Rabu, 13 Februari 2013


MODEL PENCAPAIAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
OLEH: SATRIYO PAMUNGKAS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini terletak ditangan guru.
Oleh karena itu proses belajar mengajar yang dibabaki oleh guru tidak akan pernah tenggelam atau digantikan oleh alat atau lainnya. Dizaman modern yang ditandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi telah merambah seluruh sektor kehidupan. Produk iptek telah menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih praktis dan lebih mudah, sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan diperoleh saat ini dengan mudah dapat segera diwujudkan termasuk didalam dunia pendidikan produk teknologi telah menjadi guru kedua bagi anak.
Selain dari pada itu, pendidikan yang hanya menggunakan metode-metode lama yang mana guru hanya menerangkan dan memberi tugas kepada siswa, yang membuat siswa bosan, akhirnya proses belajar-mengajar menjadi tidak menarik dan membosankan, yang akhirnya tidak ada kemajuan didalam dunia pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya model-model pembelajaran yang dijadikan pedoman untuk guru agar proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya mampu membentuk anak didiknya karena kedewasaan seperti yang diharapkan.
Slameto (2003:64) berpendapat bahwa metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Hal tersebut dapat saja terjadi apabila guru kurang persiapan, kurang menguasai materi atau saat menyajikan materi pelajaran kurang menarik. Penerapan model pembelajaran pencapaian konsep tentu saja dapat menjadi salah satu solusi efektif guna meningkatkna kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
Hal tersebut diyakini dengan teori dari Joyce, Weil dan Calhoum (2009) bahwa model pencapaian konsep dapat diterapkan pada dimensi dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis berlatih untuk mengangkat masalah model pembelajaran pencapaian konsep pada mata pelajaran fungsi, yang kemudian penulis jadikan judul dari makalah ini, yaitu. Pembelajaran model pencapaian konsep pada mata pelajaran fungsi.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis berlatih untuk mengangkat masalah model pembelajaran pencapaian konsep pada mata pelajaran fungsi, yang kemudian penulis jadikan judul dari makalah ini, yaitu. Pembelajaran model pencapaian konsep pada mata pelajaran fungsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka secara garis besar masalah yang akan penulis angkat didalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran model pencapaian konsep?
2. Sebutkan tujuan-tujuan penggunaan model pencapaian konsep?
3. Bagaimana merencanakan pelajaran menggunakan model pencapaian konsep?
4. Fase-fase apa saja yang digunakan dalam pembelajaran model pencapaian konsep?
C. Tujuan Penulisan
          Menjelaskan model pembelajaran pencapaian konsep dapat di pergunakan oleh guru dalam mata pelajaran sejarah kelas x.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2008:27) pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak di pakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak di pengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah pembelajaran juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang di asumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televise, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Penggunaan kata pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan peranan siswa sebagai subjek belajar, selaras dengan pendapat Sukmadinata (2004:149) bahwa pembelajaran lebih di arahkan pada kegiatan yang sengaja di ciptakan guru agar siswa belajar.
Hamalik (2007:57) bahwa secara lengkap pembelajaran di artikan sebagai “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang paling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Manusia yang terlibat dalam dalam pembelajaran disini adalah siswa dan guru dan tenaga lainnya, material meliputi buku-buku, papan tulis, media, dll, fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual juga computer, prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainnya.
Bruce (Sanjaya,2007:274) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran :
    1. Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengantar lingkungan ini dimaksudukan menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta.
    2. Berhubungan dengan pengetahuan yang harus dipelajari pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, yaitu pengetahuan akan sifat-sifat fisis suatu objek itu berinteraksi suatu dengan yang lainnya, pengetahuan fisis diperoleh dengan pengalaman indera secara langsung, pengetahuan sosial berhubungan dengan prilaku individu dalam suatu sistem sosial atau hubungan antara manusia yang dapat mempengaruhi interaksi sosial dan pengetahuan logika yang berhubungan dengan berpikir matematis, yaitu pengetahuan yang di bentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan kejadian tertentu.
          3. Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial, dimana anak berinteraksi dan berkomunikasi, berbagai pengalaman dan lain sebagainnya, yang memungkinkan mereka berkembang secara wajar.
    Sanjaya (2007:275-278) proses pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut :
              1. Siswa memiliki peran sebagai objek, dimana siswa memegang peranan utama sehingga dalam seting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat kegiatan, dengan maksud untuk membetuk watak, peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memperdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kopetensi yang diharapkan.
              2. Pembelajaran adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksii individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berfikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri (self regulated).
              3. Proses pembelajaran adalah memahami potensi otak. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Kedua belahan otak, baik otak kiri dan kanan perlu dikembangkan secara optimal dan seimbang.
              4. Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat, dimana belajar adalah proses yang terus menerus yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
Dari penjelasan diatas dapatlah di jelaskan bahwa secara keseluruhan dalam proses pembelajaran harus ada ketertiban siswa secara aktif dan guru yang kreatif sehingga pembelajaran berlangsung dengan menyenagkan, lebih jauhnya perolehan prestasi belajar siswa meningkat dengan baik yang pada akhirnya berpengaruh besar terhadap peningkatan kualitas bangsa secara keseluruhan. Pendidikan tidak lagi menjadi kambing hitam yang menyebabkan keterpurukan bangsa, namun sebaliknya dapat mengankat harkat dan martabat bangsa Indonesia.
B. Model Pembelajaran
          Ada beberapa istilah yang cenderung tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan, model dan metode pembelajaran, Sukmadinata (2004:229) menyebutkan bahwa :
                   Pendekatan pembelajaran mempunyai lingkup yang lebih luas, melihat pembelajaran sebagai proses belajar siswa yang berkembang untuk mencapai tujuan perkembangannya. Model pembelajaran lebih sempit, melihat perkembangan sebagaii desain untuk mencapai tujuan belajar yang lebih spesifik. Metode pembelajaran lebih sempit lagi, berfokus kepada proses belajar mengajar untuk bahan ajaran pembelajaran tertentu yang terbatas.
          Sukmadinata (2004:209) “Model pembelajaran adalah yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perkembangan pada diri siswa“. Sedangkan Joyce& Weil (2000:13) menyebutkan bahwa model mengajar adalah suatu diskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui computer. Jadi, model pembelajaran merupakan pola umum kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan suatu aktivitas pembelajaran.
Sedangkan menurut Winataputra (1994) Model pembelajaran dapat di artikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. 
C. Model Pencapaian Konsep
          Joyce dan Weil (Aunurrahman,2008:114) model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang di ransang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model ini memiliki pendangan bahwa para siswa tidak hanya di tuntut untuk mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasikan data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan konsep dengan kemampuan sendiri.
Pembelajaran model pencapaian konsep adalah suatu strategi mengajar bersifat induktif didefinisikan untuk membantu siswa dari semua usia dalam memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep yang dipelajari dari melatih menguji hipotesis. Model tersebut pertama kali diciptakan oleh Joyce dan Weil (dalam Gunter, Este, dan Schwab, 1990: 1972) yang berpijak pada karya Bruner, Goodnow, dan Austin. Model pencapaian konsep bermanfaat untuk memberikan pengalaman metode sains kepada para siswa dan secara khusus menguji hipotesis.
Ada dua peran pokok guru dalam pembelajaran model pencapaian konsep yang perlu diperhatikan, adalah, (1). Menciptakan suatu lingkungan sedemikian hingga siswa merasa bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan atau ejekan, (2). Menjelaskan dan mengilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu seharusnya berlangsung, membimbing siswa dalam proses itu, membantu siswa menyatakan dan menganalisis hipotesis, dan mengartikulasi pemikiran-pemikiran mereka.
Dalam membimbing aktifitas itu tiga cara penting yang dapat dilakukan oleh guru. Pertama guru mendorong siswa untuk menyatakan pemikiran mereka dalam bentuk hipotesis, bukan dalam bentuk observasi. Kedua guru menuntun jalan pikiran siswa ketika mereka menetapkan apakah suatu hipotesis diterima atau tidak. Ketiga guru meminta siswa untuk menjelaskan mengapa (Why) mereka menerima atau menolak suatu hipotesis.
Sedangkan Dorin, dan Gabel (1990) menyatakan model pencapaian konsep sebagai seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi. Model dapat berupa skema, bagan, gambar, dan tabel. Model dapat membantu kita melihat kejelasan keterkaitan secara lebih cepat, utuh, konsisten, dan menyeluruh. Hal ini dapat disebabkan suatu model disusun dalam upaya mengkongkretkan kaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar dan tabel.
Model pembelajaran pencapaian konsep atau concept attainment merupakan salah satu bagian dari model pengolahan organisasi ( the infortion processing family). Model ini merupakan model pembelajaran yang di rancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien.
Model pencapaian konsep merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan induktif siswa tidak disediakan rumusan suatu konsep, tetapi mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh yang memiliki penekanan terhadap ciri-ciri dari konsep itu. Model pembelajaran pencapaian konsep ini dimulai dengan penulisan nama suatu konsep, berikut ciri-ciri model pencapaian konsep menurut Naylor& Diem (1987;223-225) menguraikan langkah-langkah sebagai berikut :
              1. Menunjukan serangkaian contoh dari konsep yang akan dipelajari secara berurutan.
              2. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menguji contoh dan bukan contoh serta menduga aturan atau konsep.
              3. Menegaskan dan menjelaskan nama dan defenisi atau rumusan suatu konsep.
              4. Menunjukan contoh-contoh kemudian meminta siswa untuk mengklasifikasikan dan menayangkan “mengapa mereka mengklasifikasikan seperti itu”?
              5. menguji pemahaman siswa tentang konsep berdasarkan contoh-contoh yang mereka buat sendiri.
          Mengurutkan contoh secara sistematis merupakan bagian kegiatan pembelajaran yang sangat penting dalam pencapaian konsep. Cara ini akan mempengaruhi bagaimana siswa memperoleh data, karena dengan menunjukan sesuatu yang tidak termasuk contoh membantu siswa mengidentifikasikan ciri-ciri penting yang dimiliki suatu konsep.
          Jarolimek& Parker (1993;36) mengemukakan tiga cara yang dapat mempengaruhi efektifitas model pencapaian konsep antara lain :
             1. Merumuskan konsep dalam istilah yang akrab dengan siswa
             2. Memilih materi pelajaran yang secara psikologis dekat dengan siswa
             3. Konsep yang di ajarkan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
Dalam membantu siswa mempelajari berbagai konsep, guru harus menfokuskan pelajaran kepada pemahaman konsep yang berorientasi pada pengembangan domain kognitif siswa, sebab pada dasarnya konsep itu sendiri bukan sekedar suatu istilah, tetapi “concepts as mental constructs are the critical components of a moturing individual’s continuously changing, enlarging cognitive structure and are the basic tools of thought”(Klausmaier, 1980:22).
Oleh karena itu pembelajaran konsep harus di dasarkan pada pendekatan-pendekatan yang menyangkut pengembangan keterampilan berfikir.






Langkah-langkah  pembelajaran pencapaian konsep di uraikan Joyce& Weil (1986;34) seperti terlihat pada gambar di bawah ini :



Tahap Pertama
Menyajikan Data dan Mengidentifikasikan Konsep

1. Guru memberikan contoh yang telah di sediakan
2. Siswa membandingkan karakteristik contoh positif dan negative
3. Siswa merumuskan hipotesis
4. Siswa merumuskan defenisi menurut karakteristik yang terdapat pada contoh

Tahap Kedua
Pengetesan Pencapaian Konsep

1. Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang belum berlabel
2. Guru menegaskan hipotesis, nama konsep dan merumuskan kembali defenisi menurut karakteristik penting
3. Siswa membuat contoh-contoh tambahan
Tahap Ketiga
Analisis Strategi Berfikir

1. Siswa menggambarkan cara berpikirnya melalui kegiatan diskusi tentang  ciri-ciri yang terdapat pada konsep, hipotesis dan defenisi







    Sementara dampak intruksional dan pengiring yang dihasilkan oleh model pembelajaran pencapaian konsep dapat dilihat pada bagian berikut :
 






Text Box: Kesadaran akan pilihan pandangan



Penalaran Induktif
 
Kepekaan terhadap penalaran logis dalam komunikasi
 
 



Text Box: Toleransi terhadap ketidak tentuan, Apresiasif  terhadap logika                                                                                                                       

                                                      
D. Tujuan-tujuan Penggunaan Model Pencapaian Konsep
          Penerapan pembelajaran model konsep mengandung dua tujuan utama yaitu :
1. Tujuan Isi
Tujuan isi model konsep menurut Eggen dan Kauchak (1998) bahwa, lebig efektif untuk memperkaya suatu konsep dari pada belajar pemula (initial learning). Dan juga akan efektif dalam membantu siswa memahami hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang terkait erat dan digunakan dalam bentuk review. Dengan kata lain, penggunaan model ini akan lebih efektif jika siswa sudah memiliki pengalaman tentang konsep yang akan dipelajari itu. Bukan siswa yang benar-benar baru mempelajari konsep tersebut.
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model pencapaian konsep berkaitan dengan tujuan isi tersebut, yaitu :
1. Model pencapaian konsep didesain khusus untuk mengajarkan konsep secara eksklusif. Jadi berfokus semata-mata pada pembelajaran konsep.
2. Siswa yang diajari suatu konsep dengan menggunakan model pencapaian konsep harus memiliki latar belakang pengetahuan tentang konsep tersebut.
2. Tujuan pengembangan berpikir keritis siswa
Model pencapaian konsep lebih memfokuskan pada pengembangan berpikir keritis siswa dalam bentuk menguji hipotesis. Dalam pembelajaran harus ditekankan pada analisis siswa terhadap hipotesis yang ada dan mengapa hipotesis itu diterima, dimodifikasi, atau ditolak. Siswa harus dilatih dalam menciptakan jenis-jenis kesimpulan, seperti membuat contoh penyangkal atau non-contoh, dan sebagainya.
Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus ditekankan pada dua aspek tersebut, yaitu pengembangan konsep dan relasi-relasi antara konsep yang terkait erat, serta latihan berpikir keritis terutama salam merumuskan dan menguji hipotesis. Aspek penting dalam perencanaan pelajaran adalah guru harus mengetahui persis apa yang diinginkan dari siswanya.
E. Pembelajaran Sejarah
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, pembelajaran sejarah sebenarnya memiliki makna yang strategis. Pembelajaran sejarah yang berlangsung adalah suatu proses untuk membantu mengembangkan  potensi  dan  kepribadian peserta didik melalui pesan – pesan sejarah agar menjadi warga bangsa yang arif dan bermartabat.
Sejarah dalam hal ini merupakan totalitas dari aktivitas manusia di masa lampau dan sifatnya dinamis. Maksudnya, bahwa masa lampau  itu bukan sesuatu final, tetapi bersifat terbuka dan terus berkesinambungan dengan masa kini dan yang akan datang. Karena itu sejarah dapat diartikan sebagai ilmu yang meneliti dan mengkaji secara sistematis dari keseluruhan perkembangan masyarakat dan kemanusiaan dimasa lampau dengan segala aspek kejadiannya, untuk kemudian dapat memberikan penilaian sebagai pedoman penentuan keadaan sekarang, serta cermin untuk masa yang akan datang. Lebih jauh pengertian sejarah juga berkait dengan persoalan kemanusiaan dan sebuah teater di mana manusia menjadi pemain watak, berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan keteladanan yang sudah ada.
Kesadaran sejarah adalah suatu sikap jiwa untuk memahami keberadaan dirinya sebagai manusia dan anggota masyarakat, dan sebagai suatu bangsa. Kesadaran sejarah tidak lain adalah kesadaran diri. Kesadaran diri dapat dimaknai sadar akan keberadaan dirinya sebagai individu, sebagai makhluk sosial termasuk sadar sebagai bangsa dan sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan..
Pertanyaan mengenai mengapa dan bagaimana, penting untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran sejarah. Sementara itu hal yang kedua menunjuk pada pembelajaran sejarah yang berorientasi pada pendidikan kemanusiaan yang memperhatikan nilai-nilai luhur, norma-norma, dan aspek kemanusiaan lainnya. Dengan mengembangkan dua hal (1), pendidikan intelektual dan, (2), pendidikan moral atau pendidikan kemanusiaan, maka arah pembelajaran sejarah diharapkan dapat mencapai tujuan yang menopang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran sejarah akan dapat melandasi pendidikan kecerdasan intelektual, sekaligus ikut mendasari pendidikan yang berorientasi pada kecerdasan emosional bahkan kecerdasan spiritual dalam rangka meningkatkan martabat manusia Indonesia dalam pelaksanaan di sekolah ini.
F. SEJARAH DALAM ARTI POSITIF
Sejarah adalah ilmu tentang manusia Karena yang dipelajari adalah manusia dalam sebuah peristiwa bukan cerita masa lalu manusia secara keseluruhan. Sejarah adalah ilmu tentang waktu, dan Sejarah membicarakan masyarakat dari segi waktu, jadi sejarah adalah ilmu tentang waktu yang mencangkup empat hal yaitu :
a. Perkembangan, terjadi bila masyarakat secara terus menuerus bergerak dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks.
b. Kesinambungan, terjadi bila seuatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama.
c. Pengulangan, terjadi bila seuatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi di masa sekarang.
d. Perubahan, terjadi bila masyarakat mengalami pergerakan dan perkembanganyang besar dalam waktu yang singkat yang disebabkan oleh pengaruh dari luar.
Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial. Dalam sejarah yang dipelajari bukan hanya akativitas manusia saja, melainkan aktifitas manusia yang mempunyai makna sosial.
Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang terperinci dan tertentu. Sejarah harus menulis peristiwa, tempat, dan waktu yang hanya sekali terjadi. Sedangkan sejarah harus terperinci artinya sejarah harus menyajikan yang kecil-kecil, tidak terbatas pada hal-hal yang besar. Berdasarkan bentuk dan sifatnya sejarah terbagi atas beberapa pengertian yaitu :
Sejarah sebagai peristiwa. Peristiwa merupakan aktivitas manusia yang hanya sekali terjadi dan hilang bersama dengan lewatnya waktu, yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas lain. Sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa masa lampau, dalam arti peristiwa sebagaimana terjadi.
Sejarah sebagai kisah. Sejarah sebagai kisah adalah peristiwa yang sudah terjadi diungkap kembali melalui tulisan maupun lisan. Peristiwa sejarah yang dimaksud terutama peristiwa-peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum.
Sejarah sebagai ilmu dikarenakan sejarah sebagai pengetahuan. Ilmu pengetahuan sejarah seperti halnya ilmu pengetahuan lainnya mulai berkembang pada abad ke-19. Pengetahuan ini meliputi kondisi-kondisi masa manusia yang hidup pada suatu jenjang sosial tertentu..
Ciri-ciri sejarah sebagai ilmu adalah : 
a. Sejarah itu mempunyai obyek, yaitu aktivitas dan peristiwa di masa lampau.
b. Sejarah itu mempunyai teori, yaitu memberi penjelasan tentang kapan sesuatu itu terjadi.
c. Sejarah itu mempunyai metode, yaitu bahwa suatu pernyataan dari peneliti itu harus didukung oleh bukti-bukti sejarah. Proses rekonstruksi sejarah mulai dari heuristic (mencari sumber sejarah), kritik sumber, interpretasi data sampai dengan penulisan hasil penelitian (historiografi), harus berdasarkan metode. Dengan metode itu rekonstruksi sejarah akan menghasilkan tulisan sejarah ilmiah dan penulisan sejarah tanpa dilandasi oleh metode sejarah hanya akan menghasilkan tulisan populer yang uraiannya bersifat deskriptif naratif dan tidak menunjukkan ciri-ciri karya ilmiah sejarah.
Sejarah bersifat sistematis, yaitu sejarah sebagai kisah ditulis secara sistematis. Hubungan antar bab dengan hubungan antar sub bab pada setiap bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara keseluruhan bersifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Uraian sistematis akan menunjukkan hubungan antara stu fakta dengan fakta lain yang bersifat kasalitas (hubungan sebab akibat) karena sejarah merupakan proses.
Sejarah sebagai seni merupakan sejarah tentang pengetahuan rasa. Sejarah memerlukan pemahaman dan pendalaman. Sejarah tidak saja mempelajari segala sesuatu gerakan dan perubahan yang tampak di permukaan tetapi juga mempelajari motivasi yang mendorong terjadinya perubahan.
Adapun ciri-ciri sejarah sebagai seni antara lain :
a. Sejarah menentukan intuisi, yaitu pemahaman langsung dan instingtif selama masa penelitian berlangsung.
b. Sejarah memerlukan imajinasi, yaitu untuk membayangkan apa yang sebelum, sekarang dan sesudah kejadian sebuah peristiwa
c. Sejarah memerlukan emosi, yaitu untuk membuat orang yang membaca tulisan sejarah seolah-olah hadir menyaksikan sendiri peristiwa itu.
d. Sejarah memerlukan gaya bahasa.

Dalam fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu sejarah secara lebih luas. Fungsi khusus sejarah di bedakan menjadi 2 yaitu :
1). FUNGSI INTRINSIK
Sejarah sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu artinya siapa saja dapat mengaku sebagai sejarawan secarah sah asal hasilnya dapat dipertanggung jawabkan sebagai ilmu.
Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau. Melalui  sejarah setelah orang mengetahui masa lampaunya pasti akan melestarikan atau menolaknya.
Sejarah sebagai pernyataan pendapat. Banyak penulis sejarah yang menggunakan ilmunya untuk menyatakan pendapat.
Sejarah sebagi profesi. Tidak semua lulusan sejarah dapat tertampung dalam profesi kesejarahannya dan malah tidak sedikit yang menjadi guru di luar ilmunya.
2.FUNGSI EKSTRINSIK
Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif yang mencakup :
Sejarah sebagi pendidikan moral. Jika pendidikan moral harus berbicara tentang benar dan salah maka sejarah harus berbicara dengan fakta. Fakta sangat penting dalam sejarah tanpa fakta tidak boleh bersuara.
Sejarah sebagai pendidikan penalaran. Mempelajari sejarah secara kritis atau menulis sejarah secara ilmiah akan mendorong meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan.
Sejarah sebagai pendidika politik. Sejarah mengandung pendidikan politik karena peristiwa tertentu menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat politik.
Sejarah sebagai pendidikan kebijakan. Kebijakan di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi kehidupan di masa kini.
Sejarah sebagai pendidikan perubahan. Sejarah adalah proses yang menyangkut perubahan. Pada dasarnya kehidupan manusia terus berubah, walaupun kadar perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Perubahan itu karena di sengaja atau tidak di sengaja. Sejarah bisa relevan dengan perubaan asalkan tidak mempelajari waktu yang terlalu jauh.
Sejarah sebagai pendidikan keindahan. Pengalaman estetik akan datang melalui mata waktu kita antara lain datang ke monumen, cand, istana dan membaca. Kita hanya diminta untuk membuka hati dan perasaan.
Sejarah sebagai alat bantu. Sejarah sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskanpermasalahan yang dikaji oleh ilmu-ilmu lain seperti antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum dll.
Sejarah sebagai latar belakang. Tanpa mengetahui sejarah latar belakang maka seseorang tidak akan menjadi terampil.
Sejarah sebagai bukti Sejarah selalu dipakai untuk membenarkan perbuatan.

G. Contoh Pembelajaran Model Pencapaian Koksep
          Dalam memberikan suatu gambaran proses pembelajaran model pencapaian konsep kami akan mengambil pada materi SMU pelajaran sejarah kelas X, yang berjudul “Memahami dan Memaknai Pengertian Ilmu Sejarah”. Materi yang akan dibahas meliputi :
          1. Defenisi Sejarah
          2. Fungsi Sejarah
          3. Mengidentifikasi Bentuk-Bentuk Sejarah
          4. Konsep Ilmu Sejarah
          5. Jenis-Jenis Sejarah
Merancang Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
1. Tahap Pertama Menyajikan Data dan Mengidentifikasikan Konsep
             a. Guru Memberikan Materi “Memahami dan Memaknai Pengertian Ilmu Sejarah”
             b. Guru Memberikan Contoh-Contoh, Yaitu
                   1. Malingkundang
                   2. Sultan Thaha Saifudin
                   3. Kerajaan Melayu, Sriwijaya, dan Majapahit.
                   4. Cinderela
                   5. Timun Mas
                   6. Si Pitung
                   7. Wali Songo
                   8. Gajah Mada
                   9. Alexander The Great ( Alexander Zulkarnain)
                   10. Chengho
             c. Siswa Merumuskan Hipotesis : Pengertian Sejarah
             d. Siswa merumuskan defenisi menurut karakteristik yang terdapat pada contoh : Membedakan mana yang termasuk dalam kategori sejarah dan yang bukan sejarah.
2. Tahap Kedua Pengetesan Pencapaian Konsep
a. Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang belum berlabel “ Contoh cerita (judul) yang belum di sebutkan sebelumnya”.
b. Guru menegaskan hipotesis, nama konsep dan merumuskan kembali defenisi menurut karakteristik penting :
        1. Dari contoh-contoh yang di sebutkan guru memilih contoh mana yang termasuk dalam kategori sejarah.
        2. Guru Menjelaskan unsur penting dalam limu sejarah yaitu suatu ilmu yang berbicara atas dasar fakta, dan bukti, dan mempertanyakan mengenai Kapan (tahun), siapa (tokoh), dan dimana ( tempat/lokasi).
        3. Sejarah adalah suatu bidang ilmu yang mengkaji peristiwa masa lampau.
c. Siswa membuat contoh-contoh tambahan mengenai cerita atau peristiwa yang pernah terjadi di dalam masyarakat
3. Tahap Ketiga Analisis Strategi Berfikir
Siswa menggambarkan cara berpikirnya melalui kegiatan diskusi tentang  ciri-ciri yang terdapat pada konsep, hipotesis dan defenisi.

H. Analisis Kegiatan
          Analisi ini bertujuan untuk meninjau apakah Pembelajaran Pencapaian Konsep mempunyai Kriteria yang harus di penuhi pada model pembelajaran. Adapun kriteria – criteria dari model pembelajaran sebagai berikut :
1. Sintakmatik : langkah-langkah
          a. Guru memberikan materi yang akan di bahas
          b. Guru membagi kelompok diskusi
          c. Guru memberikan contoh-contoh
2. Sistem Sosial
          a. adanya interaksi dalam diskusi masing-masing kelompok.
3. Prinsip reaksi
          a. Guru memberikan contoh siswa mengelompokkan
          b. Siswa memberikan contoh guru mengelompokkan
          c. Hasil diskusi kelompok di jelaskan di depan, guru dan kelompok lain menaggapi
 4 Sistem pendukung
          a. Sarana : Leptop, proyektor
          b. Alat : Gambar
          c. Bahan : buku atau LKS
5 Dampak Instruksional dan Pengiring.  
          a. Dampak Intruksional : hasil data atau konsep yang di capai siswa
           b. Dampak Pengiring : dapat berinteraksi dalam masyarakat
           c. Menghargai pendapat orang lain
           d. Memiliki cara berfikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang terkait pada sejarah
           e. Memiliki berbagai macam cerita yang akan di bicarakan kepada pihak lain.
















BAB III
KESIMPULAN


Pembelajaran model pencapaian konsep suatu strategi mengajar bersifat induktif didesain untuk membantu siswa dari semua usia dalam mengekuti pemahman mereka terhadap konsep yang dipelajari dan melatih menguji hipotesis, Dalam penerapan pembelajaran model pencapaian konsep mengandung dua tujuan utama yaitu : Tujuan isi dan tujuan pengemabangan berpikir kritis siswa.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pelajaran menggunakan model pencapaian konsep yaitu: Menetapkan materi, prntingnya tujuan pembelajaran yang jelas, memilih contoh dan non contoh, dan mengurutkan contoh.
Karakteristik model pembelajaran yaitu (1) Sinakmatik, (2), Sistem sosial, (3), Prinsip reaksi, (4) Sistem pendukung, (5), Dampak intruksional dan pendukung. Sementara dalam proses pembelajaran Model pencapaian konsep memiliki tiga fase kegiatan  sebagai  berikut, (1). Penyajian data dan identifikasi konsep, (2). Mengetes pencapain konsep. (3). analisis sterategis berfikir. Terhadap pembelajaran mengunakan model pencapain konsep ini mempunyai dua dampak  yaitu (1).Dampak intruksional , dan (2). Dampak Pengiring.
Setelah menjelaskan pembelajaran pencapaian konsep yang ada pada bab II, maka dapat di ambil kesimpulan pembelajaran pencapaian konsep merupakan model pembelajaran yang dapat di pakai para pengajar (guru &dosen) dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
B. Saran-saran
Dengan adanya penyusunan makalah ini kami berharap semoga para pembaca dapat memahami medel pembelajaran pencapaian konsep yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami  pelajaran sehingga dapat memperbaiki sistem pendidikan dinegara kita yang akhir-akhir ini terpuruk.

DAFTAR RUJUKAN


Abdulalah, Taufik, dkk. 2010. SEJARAH : Pemikiran, Rekontruksi, Persepsi. MSI
Arif. 2011. Pengantar Kajian Sejarah. Cet.I. Bandung: Yrama Widya.
Toeti,sukamto. 1997. Model pembelajaran & model mdel pembelajaran :Ciputat Jakarta 
joyce,dan weil. 2009. Model Of Teaching. USA: Newjersey. Terjemahan. Fawaid& Mirza. Model-Model Pengajaran. 2011. Pustaka Pelajar.
Usman. 2004. “Strategi Pembelajaran Kontemporer Suatu Pendekatan Model”. Palu Sulawesi Tengah : Tadulaku Universitas Press
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta
Winataputra. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Pelatihan Keterampilan Dasar Teknik Intruksional.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar