Pandangan
Behavioral Tentang Pembelajaran
Oleh: Satriyo Pamungkas
Teori belajar behavioristik masih
dirasakan manfaatnya dalam kegiatan pembelajaran. Selain teori ini telah mampu
memberikan sumbangan atau motivasi bagi lahirnya teori-teori belajar lain, juga
karena prinsip-prinsipnya terasa masih dapat di aplikasikan secara praktis
dalam pembelajaran hingga kini. Walaupun teori ini masih dapat kritikan, namun
dalam hal-hal tertentu masih diperlukan khusunya dalam mempelajari aspek-aspek
yang sifatnya relative permanendengan tujuan belajar yang telah dirumuskan
secara ketat (Budini8ngsih, 2008:30).
Menurut teori
behavioristik ini, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah
lakudengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan tingkah laku.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau output yang berupa
respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswanya, sedangkan respon
adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stuimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Oleh sebab itu apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon) semuanya harus dapat diamati dan di ukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatau hal yang penting
untuk melihat terjadi tindakan tingkah laku tersebut (Budiningsih, 2008:20).
Secara ringkas,
teori behavioristik ini mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.
Sesorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukan
perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan
atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau ouput yang berupa
respon, diperlukan juga penguatan (reinforcement)
adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Demikian juga
jika penguatan dikurangi (negative reinforcement)
maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behavioristik ini
antara lain, thorndike, Watson, Skinner, Hull, dan Guthrie (Budiningsih, 2008:
19-20)
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan
belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic”
yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi
menuntut satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukan bahwa siswa
telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Walugaimanapun, menurut penghematan penulis, aliran behavioristik
ini merupakan aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan antara stimulus dan respon, mendudukkan
siswa sebagai individu yang pasif. Karena teori Behavioristik memandang bahwa
sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah terstruktur rapih dan teratur,
maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang
jelas dan di tetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasan dan disiplin menjadi
sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan
dengan penegakkan displin. Kegagalan atau ketidak mampuan dalam penambahan
pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk prilaku yang
pantas diberi hadiah. Hal inilah yang akan bertampak pada psikologi siswa,
apakah dia “Bangkit” atau “ Terpuruk”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar