Hakekat
Perbedaan Individu Dalam Hal Kemampuan Pembelajaran
Oleh: Satriyo Pamungkas
a.
Hakekat Individu
Individu
atau manusia memiliki perbedaan kedudukan yang paling tinggi di antara mahkluk
ciptaan tuhan lainnya. individu manusia ini memiliki sifat hakekat yang
merupakan karakteristik dan mempunyai
akal yang membedakan individu itu berbeda dengan makhluk lainnya bahkan
individu lainnya.
Manusia sejak
dahulu sudah menjadi bahan pembicaraan manusia itu sendiri karena keunikannya. Unik
dalam arti sisi fisik dan jiwanya. Maka wajar karena kompleksitas keunikannya
itulah sampai saat ini hanya dapat menduga-duga. Kalaupun kajian bersifat
ilmiah, konklusinya tidak dapat serta merta diproklamasikan sebagi sumber
informasi primer yang benar secara generik.
Dikatakan demikian karena manusia benar-benar unik karena
tidak ada dua individu yang identik, walaupun kedua individu tersebut kembar. Apalagi
jika manusia ini diteliti dengan mengkomparisasikannya dengan hewan atau
makhluk lain. Manusia sebagai makhluk berakal, makhluk lain. manusia sebagai makhluk
berakal, makhluk berpikir, mahkluk sosial, beradab, berperasaan, dan sekaligus
mahkluk individu.
Individu perserta didik memiliki cara-cara yang berbeda
dalam memahami informasi dalam proses pembelajaran. Perbedaan ini tergantung pada
teori belajar yang lebih disukai. Terdapat tiga komponen utama dari yang dapat
mempengaruhi kemampuannya dalam proses pembelajaran, yaitu gaya belajar
merupakan faktor koqnitif atau pengetahuan individu, efektif atau sikap, dan
lingkungan belajar seperti suhu ruangan, jumlah keanggotaan, dan dukungan emosi
(Munir, 2008:159)
Perbedaan
individu ini disebut perbedaan individual. Maka perbedaan dalam perbedaan individual
menurut Landgren (1980:578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada
aspek fisik maupun aspek psikologis. Sementara Gerry 1963 (Oxendine, 1984:317)
mengkatagorikan perbedaan individual kedalam bidang-bidang berikut:
a. Perbedaan
fisik, usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan
dan kemampuan bertindak.
b. Perbedaan
sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku.
c. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif,
minat, dan sikap.
d. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
e. Perbedaan
kecakapan atau kepandaian disekolah.
Aspek perbedaan
individu dalam pendidikan berikut ini akan diuraikan secara singkat tentang
aspek-aspek perbedaan individu yang mendasari pendidikan. Yaitu:
1. Aspek
biologi prilaku manusia pada hakekatnya dipengaruhi oleh interaksinya dengan
lingkungan (empiris), dan faktor ketururnan (hereditas).
2. Aspek intelektual
(kognitif) selain perbedaan biologis, setiap individu memiliki perbedaan intelektual.
3. Aspek
psikologis ada dua komponen mendasar yang membedakan individu secara psikologis
dalam dunia ilmu pendidikan, yaitu minat dan kemadirian. Minat sangat berkaitan
dengan masalah bahan ajar, alat ajar, situasi, kondisi, serta guru. Sedangkan kemandirian
seseorang bergantung pada upaya membebaskan diri dari ketergantungan pada
bantuan orang lain, menumbuhkan keberanian, dan rasa percaya diri.
Sementara
sifat hakekat manusia menjadi kajian antropologi, yang hasilnya sangat
diperlukan dalam upaya menumbuh kembangkan potensi, manusia melalui
penyelenggaraan pendidikan.
sifat hakekat
manusia merupakan ciri-ciri yang karakteristik, yang secara principal
membedakan manusia dengan hewan, walaupun antara manusia dengan hewan banyak
kemiripan terutama secara biologis (lihat orang hutan). Karenanya banyak filsuf
menamakan manusia identik dengan hewan seperti: Socrates, menyebut manusia Zoon
Politico (hewan yang bermasyarakat); Max Schaller ; menyebutkan : Das
Krantetier (Hewan Yang Selalu
Bermasalah); demikian pula Charles Darwin dengan teori evolusinya telah
membuktikan bahwa manusia berasal dari kera (Primat) tetapi dia gagal yang
disebutnya dengan The Missing Link. Sementara
wujud sifat Manusia, a). Kemampuan menyadari diri. Dengan
kemampuan menyadari diri
maka manusia dapat membedakan dirinya dengan manusia lain (ia, mereka) dan dengan lingkungan
non manusia (fisik).
Manusia dapat
membuat jarak dengan manusia lain dan lingkungannya. Manusia memiliki arah
pandangan kedalam dan keluar.
Pandangan arah
kedalam, akan memberi status lingkungan sebagai subyek berhadapan dengan aku
sebagai obyek. (Penting untuk pengembangan sosial). Pandangan arah keluar, memandang lingkungan sebagai
obyek, aku sebagai obyek yang memanipulasikan lingkungan untuk aku, berpuncak
pada egoisme. (Penting untuk pengembangan individualitet). Dalam
pendidikan kedua arah tersebut harus dikembangkan secra seimbang.
Dalam konteks
pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain) prilaku individu beserta
sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni: (1) kawasan kognitif, (2)
kawasan afektif, (3) kawasan psikomotor. Taksonomi prilaku diatas menjadi rujukan
penting dalam proses pendidikan, terutama kaitanya dengan usaha dan hasil
pendidikan.
Dalam hal ini kemampuan siswa sangat dipengaruhi oleh
tiga komponen yang saling terkait dalam proses pembelajaran. Selain itu
perbedaan kemampuan dalam proses pembelajaran masih ada yang mempengaruhinya,
yaitu motivasi, dan bagaimana belajar yang efektif. Individu siswa sebaiknya
mengetahui juga dalam hal ini.
Banyak siswa
atau mahasiswa gagal atau tidak mendapatkan hasil yang baik dalam pelajarannya,
mereka kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran. Seperti di ketahui,
belajar itu sangat kompleks. Belum diketahui segala bentuk-bentuknya. Kemampuan
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan
belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian kita dapat membantu siswa
dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Ini
tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk dengan sendirinya akan menjamin
sukses siswa. Sukses hanya tercapai berkat usaha keras. Tanpa usaha tak akan
tercapai sesuatu ( Slameto, 2010: 73).
Dalam hal
pembelajaran motivasi sangat mempengaruhi hasil belajar siswa dan kemampuan
belajarnya. Menurut Slameto (2010:26) motivasi berasal dari kata motif (Achievement Motivation) yang didalamnya
terdiri Dari dorongan kognitif, harga diri, dan kebutuhan berafilitasi. Oleh sebab
itu Budingsih (2008:15) agar retensi meningkat, maka mulailah dengan
menampilkan kerangka isi/ materi pelajaran, baru kemudian secara bertahap
mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam kerangka isi tersebut dan secara
tetap mengaitakn setiap tahapan elaborasi pada kerangka isi. Dengan kata lain,
teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan
proses psikologi dalam diri si belajar, sedangkan teori belajar mengungkapkan
hubungan antara kegiatan si belajar dengan proses-proses psikologi dalam diri
si belajar. Atau, teori belajar mengungkapkan hubungan antara fenomena yang
yang ada dalam diri si belajar.
Dijelaskan
oleh Landa (dalam Degeng 1989) bahwa “
The major difference between them (instructional theory and learning theory) is
that instructional theories….deal with relationships, between teacher’s-or
teaching-actions as cause and students’ psychological and/or behavioral
processes as effect (outcomes), whereas learning theories…. Deal with
relationships between learner’s-or learning-actions as causes and psychological
or behavioral processes as effect (outcomes).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar