Sabtu, 16 Februari 2013


Pandangan Behavioral Tentang Pembelajaran
Oleh: Satriyo Pamungkas

            Teori belajar behavioristik masih dirasakan manfaatnya dalam kegiatan pembelajaran. Selain teori ini telah mampu memberikan sumbangan atau motivasi bagi lahirnya teori-teori belajar lain, juga karena prinsip-prinsipnya terasa masih dapat di aplikasikan secara praktis dalam pembelajaran hingga kini. Walaupun teori ini masih dapat kritikan, namun dalam hal-hal tertentu masih diperlukan khusunya dalam mempelajari aspek-aspek yang sifatnya relative permanendengan tujuan belajar yang telah dirumuskan secara ketat (Budini8ngsih, 2008:30).
            Menurut teori behavioristik ini, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah lakudengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswanya, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stuimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Oleh sebab itu apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon) semuanya harus dapat diamati dan di ukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatau hal yang penting untuk melihat terjadi tindakan tingkah laku tersebut (Budiningsih, 2008:20).
            Secara ringkas, teori behavioristik ini mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Sesorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau ouput yang berupa respon, diperlukan juga penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behavioristik ini antara lain, thorndike, Watson, Skinner, Hull, dan Guthrie (Budiningsih, 2008: 19-20)
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Walugaimanapun, menurut penghematan penulis, aliran behavioristik ini merupakan aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini. Aliran ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan antara stimulus dan respon, mendudukkan siswa sebagai individu yang pasif. Karena teori Behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah terstruktur rapih dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan di tetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakkan displin. Kegagalan atau ketidak mampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk prilaku yang pantas diberi hadiah. Hal inilah yang akan bertampak pada psikologi siswa, apakah dia “Bangkit” atau “ Terpuruk”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar