hanya akativitas
manusia saja, melainkan aktifitas manusia yang mempunyai makna sosial.
Sejarah
ialah ilmu tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu. Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang hanya sekali terjadi.
Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah harus menyajikan yang
kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar. Berdasarkan bentuk dan
sifatnya sejarah terbagi atas beberapa pengertian yaitu :
Sejarah
sebagai peristiwa. Peristiwa merupakan
aktivitas manusia yang hanya sekali terjadi dan hilang bersama dengan lewatnya
waktu, yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas lain. Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa
masa lampau, dalam arti peristiwa sebagaimana terjadi.
Sejarah
sebagai kisah. Sejarah sebagai kisah adalah peristiwa yang
sudah terjadi diungkap kembali melalui tulisan maupun lisan. Peristiwa sejarah yang
dimaksud terutama peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia
secara umum.
Sejarah
sebagai ilmu dikarenakan sejarah sebagai pengetahuan. Ilmu pengetahuan sejarah seperti
halnya ilmu pengetahuan lainnya mulai berkembang pada abad ke-19. Pengetahuan
ini meliputi kondisi-kondisi masa manusia yang hidup pada suatu jenjang sosial
tertentu..
Ciri-ciri
sejarah sebagai ilmu adalah :
a. Sejarah itu mempunyai obyek,
yaitu aktivitas dan peristiwa di masa lampau.
b. Sejarah itu mempunyai teori,
yaitu memberi penjelasan tentang kapan sesuatu itu terjadi.
c. Sejarah itu mempunyai metode,
yaitu bahwa suatu pernyataan dari peneliti itu harus didukung oleh bukti-bukti
sejarah. Proses rekonstruksi sejarah mulai dari heuristic (mencari sumber
sejarah), kritik sumber, interpretasi data sampai dengan penulisan hasil
penelitian (historiografi), harus berdasarkan metode. Dengan metode itu
rekonstruksi sejarah akan menghasilkan tulisan sejarah ilmiah dan penulisan
sejarah tanpa dilandasi oleh metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan
populer yang uraiannya bersifat deskriptif naratif dan tidak menunjukkan ciri-ciri
karya ilmiah sejarah.
Sejarah
bersifat sistematis, yaitu sejarah
sebagai kisah ditulis secara sistematis. Hubungan antar bab dengan hubungan
antar sub bab pada setiap bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara
keseluruhan bersifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian
sistematis akan menunjukkan hubungan antara stu fakta dengan fakta lain yang
bersifat kasalitas (hubungan sebab akibat) karena sejarah merupakan proses.
Sejarah
sebagai seni merupakan sejarah tentang pengetahuan rasa. Sejarah memerlukan
pemahaman dan pendalaman. Sejarah tidak
saja mempelajari segala sesuatu gerakan dan perubahan yang tampak di permukaan
tetapi juga mempelajari motivasi yang mendorong terjadinya perubahan.
Adapun
ciri-ciri sejarah sebagai seni antara lain :
a. Sejarah
menentukan intuisi, yaitu pemahaman langsung dan instingtif selama masa
penelitian berlangsung.
b. Sejarah
memerlukan imajinasi, yaitu untuk membayangkan apa yang sebelum, sekarang
dan sesudah kejadian sebuah peristiwa
c. Sejarah
memerlukan emosi, yaitu untuk membuat orang yang membaca tulisan sejarah
seolah-olah hadir menyaksikan sendiri peristiwa itu.
d. Sejarah memerlukan gaya bahasa.
Dalam
fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu sejarah secara lebih
luas. Fungsi khusus sejarah di bedakan menjadi 2 yaitu :
1). FUNGSI
INTRINSIK
Sejarah
sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu artinya siapa saja dapat
mengaku sebagai sejarawan secarah sah asal hasilnya dapat dipertanggung jawabkan
sebagai ilmu.
Sejarah
sebagai cara mengetahui masa lampau.
Melalui sejarah setelah orang mengetahui masa
lampaunya pasti akan melestarikan atau menolaknya.
Sejarah sebagai
pernyataan pendapat. Banyak penulis
sejarah yang menggunakan ilmunya untuk menyatakan pendapat.
Sejarah
sebagi profesi. Tidak semua lulusan sejarah dapat tertampung dalam profesi
kesejarahannya dan malah tidak sedikit yang menjadi guru di luar ilmunya.
2.FUNGSI
EKSTRINSIK
Fungsi
sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif yang mencakup :
Sejarah
sebagi pendidikan moral. Jika pendidikan
moral harus berbicara tentang benar dan salah maka sejarah harus berbicara
dengan fakta. Fakta sangat penting dalam sejarah tanpa fakta tidak boleh bersuara.
Sejarah sebagai
pendidikan penalaran. Mempelajari
sejarah secara kritis atau menulis sejarah secara ilmiah akan mendorong
meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan.
Sejarah
sebagai pendidika politik. Sejarah
mengandung pendidikan politik karena peristiwa tertentu menyangkut tindakan
politik atau kegiatan bersifat politik.
Sejarah
sebagai pendidikan kebijakan. Kebijakan
di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi
kehidupan di masa kini.
Sejarah
sebagai pendidikan perubahan. Sejarah adalah proses yang menyangkut
perubahan. Pada dasarnya kehidupan manusia terus berubah, walaupun kadar
perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Perubahan itu karena di sengaja atau
tidak di sengaja. Sejarah bisa relevan dengan perubaan asalkan tidak
mempelajari waktu yang terlalu jauh.
Sejarah
sebagai pendidikan keindahan. Pengalaman
estetik akan datang melalui mata waktu kita antara lain datang ke monumen,
cand, istana dan membaca. Kita hanya diminta untuk membuka hati dan perasaan.
Sejarah
sebagai alat bantu. Sejarah sebagai
pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskanpermasalahan yang dikaji oleh
ilmu-ilmu lain seperti antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum dll.
Sejarah
sebagai latar belakang. Tanpa mengetahui sejarah latar belakang maka seseorang tidak
akan menjadi terampil.
Sejarah
sebagai bukti Sejarah selalu dipakai untuk membenarkan
perbuatan.
G.
Contoh Pembelajaran Model Pencapaian Koksep
Dalam
memberikan suatu gambaran proses pembelajaran model pencapaian konsep kami akan
mengambil pada materi SMU pelajaran sejarah kelas X, yang berjudul “Memahami
dan Memaknai Pengertian Ilmu Sejarah”. Materi yang
akan dibahas meliputi :
1.
Defenisi Sejarah
2.
Fungsi Sejarah
3.
Mengidentifikasi Bentuk-Bentuk Sejarah
4.
Konsep Ilmu Sejarah
5.
Jenis-Jenis Sejarah
Merancang Model Pembelajaran
Pencapaian Konsep
1. Tahap
Pertama Menyajikan Data dan Mengidentifikasikan Konsep
a.
Guru Memberikan Materi “Memahami dan Memaknai Pengertian Ilmu Sejarah”
b.
Guru Memberikan Contoh-Contoh, Yaitu
1.
Malingkundang
2.
Sultan Thaha Saifudin
3.
Kerajaan Melayu, Sriwijaya, dan Majapahit.
4.
Cinderela
5.
Timun Mas
6.
Si Pitung
7.
Wali Songo
8.
Gajah Mada
9.
Alexander The Great ( Alexander Zulkarnain)
10.
Chengho
c.
Siswa Merumuskan Hipotesis : Pengertian Sejarah
d.
Siswa
merumuskan defenisi menurut karakteristik yang terdapat pada contoh :
Membedakan mana yang termasuk dalam kategori sejarah dan yang bukan sejarah.
2.
Tahap Kedua Pengetesan Pencapaian
Konsep
a. Siswa mengidentifikasi contoh
tambahan yang belum berlabel “ Contoh cerita (judul) yang belum di sebutkan
sebelumnya”.
b. Guru menegaskan hipotesis,
nama konsep dan merumuskan kembali defenisi menurut karakteristik penting :
1.
Dari contoh-contoh yang di sebutkan guru memilih contoh mana yang termasuk
dalam kategori sejarah.
2.
Guru Menjelaskan unsur penting dalam limu sejarah yaitu suatu ilmu yang
berbicara atas dasar fakta, dan bukti, dan mempertanyakan mengenai Kapan
(tahun), siapa (tokoh), dan dimana ( tempat/lokasi).
3. Sejarah
adalah suatu bidang ilmu yang mengkaji peristiwa masa lampau.
c. Siswa membuat contoh-contoh
tambahan mengenai cerita atau peristiwa yang pernah terjadi di dalam masyarakat
3. Tahap
Ketiga Analisis Strategi Berfikir
Siswa menggambarkan cara
berpikirnya melalui kegiatan diskusi tentang
ciri-ciri yang terdapat pada konsep, hipotesis dan defenisi.
H. Analisis
Kegiatan
Analisi
ini bertujuan untuk meninjau apakah Pembelajaran Pencapaian Konsep mempunyai
Kriteria yang harus di penuhi pada model pembelajaran. Adapun kriteria –
criteria dari model pembelajaran sebagai berikut :
1.
Sintakmatik : langkah-langkah
a.
Guru memberikan materi yang akan di bahas
b.
Guru membagi kelompok diskusi
c.
Guru memberikan contoh-contoh
2. Sistem
Sosial
a.
adanya interaksi dalam diskusi masing-masing kelompok.
3. Prinsip reaksi
a. Guru memberikan contoh siswa
mengelompokkan
b. Siswa memberikan contoh guru
mengelompokkan
c. Hasil diskusi kelompok di jelaskan di depan, guru dan
kelompok lain menaggapi
4 Sistem pendukung
a. Sarana : Leptop, proyektor
b. Alat : Gambar
c. Bahan : buku atau LKS
5 Dampak
Instruksional dan Pengiring.
a. Dampak Intruksional : hasil data
atau konsep yang di capai siswa
b. Dampak Pengiring : dapat berinteraksi dalam masyarakat
c. Menghargai pendapat orang lain
d. Memiliki cara berfikir kritis dalam menyelesaikan
masalah yang terkait pada sejarah
e. Memiliki berbagai macam cerita yang akan di bicarakan
kepada pihak lain.
BAB
III
KESIMPULAN
Pembelajaran model pencapaian konsep suatu strategi
mengajar bersifat induktif didesain untuk membantu siswa dari semua usia dalam
mengekuti pemahman mereka terhadap konsep yang dipelajari dan melatih menguji
hipotesis, Dalam penerapan pembelajaran model pencapaian konsep mengandung dua
tujuan utama yaitu : Tujuan isi dan tujuan pengemabangan berpikir kritis siswa.
Selain itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pelajaran menggunakan
model pencapaian konsep yaitu: Menetapkan materi, prntingnya tujuan
pembelajaran yang jelas, memilih contoh dan non contoh, dan mengurutkan contoh.
Karakteristik model
pembelajaran yaitu (1) Sinakmatik, (2), Sistem sosial, (3), Prinsip reaksi, (4)
Sistem pendukung, (5), Dampak intruksional dan pendukung. Sementara dalam
proses pembelajaran Model pencapaian konsep memiliki tiga fase kegiatan sebagai
berikut, (1). Penyajian data dan identifikasi konsep, (2). Mengetes pencapain
konsep. (3). analisis sterategis berfikir. Terhadap pembelajaran mengunakan
model pencapain konsep ini mempunyai dua dampak yaitu (1).Dampak
intruksional , dan (2). Dampak Pengiring.
Setelah menjelaskan
pembelajaran pencapaian konsep yang ada pada bab II, maka dapat di ambil
kesimpulan pembelajaran pencapaian konsep merupakan model pembelajaran yang
dapat di pakai para pengajar (guru &dosen) dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
B. Saran-saran
Dengan
adanya penyusunan makalah ini kami berharap semoga para pembaca dapat memahami
medel pembelajaran pencapaian konsep yang diharapkan dapat mempermudah siswa
dalam memahami pelajaran sehingga dapat memperbaiki sistem pendidikan
dinegara kita yang akhir-akhir ini terpuruk.
DAFTAR
RUJUKAN
Abdulalah, Taufik, dkk. 2010. SEJARAH : Pemikiran, Rekontruksi, Persepsi. MSI
Arif. 2011. Pengantar Kajian Sejarah. Cet.I. Bandung: Yrama Widya.
Toeti,sukamto.
1997. Model pembelajaran & model mdel
pembelajaran :Ciputat Jakarta
joyce,dan
weil. 2009. Model Of Teaching. USA:
Newjersey. Terjemahan. Fawaid& Mirza. Model-Model
Pengajaran. 2011. Pustaka Pelajar.
Usman.
2004. “Strategi Pembelajaran Kontemporer Suatu Pendekatan Model”. Palu Sulawesi
Tengah : Tadulaku Universitas Press
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta
Winataputra.
2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Pelatihan Keterampilan Dasar
Teknik Intruksional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar