Minggu, 20 Januari 2013

KERAJINAN DARI BOTOL PLASTIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan dapat menjadi salah satu ide munculnya peluang usaha baru. Hal ini terbukti dengan banyaknya usaha kerajinan yang memakai bahan baku dari sampah, terutama dari sampah plastik. Bahan plastik yang berasal dari rumah tangga ataupun pabrik, ternyata dapat dimanfaatkan untuk membuat produk – produk yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Pengolahan sampah yang efektif adalah sinergi dari semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Hal ini untuk mengurangi permasalahan sampah yang kian menggunung serta keterbatasan ruang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Berbagai cara pun dilakukan, mulai dari penghematan hingga daur ulang, tapi tetap saja sampah menggunung. Kerajinan Tangan dari sampah plastik merupakan kerajinan yang bisa menjadi alternatif peluang usaha di sekeliling kita. Seperti diketahui Plastik merupakan bahan kebutuhan yang banyak dipergunakan dalam kehidupan manusia modern. Akan tetapi sisa sampah dari plastik menjadi permasalahan tersendiri bagi kehidupan. Solusinya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan yang berasal dari plastik atau mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat . Sampah plastik bisa diolah menjadi aneka Kerajinan yang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Peluang usaha Kerajinan sampah plastik ini disamping mendatangkan rezeki juga mengurangi polusi akibat sampah plastik. Hampir semua masyarakat menyukai kerajinan sampah plastik, dari mulai tas, dan sandal yang sering digunakan pelajar, mahasiswa, serta anak muda lainnya, hingga perabot rumah tangga seperti kotak tisu, serta keset yang banyak dicari para ibu rumah tangga. Keberhasilan dan kesuksesan usaha rumahan membutuhkan kejelian untuk melihat peluang pasar dan strategi yang tepat. Hal itu tidak sulit, perlu mengetahui caranya. Inovasi yang menarik merupakan hal yang dibutuhkan untuk sukses berbisnis di bisnis rumahan, tentu saja dengan modal kecil dan untung besar. Ada sedikt cara sebelum melakukan pengolahan sampah, terlebih dahulu harus mengetahui apa saja material yang dapat didaur ulang. Dari jenis sampah organik, kita bisa mendaur ulang: 1. Sampah rumah tangga (sampah sisa kegiatan rumah tangga), di antaranya: sayuran dan buah-buahan yang dibuang dalam proses memasak, serta makanan sisa (nasi basi, tulang ikan, dan buah-buahan busuk) 2. Sampah anorganik, diantaranya: botol bekas dari plastik, kertas, Kaleng Bekas, bekas kemasan kue, rangka meja, besi, dan rangka beton, plastik bekas wadah shampoo, deterjen, ember, dan lainnya. Ada empat jenis sampah yang perlu di daur ulang (recycle) antara lain sampah plastik, kertas, aluminium, kayu, sampah organik, ban bekas, dan lainnya. Mengolah sampah plastik adalah sebuah harga mutlak, karena plastik tidak bisa diuraikan oleh tanah. Hal ini bisa mengurangi krisis sampah plastik. Salah satu sampah plastik yang dapat di jadikan kerajinan tangan yang mempunyai daya jual yaitu sampah plastik yang berbentuk botol. Botol plastik ini dapat dirubah menjadi berbagai bentuk jenis kerajinan yang dapat dijadikan sebagai dari hasil buah tangan berupa tempat sabun, mobil-mobilan, tempat pena, lampu kamar, boneka, dll. Mengubah sampah Botol yang terbuat dari bahan plastik menjadi kreasi, Cara membuatnya juga tidak sulit. Persiapkan bahan-bahannya, di antaranya botol plastik, seperti botol bekas air mineral, botol bekas shampoo, cologne, sabun cair, dan pemutih pakaian, kain felt, pita kain, benang wol hitam, dan dasar kain. Kemudian, sediakan alat-alat yang digunakan untuk pembuatan aneka kreasi bentuk ini, yaitu gunting, lem, lem tembak, cat poster, spidol warna-warni. Saat ini yang menjadi pilihan ibu rumah tangga untuk bekerja adalah faktor ekonomi. Mereka menghawatirkan dengan mengandalkan gaji suami saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bekerja dan mengelola usaha sendiri bukanlah hal yang asing lagi, banyak ibu rumah tangga menjalankan bisnis dirumah agar dapat mengasuh anak-anaknya, hasilnya tergantung dari usaha dan target yang ingin di capai. Untuk membuat kerajinan dari botol plastik bekas, ada beberapa yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar dapat berjalan dengan lancer dan optimal, antara lain, ruang tempat pelatihan, penyediaan alat-alat, penyediaan bahan utama dan penunjang, dan kualitas hasil kerajinan yang dihasilkan. Tujuan pelatihan agar ibu-ibu rumah tangga menjadi kreatifitas dengan menghasilkan beragam bentuk kerajinan tangan menggunakan alat sederhana sehingga mampu meningkatkan perekonomian keluarga. II. Identifikasi Kemampuan Bawahan dan Karakteristik Peserta Pelatihan Kondisi perekonomian di daerah sipin tepatnya di lorong kebun jeruk RT 16/05 kota jambi tergolong dalam tingkat perekonomian menengah kebawah. Untuk meningkatkan perekonomian keluarga, usaha rumahan ibu rumah tangga adalah suatu alternative yang sangat potensial. Ibu rumah tangga pada umumnya memiliki waktu yang cukup sehingga sangat baik jika di salurkan untuk membuka usaha rumahan. Dengan usaha dirumah, para ibu rumah tangga berharap bisa mendapat tambahan penghasilan yang bisa membantu keuangan keluarga. Salah satu bahan yang dapat di ubah oleh ibu-ibu rumah tangga adalah sampah dari botol plastik. Usaha kerajinan botol plastik dapat di jadikan usaha sampingan untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga, jika dilakukan dengan fokus, punya rencana, target, waktu, dan komitmen untuk menjalaninya. Kerajinan dari sampah botol plastik bisa dijadikan usaha rumahan, dari kesederhanaan usaha rumahan, kerajinan dari botol plastik bekas ini akan memberikan kelebihan, baik berupa perekonomian, karya seni, penciptaan lapangan kerja, dan mengurangi sampah yang menggunung di tempat pembuangan akhir (TPA). Analisis kemampuan bawahan dan karakteristik peserta didik sangat penting dilakukan. Dengan mengetahui sejauh mana pengetahuan atau keterampilan yang telah mereka miliki maka perancang pembelajaran dapat menyesuaikan kegiatan pembelajaran yang akan diikuti dengan kemampuan, minat, kebutuhan, dan lingkungan peserta didik. Di bawah ini adalah daftar kemampuan bawahan yang akan dibelajarkan ke peserta pelatihan yaitu ibu-ibu RT. 16 Solok Sipin Kota Jambi. Identifikasi kemampuan bawahan sebagai berikut : 1. Mengenalkan usaha rumahan kerajinan botol platik a) Mengenal usaha rumahan b) Menjelaskan perekonomian keluarga. c) Mengenalkan botol plastik d) Mengenalkan contoh kerajinan hasil dari botol plastik e) Mengenalkan jenis botol yang dapat di gunakan f) Mengenalkan biaya awal yang di butuhkan g) Mengenalkan alat bantu yang di perlukan h) Mengenalkan bahan-bahan utama yang di butuhkan 2. Menjelaskan proses pembuatan kerajinan dari botol plastik a) Menjelaskan cara membersihkan botol plastik b) Menjelaskan pembuatan pola c) Menjelaskan cara menggunting botol plastik d) Menjelaskan cara membuat lubang di botol plastik 3. Membuat assesories a) Membuat kotak tisu b) Membuat mobil-mobilan c) Membuat tempat pensil dan pena d) Membuat boneka e) Membuat sarang lampu f) Membuat tas/ dompet 4. Perhitungan keuntungan usaha a) Kebutuhan dasar b) Bahan untuk kerajinan botol plastik c) Bahan penunjang d) Biaya lain-lain e) Menghitung pendapatan f) Menghitung laba rugi 5. Pemasaran kerajinan dari botol plastik a) Mengetahui tempat lokasi pasar-pasar b) Mengenal strategi pemasaran c) Mempromosikan d) Memasarkan hasil kerajinan 6. Kepuasan pribadi a)Meningkatkan ekonomi keluarga b) Menciptakan karya seni c) Menciptakan karya lain d) Membuktikan peran wanita 2.1. Tabel Kemampuan Bawahan No Kemampuan Bawahan Domain Kognitif Afektif Psikomotor 1 Mengenal kerajinan botol plastic a)Mengenal usaha rumahan b)Menjelaskan perekonomian keluarga. c)Mengenalkan botol plastic d)contoh kerajinan botol plastic e)Mengenalkan jenis botol f)Mengenalkan biaya awal g)Mengenalkan alat bantu h)Mengenalkan bahan utama 2 Menjelaskna Proses pembuatan a) cara membersihkan botol b) Menjelaskan pembuatan pola c) cara menggunting botol plastic d)cara membuat lubang di botol 3 Membuat assesories a) Membuat kotak tisu b) Membuat mobil-mobilan c) Membuat tempat pensil/pena d) Membuat boneka e) Membuat sarang lampu f) Membuat tas/ dompet 4 Perhitungan keuntungan usaha a) Kebutuhan dasar b) Bahan kerajinan botol plastic c) Bahan penunjang d) Biaya lain-lain e) Menghitung pendapatan f) Menghitung laba rugi 5 Pemasaran kerajinan a) Mengetahui lokasi pasar b) Mengenal strategi pemasaran c) Mempromosikan d) Memasarkan hasil kerajinan 6 Kepuasan pribadi a)Meningkatkan ekonomi keluarga b) Menciptakan karya seni c) Menciptakan karya lain d) Membuktikan peran wanita 2.3. Perumusan Tujuan Pembelajaran Salah satu manfaat dari kegiatan mmengidentifikasi kemampuan dan karakteristik awal peserta didik adalah untuk menentukan garis batas antara kemampuan yang tidak perlu dipelajari dan kemampuan yang harus dipelajari atau dikuasai oleh peserta didik. Kemampuan yang harus dipelajari atau harus kuasai ini kemudian dirumuskan dalam bentuk kompetensi-kompetensi dasar atau indikator ketercapaian dimana dalam penyusunannya hendaknya digunakan kalimat yang operasional. Rumusan tujuan pembelajaran yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: Tabel Perumusan Tujuan Pembelajaran NO RUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Setelah diberi penjelasan, peserta mengenal usaha C A B rumah dari botol plastik dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta memahami keadaan C A B ekonomi keluarga dengan benar. 1. D 2. Setelah diberi penjelasan, peserta menggenal macam- 3. C A B 4. macam botol dengan benar. 5. D 6. Setelah diberi penjelasan, peserta mengenal hasil 7. C A B 8. Kreatifitas dari botol plastik dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta mengenal biaya awal C A B dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta mengenal cara C A B Menggunakan alat dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta mengenal bahan C A B utama dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta mengambil bahan dan C A B alat yang akan digunakan dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta membersihkan botol C A B plastik dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta membuat pola pada C A B botol sesuai bentuk yang diinginkan dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta menggunting botol C A B Sesuai pola dengan benar D Setelah didemonstrasikan, peserta membuat lubang C A B dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta memasang assesoris C A B dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta membuat kotak tisu C A B dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta membuat mobil - C A B mobilan dengan benar D Setelah dijelaskan, peserta membuat kotak pensil C A B dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta membuat boneka C A B dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta membuat sarang C A B lampu dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta membuat tas atau C A B dompet dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta membuat perhitungan C A B keuntungan dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta membuat diskripsi C A B Kebutuhan dasar dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta menyediakan bahan C A B kerajinan botol plastik dengan benar D Setelah diberi demonstrasi, peserta membuat rincian C A B biaya lain dengan benar D Setelah di jelaskan, peserta menghitung pendapatan C A B dengan benar D Setelah dijelaskan, peserta menghitung laba rugi C A B dengan benar D Setelah diberi penjelasan, peserta melakukan pemasaran C A B Kerajinan dengan benar D Setelah dijelaskan, peserta memilih lokasi pasar C A B dengan benar. D Setelah diberi penjelasan, peserta memahami strategi C A B pemasaran dengan benar D Setelah didemonstrasikan, peserta mempromosikan hasil C A B kreatifitas dengan benar D Setelah didemonstrasikan, peserta melakukan C A B pemasaran hasil kerajinan dengan benar. D Setelah didemonstrasikan, peserta memperoleh C A B kepuasan pribadi dengan hasil memuaskan. D Setelah diberi penjelasan, peserta dapat meningkatkan C A B ekonomi keluarga dengan benar. D Setelah mendemonstrasikan, peserta dapat menciptakan C A B karya seni dari botol plastik dengan benar. D Setelah mendemonstrasikan, peserta dapat menciptakan C A B karya seni lain dengan benar. D Setelah menciptakan karya seni, peserta membuktikan C A B peran wanita dapat membantu ekonomi keluarga. D 2.4. Tes Acuan Patokan dan Penskoran No. Urut No. Tujuan Butir Tes Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan usaha rumah? 2. Sebutkan perbedaan usaha industry pabrik dengan usaha rumah? 1. Jelaskan keadaan ekonomi Indonesia saat ini ? 1. Pilihlah jenis botol mana yang dapat di gunakan untuk membuat kreatifitas ! 1. Sebutkan ciri-ciri kreatifitas yang terbuat dari bahan botol plastik ! 1. Sebutkan berapa biaya awal yang diperlukan untuk membeli bahan yang utama! 1. Sediakan alat dan bahan ! 2. Sebutkan alat yang diperlukan ? 1. Sebutkan bahan pokok kreatifitas dari botol plastik ? 1. Siapkan bahan dan alat utama ! 1. Sebutkan cara bersihkan botol plastik? 1. Buatlah pola yang akan dibuat pada botol plastik! 1. Guntinglah pola yang telah dibuat pada botol! 1. Bagaimana cara membuat lubang pada botol ! 2. Sebutkan alat yang dibutuhkan untuk membuat lubang! 1. Pasang assesoris ! 1. Buatlah kotak tisu menggunakan bahan botol plastik ! 1. Buatlah mobil-mobilan menggunakan bahan botol plastik ! 1. Buatlah kotak pensil menggunakan bahan botol plastik ! 1. Buatlah boneka unik menggunakan bahan botol plastik ! 1. Buatlah sarang lampu menggunakan bahan botol plastik ! 1. Buatlah dompet/ tas menggunakan bahan botol plastik ! 1. Berikan penjelasan perhitungan keuntungan dasar! 1. Buatlah diskripsi kebutuhan dasar ! 1. Sediakan bahan kerajinan botol plastik ! 1. Sebutkan rincian biaya lain yang diperlukan? 1. Bagaimana cara menghitung pendapatan ? 1. Bagaimana cara menghitung kerugian? 1. Teknik makukan pemasaran ? 1. Pilihlah tempat menjual hasil dari kretifitas ? 1. Sebutkan cara memilih strategi pemasaran ? 1. Bagaimana cara melakukan pemasaran ? 1. Setelah hasil sudah jadi bagaimana untuk mempromosikannya? 1. Lakukan pemasaran hasil prodak tersebut? 1. Apa yang di rasakan dengan melihat hasil kerja ? 2. Puaskah dengan hasil yang telah di ciptakan ? 1. Apa saja keuntungan dari usaha rumahan ? 1. Bentuk apa yang akan diciptakan berikutnya? 1. Apakah menggunakan bahan lain ? 1. Apakah akan menciptakan hasil kreasi dengan bentuk dan bahan lain ? 1. Sebutkan apa saja peran wanita ? III. PENGEMBANGAN MATERI KREATIFITAS KERAJINAN TANGAN DARI BOTOL PLASTIK 3.1. Cara Membersihkan Cara membersihkan dan membuat botol plastik nampak cantik dan bersih. Seperti dibawah ini: 1. Koyakkan kertas surat khabar kecil-kecil lalu rendamkan ke dalam bekas nerisi air yang telah dicampurkan dengan sedikit bahan peluntur. 2. Basuh bekas plastik sekali lalu kemudian rendamkan ke dalam campuran cebisan surat khabar dan air peluntur selama semalaman. 3. Keesokkan harinya basuh bekas plastik tadi dengan serbuk sabun yang telah dicampur dengan limau nipis. Basuh bersih-bersih, bilas dan keringkan. Lihat hasilnya. bekas palstik akan jadi lebih bersih dan kelihatan baru. Bagi anak anak membuat Kerajinan Tangan dari botol aqua ini sangatlah menyenangkan untuk bermain dan melatih kreatifitas anak dalam memanfaatkan barang Bekas Botol Dirumah. Ada macam banyak cara membuat kerajinan tangan dari botol aqua bekas, macam macam kerajinan tangan dari botol plastik merupakan hasil kreasi unik yang dapat menambah keindahan estetika, berikut ini adalah macam macam jenis Kerajinan Tangan dari botol aqua yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk cara membuat Kerajinan Tangan dari botol aqua. 3.2. Contoh Kreasi Dari Botol Plasti cara membuat kerajinan dari botol plastik, cara membuat kerajinan tangan dari botol bekas, cara membuat vas bunga dari botol aqua, kerajinan tangan dari aqua gelas, cara membuat bunga dari botol aqua, dll. Dibawah ini adalah gambar hasil keterampilan tangan dari botol plastik. kerajinan tangan selain dari botol aqua kerajinan tangan dari botol aqua kerajinan tangan dari botol lain Tabel Jenis Botol Jenis Botol Untuk Kreasi Jenis Botol Tidak Bisa Untuk Kreasi 3.4. Resiko Usaha dalam berwirausaha 3.4.1. Resiko Usaha Dalam menjalankan suatu kegiatan pembangunan atau pengembangan usaha tentunya akan menghadapi beberapa resiko usaha yang dapat mempengaruhi hasil usahanya tersebut, apabila hal tersebut tidak diantisipasi dan dipersiapkan serta penanganannya maka bisa saja resiko usaha tersebut terjadi. Beberapa diantaranyacontoh resiko usaha tersebut dapat bersumber dari faktor internal maupun eksternal suatu kelompok usaha kecil ataupun pada perusahaan. - Resiko Internal Usaha Dalam menjalankan usaha setiap perusahaan atau suatu kelompok usaha kecil, dibutuhkan suatu perangkat untuk mendukung jalannya usaha tersebut diantaranya yaitu sumberdaya berupa modal dan personil yang handal sesuai dengan kebutuhan. Selain itu juga diperlukan peraturan baku atau SOP yang memuat kewajiban dan hak hak karyawannya, sehingga dapat mengantisipasi peluang terjadinya kesalahpahaman antara pihak manajemen perusahaan dengan para karyawannya. - Resiko Eksternal Usaha a) Resiko Buyer atau Supplier Dalam melakukan pemasaran, hasil produksi harus lebih berkonsentrasi kepada kwalitas pelayanan dan selalu melakukan kegiatan untuk meningkatkan kualitas dan kontinuitas kepada buyer potensial yang telah menjadi pelanggan kita. b) Resiko Perekonomian Faktor resiko ini yang berasal dari luar kegiatan usaha kita sendiri, diantaranya disebabkan oleh kondisi perekonomian, sosial dan politik baik lokal, nasional maupun internasional yang dapat berakibat kurang baik terhadap dunia usaha pada umumnya. Memburuknya kondisi perekonomian juga akan dapat mengakibatkan daya beli masyarakat menurun terhadap produk kita, disamping kondisi ekonomi makro juga cukup berpengaruh terhadap volume kegiatan usaha kita c) Resiko Perkembangan Teknologi Kemajuan teknologi yang saat ini semakin pesat dapat membantu pihak pengelola dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Selain pada masalah produksi, maka masalah ketepatan waktu pasokan dan kecepatan pelayanan dapat memberi kepuasan bagi para konsumen kita. Apabila pihak produsen kurang memanfaatkan perkembangan teknologi, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi, yang pada akhirnya akan kalah dalam bersaing di pemasaran. d) Resiko Penghentian Ijin Usaha Persyaratan perijinan adalah merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh suatu kelompok usaha menengah ataupun perusahaan untuk dapat melakukan kegiatan usaha. Hal ini berhubungan dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengusaha dalam menjalankan usahanya dan perlindungan terhadap hak hak konsumen. Apabila perusahaan melakukan pelanggaran atas ketentuan yang berlaku maka terdapat juga kemungkinan sebagian atau seluruh ijin usaha perusahaan tersebut dapat dibekukan sementara, ataupun dicabut sehingga dapat menghambat dan mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. Hal ini bisa saja terjadi apabila lalai dalam hal mengelola perijinan usahanya. e) Resiko Persaingan Usaha Setiap usaha pasti tidak terlepas dari persaingan bisnis dengan lainnya yang bergerak pada bidang yang sama. Dalam hal ini setiap bidang usaha harus lebih mempertimbangkan masalah kualitas atau standar produk yang ditawarkan, ketepatan waktu supplier dan tingkat harga yang ditawarkan dipasaran merupakan faktor utama f) Resiko Perubahan Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Setiap usaha berhubungan dengan konsumen dan produsen yang mensuplai kebutuhan usahanya. Di dalam menjaga hubungan itu pemerintah mengatur melalui berbagai peraturan. Kegagalan perusahaan dalam mengantisipasi peraturan peraturan baru yang ditetapkan oleh pemerintah dapat juga mempengaruhi pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasarannya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan juga. g) Resiko Tidak Tercapainya Target Proyeksi Bila proyeksi produksi dan penerimaan yang dibuat tidak tercapai, maka akan berakibat kepada kemampuan perusahaan dalam memberikan return atau pengembalian kepada investor maupun kepada pemegang saham serta keterlambatan dalam melunasi kewajiban pinjamannya sesuai dengan jadwalnya. 3.4.2. Resiko Lingkungan Usaha Evaluasi dan Penanganan Dampak Lingkungan Berbagai jenis usaha dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, dan dapat melahirkan dampak Iingkungan yang kompleks pula, Terutama bidang usaha yang mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungan fisik atau ekosistem. Dengan demikian patut diperhatikan baik berupa pemeliharaan, dan upaya menjalin keserasian hubungan timbal balik, khususnya antara manusia dengan sumber daya alam lingkungan hidupnya. Tentunya setiap bidang usaha perlu melakukan kegiatan fisik sewaktu melakukan kegiatan operasional. Agar tidak menyebabkan terjadi perusakan lingkungan maka kegiatan usaha hendaknya tetap diarahkan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu antara lain: 1. Kegiatan usaha yang direncanakan akan tetap disesuaikan dengan ketentuan yang sudah disetujui oleh instansi pemerintah yang terkait. 2. Dampak kelestarian hubungan ekosistem yang serasi dan seimbang antara manusia sebagai pengguna sumber daya alam dengan lingkungannya, yang menyediakan sumber daya yang memiliki serba keterbatasan, baik menurut jenisnya, kualitas dan kuantitasnya. 3. Evaluasi penanganan dampak lingkungan akan memberikan gambaran bagi upaya pemecahan masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan proyek Adapun hasil pengevaluasian terhadap penanganan dampak lingkungan yang dimaksudkan untuk: 1. Dapat diketahui seberapa besar pengaruh dampak yang akan ditimbulkan sehubungan dengan kegiatan proyek yang akan direncanakan. 2. Mampu memberi masukan mengenai cara-cara terbaik untuk memperkecil pengaruh dampak lingkungan seandainya hal tersebut sulit atau tidak dapat dihindari. 3. Besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan tersebut akan dapat diperkirakan, sehingga langkah-langkah pencegahan sedini mungkin dapat dilakukan dan dapat mendorong proses percepatan kegiatannya Selanjutnya dengan cara pengendalian tersebut maka akan dapat dimanfaatkan hasilnya dalam perencanaan berikutnya, bahan sebagai acuan atau pedoman didalam melakukan tahapan operasional serta pada tahap pengelolaan kegiatanya, yaitu: 1.Mampu memberikan informasi kepada masyarakat sedini mungkin, baik yang bermukim disekitar wilayah kegiatan usaha, agar hal tersebut perlu dipahami secara umum. 2.Mampu mengajukan tanggapan bahwa pengajuan saran atauusulan pencegahan bagi kemungkinan terjadinya dampak lingkungan yang lebih besar dari akibat kegiatan operasional usaha. 3.Kesemuanya itu kemudian dijadikan sebagai suatu cara atau isyarat pemberi tanda bahaya, menentukan bobot dampak lingkungan yang paling mengancam terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian evaluasi penanganan dampak lingkungan akan mencakup mengenai elemen analisa dampak, yang menggambarkan kemungkinan yang akan timbul akibat kegiatan usaha tersebut. Mencakup prakiraan dampak berikut alternatif penanganan, arah pedoman pemecahan masalah, pencegahan dampak yang bersifat merugikan menurut tingkat intensitas kejadiannya. Mengingat kedudukan dan kegiatan usaha tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi lingkungan secara tersendiri sebab setiap lingkungan usaha adalah merupakan suatu lingkungan alam yang terdiri dari unsur alam dan manusia berada didalamnya. Hubungan di antara keduanya akan terjadi interaksi yang sangat kuat dan membentuk suatu sistem ekologis. Demikian juga dengan dikembangkannya usaha di atas, berarti akan terjadi suatu perubahan atau penambahan kegiatan baru yang secara langsung dan tak langsung akan turut mempengaruhi kegiatan fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan penelaahan terhadap dampak negatif yang mungkin timbul karena adanya kegiatan usaha yang terjadi, baik langsung maupun tak langsung dan segi fisik, juga dampak sosial ekonomi dan budaya. Sehingga, hal tersebut tentunya perlu pembahasan masalah elemen elemen analisa dampak lebih lanjut. Baca sumber lengkapnya di: http://cara-membuat.net/contoh-resiko-usaha#ixzz2FIUPYuIj 3.5. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEMASARAN Hal utama yang menjadi dasar perlu adanya pemasaran bagi perusahaan atau industri rumah adalah karena produk yang dihasilkannya tidak bisa mencari konsumennya sendiri. Oleh karena itu, selalu terdapat bidang khusus yang menangani distribusi produk mereka agar sampai ke tangan konsumen. Divisi tersebut dinamakan divisi pemasaran, yang di dalamnya termasuk bagian penjualan. Pemasaran ini mendapat perhatian sangat serius para ahli, karena ia menjadi semacam roh bagi sebuah hasil industri rumah yang berupa kerajinan tangan. Betapapun bagusnya sebuah produk, tanpa didukung pemasaran yang memadai, akan menjadi sia-sia. Kualitas sebuah produk memang menentukan daya tarik bagi konsumen, tetapi tanpa didukung model pemasaran yang memadai, akan sulit sampai ke tangan konsumen. Sebuah produk barang atau jasa tidak akan dibeli apabila konsumen tidak mengetahui kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat diperoleh dan berapa harganya. Untuk itulah konsumen yang menjadi sasaran produk perlu diberikan informasi yang jelas mengenai: 1. Sebuah produk beserta mutunya. 2. Kegunaan produk tersebut serta cara penggunaanya. 3. Di mana produk tersebut bisa didapatkan 4.Jika dianggap perlu disebutkan berapa harganya kedua poin pertama dilakukan oleh bagian promosi. Setelah sebuah produk, baik berupa barang maupun jasa cukup dikenal oleh konsumen, barulah diperlukan sarana distribusi agar produk tersebut sampai di tangan konsumen ditentukan strateginya. Ini dilakukan oleh bidang penjualan, kedua bidang tersebut merupakan bagian dari divisi pemasaran. 3.6. Pengertian Pemasaran Secara umum Pemasaran cenderung didefinisikan sebagai proses distribusi barang atau jasa yang dihasilkan suatu perusahaan atau koorporat kepada konsumen.Perhatikan difinisi-definisi berikut : 1. Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. 2. Pengertian Pemasaran Menurut Philip dan Duncan Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau yang dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen. 3.Pengertian Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat/American Merketing Association Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. (sumber :http://organisasi.org) Jika kita perhatikan pengertian di atas, maka pemasaran hanya diartikan sebagai kegiatan mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen. Dengan pengertian seperti itu menjadi tak ada bedanya antara pemasaran dan penjualan. Hingga saat ini banyak orang, termasuk beberapa eksekutif, belum bisa memahami perbedaan antara pemasaran dengan penjualan. Padahal, kedua istilah tersebut sesungguhnya memiliki konsep yang berbeda. Dalam konsep penjualan, suatu industri rumah mengeluarkan produk baru. Setelah itu, perusahaan tersebut menggunakan segala metode penjualan untuk merayu konsumen agar membeli produk tersebut. Setelah konsumen terbujuk, diharapkan mereka mau membeli produk tersebut sehingga perusahaan memperoleh laba. Jadi, dalam konsep penjualan, perusahaan mengarahkan permintaan konsumen agar sesuai dengan produk yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan konsep pemasaran. Di dalam konsep pemasaran, langkah perusahaan diawali dengan penjajakan untuk mengetahui apa yang di inginkan atau dibutuhkan konsumen. Kemudian, perusahaan tersebut mengembangkan sebuah produk yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen, dari sini perusahaan mendapatkanlaba. Di sini, perusahaan menyesuaikan produk mereka untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen. Willian J.Stanton dan Y Lamarto dalam bukunya berjudul Prinsip Pemasaran memberikan intisari perbedaan penjualan dan pemasaran seperti pada tabel di bawah ini : Tabel J. Stone dan Y Lamarto PENJUALAN PEMASARAN 1. Tekanan pada keinginan produk 2. Perusahaan sam-sama menentukan apa yang diinginkan dan kemudian mereka-reka bagaimana menjualannya. 3. Menajemen berorientasi ke Volume penjualan 4. Perancang berorientasi ke hasil jangka pendek, berdasarkan produk dan pasar. 1. Tekanan pada keinginan konsumen 2. perusahaan pertama-tama menentukan apa yang diinginkan dan kemudian dan mereka-reka bagaimana membuat dan menyerahkan produknya untuk memenuhi keinginan itu. 3. Menajemen berorientasi ke laba usaha 4. Perencanaan berorientasi ke hasil jangka panjang, berdasarkan produk-produk baru, pasar hari esok dan yang akan datang. Dengan pembedaan tersebut, WY. Stanton member pengertian bahwa pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merancang dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli actual maupun potensial. IV. STRATEGI PEMBELAJARAN I. Pra Pembelajaran a. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Umum: Setelah mengikuti pelatihan peserta dapat mengetahui cara membuat berbagai bentuk kreasi dari botol plastik dengan cara sederhana dengan hasil yang berkualitas. 2. Tujuan Khusus: - Mengamati jenis botol - Memilah botol - Mengamati bentuk botol yang dapat digunakan - Melakukan pengguntingan botol - Memilih jenis kreasi b. Apersepsi; - Peserta diberikan wawasan tentang peluang industry kerajinan di kota Jambi. c. Motivasi - Peserta pelatihan diberikan kesempatan menggunakan beberapa hasil kreasi kerajinan tangan dari botol plastik. - Peserta pelatihan diberikan kesempatan mengomentari bentuk kreasi apa yang akan laku di pasaran. - Peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat untuk bentuk lain yang dapat dihasilkan dari botol plastik. d. Pemberian Acuan - Menawarkan pelatihan produksi botol plastik. - Memberikan pemahaman kelebihan produk kerajinan tangan dari botol plastik. e. Pembagian kelompok dan Mekanisme - Peserta pelatihan dikelompokkan antara 2 – 4 orang dalam setiap kelompok. - Menjelaskan apa yang akan dilakukan pada tahap pertama sampai terakhir. - Menjelaskan peran dan tugas kelompok pelatihan. II. Presentasi Materi No. Urut No. Tujuan Materi Pembelajaran Keterangan 1 Mengidentifikasi jenis botol plastik yang berkualitas 1. 1.1.1 Mengidentifikasi bentuk botol berkualitas 2. 1.1.2 Mengidentifikasi alat dan bahan utama 3. 1.1.3 Menguji cara membersihkan botol plastik 4. 1.1.4 Menguji cara membuat pola pada botol plastik. 2 Menguji cara menggunting botol plastik sesuai dengan pola. 5. 2.1 Menguji cara membuat lubang pada botol 6. 2.2 Menguji cara menjahit botol plastic 7. 2.3 Menentukan bentuk kreatifitas 8. 2.4 Menguji membuat bentuk yang di inginkan III. Partisipasi a. Eksplorasi : Peserta diberikan kesempatan mengajukan pengalamannya tentang kerajinan tangan dari botol plastik dan bentuk lain yang dapat di hasilkan. b. Elaborasi : Instruktur bersama peserta mengidentifikasi ciri-ciri botol berkualitas; - Dari segi ukuran - Dari segi bentuk - Dari segi volume - Dari segi warna kulit - Dari segi membersihkan botol plastik - Dari segi menggunting botol plastik - Dari segi menjahit botol plastic c. Konfirmasi : Instruktur memberikan penguatan terhadap pendapat peserta tentang botol plastik yang berkualitas baik sebagai bahan baku pembuatan kreasi. IV. Penilaian a. Jenis Penilaian : Performance/unjuk kerja b. Alat Penilaian : Instrumen penugasan c. Kriteria Ketuntasan : 80% d. Rubrik Penilaian : 20% V. EVALUASI FORMATIF Komponen yang Dievaluasi Metode Instrumen Data Strategi Pembelajaran Wawancara Wawancara Pada bagian pra pembelajaran direvisi sesuai dengan hasil wawancara , karena tidak cocok menggunakan pengelompokkan dalam mekanisme pembelajaran sehingga diganti dengan individu. VI. Revisi Setelah melakukan evaluasi formatif dengan menggunakan metode wawancara dapat diketahui bahwa, bagian E (Pembagian kelompok dan Mekanisme) pada strategi pembelajaran harus direvisi. Hasil wawancara yang di dapat, jika peserta pelatihan di kelompokkan akan berpengaruh pada hasil karya yang ingin di ciptakan. Sehingga akan terjadi perselisihan di antara peserta kelompok tersebut. Oleh karena itu pembagian kelompok di ubah dengan cara individu agar hasil karya yang inginn di ciptakan sesuai dengan keinginannya. Hasil revisi sebagai berikut : E. Pembagian kelompok dan Mekanisme - Peserta pelatihan harus memperhatikan penjelasan instruktur dengan cermat. - Menjelaskan yang harus dipersiapkan oleh peserta, untuk menciptakan kreasi dari tahap pertama sampai tahap akhir yang harus dilakukan.

PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations, Dick& Carey)

PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations, Dick& Carey) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran Dosen Pembimbing : Frof.Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd Frof. Dr. Rahmat Murbojono, M.Pd Dr. Martinis Yamin, M.Pd Oleh Satriyo Pamungkas Magister Teknologi Pendidikan Universitas Jambi Desember 2012/2013 Bab 10 PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations) 1.1. Pendahuluan Material pembelajaran yang awalnya merupakan draft asli atau mungkin telah direvisi dan telah menjadi produk akhir yang didistribusikan kepada target populasi yang akan dibelajarkan, sebagai konsekuensinya hampir pasti banyak permasalahan yang timbul sehubungan efektivitas penggunaannya. Akibatnya terlalu sering instruktur dipersalahkan karena kurang dalam pengajaran dan peserta didik yang kurang dalam belajar padahal faktanya material pembelajaran yang kurang mendukung upaya pembelajaran. Masalah-masalah yang timbul dari material pembelajaran yang tidak diuji terlebih dahulu terlibat membesar seiring dengan hadirnya proyek pengembangan kurikulum yang besar. Mulai saat itu konsep evaluasi ditujukan sebagai perbandingan antara efektivitas inovasi dengan produk-produk lain yang ada. Penelitian menemukan bahwa prestasi siswa relatif rendah dengan material kurikulum yang baru. Melihat situasi ini Cronbach (1975) dan Scriven (1967) menyimpulkan bahwa kita harus memperluas konsep evaluasi. Mereka mengusulkan Evaluasi formatif sebagai pengumpulan data dan informasi selama pengembangan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Evaluasi formatif sebenarnya digunakan sebagai proses untuk meningkatkan pembelajaran setelah konsep atau naskah pertama pembelajaran dikembangkan. Lebih baik mencoba lebih dini komponen-komponen proses desain untuk menghindari banyak masalah yang tidak tercakup sebelum lengkapnya naskah pembelajaran. Dalam bab ini akan membahas bagaimana menerapkan teknik evaluasi formatif terhadap pengembangan material yang baru, pemilihan dan penerapan material, penyampaian pembelajaran dari instruktur, dan penggabungan dari tiga bentuk penyajian. 1. Konsep Evaluasi Formatif Evaluasi formatif menurut Scriven adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program pembelajaran tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan suatu perbaikan. Sementara Weston, McAlpine dan Bordonaro (1995) menjelaskan bahwa tujuan evaluasi formatif adalah untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program pembelajaran. Worthen dan Sanders (1997) menyatakan bahwa evaluasi formatif dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif yang bermanfaat untuk memperbaiki suatu program. Menurut Dick and Carey 2005 Evaluasi Formatif adalah proses yang digunakan perancang untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk merevisi pembelajaran agar efisien dan efektif. Penekanan evaluasi formatif adalah pada pengumpulan dan analisis data dan revisi pembelajaran. Ketika versi akhir pembelajaran telah dihasilkan, evaluator yang lain mengumpulkan data untuk menentukan efektivitasnya. Terdapat tiga tahap dasar dari evaluasi formatif yaitu : 1. Evaluasi satu-satu atau evaluasi klinis Pada tahap ini perancang bekerja dengan individu siswa untuk memperoleh data merevisi material. 2. Evaluasi kelompok kecil Sebuah kelompok 8 sampai 20 orang siswa yang mewakili target populasi, yang mempelajari material pembelajaran dan ujian sendiri untuk mengumpulkan data yang diperlukan. 3. Evaluasi Uji coba lapangan Tahap ini menekankan pada uji coba prosedur yang diperlukan untuk menerapkan pembelajaran pada situasi yang sebisa mungkin mendekati dunia nyata. 2. Perancangan Evaluasi Formatif Tujuan evaluasi formatif adalah untuk menunjukkan dengan tepat kesalahan-kesalahan spesifik dalam material pembelajaran dengan maksud memperbaiki, mengevaluasi desain termasuk instrumen, prosedur dan personel yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi tentang lokasi dan alasan-alasan untuk berbagai masalah. Fokus desain hanya pada tujuan dan objektif pembelajaran akan terlalu terbatas. Data pencapaian siswa terhadap tujuan dan objektif tidaklah cukup karena data ini akan hanya menyediakan informasi tentang dimana kesalahan terjadi bukan mengapa terjadi. Kerangka kerja desain evaluasi formatif adalah strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran menjadi dasar untuk membuat material pembelajaran sekaligus kunci untuk menemukan kesalahan-kesalahan material pembelajaran. Menggunakan strategi pembelajaran sebagai kerangka pengembangan instrumen evaluasi dan prosedur akan membantu menghindari perancangan evaluasi formatif yang terlalu kecil fokusnya atau terlalu luas. Strategi pembelajaran digunakan untuk membantu mendesain evaluasi formatif dengan cara membuat sebua matrik yang memuat daftar komponen strategi pembelajaran di satu sisi dan mayor area pertanyaan tentang pengajaran di sisi lain. Pertemuan antara komponen dengan pertanyaan matrik, dapat dibuat pertanyaan yang harus dijawab dalam merancang evaluasi formatif. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat merencanakan instrumen yang tepat dan prosedur yang digunakan dan audien yang tepat sebagai informasi. Tabel 10.1 berikut memberikan gambar ini : Contoh Kerangka kerja Desain Evaluasi Formatif Tabel 10.1 Area Utama Pertanyaan tentang Material Komponen Pokok Material Tipe Belajar Isi Kejelasan Motivasi Manajemen Preinstruksional Motivasi awal Tujuan Kemampuan awal Penyajian Urutan Ukuran unit Isi Contoh Partisipasi Latihan Umpan Balik Penilaian Pretests Posttest Konteks Kinerja Penilai Pengumpulan data Spesialis Belajar Checklist wawancara Ahli konten Checklist wawancara Target siswa Observasi Wawancara Tes Material Target siswa Observasi Wawancara Tes Target siswa/guru Observasi Wawancara Lima area pertanyaan yang tepat untuk semua material adalah : 1. Apakah material sesuai untuk tipe tujuan pembelajaran (Intelektual atau ketrampilan motorik, sikap atau informasi verbal). 2. Apakah material pembelajaran memadai untuk pengajaran ketrampilan bawahan dan ketrampilan ini telah diurutkan dan dikelompokkan secara logika? 3. Apakah material jelas dan siap dimengerti oleh perwakilan target kelompok ? 4. Apa motivasi nilai material ? 5. Dapatkah material dikelola secara efisien ? Dua baris terakhir dari tabel 10.1 menunjukkan pertama : Siapa individu atau kelompok yang paling tepat untuk mengevaluasi masing-masing aspek material. Kedua mengingatkan untuk mempertimbangkan bagaimana cara mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dari evaluator ( ceklists atau daftar pertanyaan, wawancara, observasi). Dalam mendesain instrumen untuk mengumpulkan informasi dari peserta didik, harus mempertimbangkan tahapan (Satu-satu, kelompok kecil dan uji coba lapangan), pengelolaan (konteks kinerja dan belajar), dan sifat informasi yang dikumpulkan. Data-data informasi yang dikumpulkan minimal mencakup sebagari berikut : 1. Data tes dikumpulkan melalui tes kemampuan awal, pretest, posttest dan konteks performansi. 2. Catatan, komentar atau tanda yang dibuat peserta didik pada material pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam material. 3. Pengumpulan data pertanyaan-pertanyaan sikap dan atau komentar hasil wawancara dimana peserta didik mengungkapkan keseluruhan reaksi mereka terhadap pembelajaran dan persepsi dimana kesulitannya secara umum. 4. Waktu yang diperlukan bagi peserta didik untuk menyelesaikan berbagai komponen dari pengajaran. 5. Reaksi dari ahli masalah subjek. Verifikasi akurat dan berlaku terhadap isi dari modul. 6. Reaksi manajer atau supervisor yang telah mengamati peserta didik menggunakan ketrampilannya dalam konteks performansi. 3. Peran ahli / pakar masalah subjek, pembelajaran dan spesialis pebelajar dalam evaluasi formatif Meskipun fokus proses evaluasi formatif adalah pada perolehan data dari peserta didik, adalah juga penting untuk mendapatkan tinjauan pengajaran dari ahli / pakar. Peran ahli dalam evaluasi formatif adalah : 1. Orang diluar proyek yang memiliki keahlian dalam area isi pengajaran. Mereka akan memberikan komentar pada akurasi dan berlakunya (currency) pengajaran. 2. Spesialis yang terlibat dalam outcomes tipe pembelajaran. 3. Adalah juga dapat membantu dengan membagi naskah / konsep pertama pengajaran dengan orang yang dikenal oleh target populasi, yang dapat melihat pengajaran dari sudut pandang target populasi. 4. Jenis Evaluasi Formatif a. Evaluasi satu-satu dengan Pebelajar Tujuan evaluasi satu-satu adalah mengidentifikasi dan menghilangkan kesalahan-kesalahan yang jelas dan nyata dalam pengajaran dan memperoleh indikasi performanasi yang awal dan reaksi terhadap konten dari peserta didik. Ini dilakukan dengan interaksi langsung antara perancang dan individu peserta didik. Perancang bekerja sendiri dengan tiga atau lebih peserta didik yang mewakili target populasi. Kriteria Selama pengembangan strategi pembelajaran dan pengajarannya sendiri, perancang membuat banyak sekali terjemahan dan keputusan yang menghubungkan isi, peserta didik, format pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Uji coba satu-satu memberikan kepada perancang pandangan sesaat terhadap kelangsungan dari hubungan ini dan terjemahan dari perspektif peserta didik. Tiga kriteria utama dan keputusan perancang yang akan dibuat selama evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Kejelasan (Clarity). 2. Dampak Apa dampak pengajaran pada sikap individu peserta didik dan pencapaian tujuan ? 3. Kemungkinan dilaksanakan. (Seberapa mungkin pengajaran memberikan kesesuaian dengan sumber daya seperti waktu atau konteks ?) Pemilihan Peserta Didik Perancang harus memilih peserta didik dengan tepat dan mewakili target populasi. Peserta didik yang dipilih harus mewakili rentang kemampuan dari kelompok target populasi karena kemampuan selalu merupakan salah satu syarat untuk mempelajari ketrampilan dan informasi baru. Perancang setidaknya memilih satu diatas kemampuan rata-rata, satu yang rata-rata dan satu yang dibawah rata-rata kemampuannya. Perancang juga harus memperhatikan karakteristik lain selalu kemampuan yang mungkin berhubungan dengan pencapaian peserta didik dan oleh karena itu harus sistematis terwakili dalam evaluasi formatif. Untuk evaluasi satu-satu, perancang memilih satu dengan sikap yang sangat positf, satu yang netral, dan satu yang negatif. Pengumpulan Data Tabel 10.2 memuat tipe informasi yang dapat diperoleh untuk perbandingan dengan kejelasan, dampak dan kriteria kemungkinan dilaksanakan. Daftar di masing-masing kategori kriteria dimaksudkan untuk ilustrasi dari pada mendalam sekali sebab derajat relevansi dari masing-masing jenis informasi mungkin berbeda dari kematangan peserta didik, isi pembelajaran dan metode penyampaian. Tabel 10.2 Kriteria evaluasi formatif untuk ujicoba satu-satu dan tipe informasi untuk masing-masing kriteria KRITERIA PESAN HUBUNGAN PROSEDUR Kejelasan Pengajaran • Level kosa kata • Kompleksitas kalimat • Kompleksitas pesan • Pendahuluan • Elaborasi • Kesimpulan • Transisi Sikap • Konteks • Contoh • Analogi • Ilustrasi • Demonstrasi • Tinjauan • Ringkasan Prestasi / Pencapaian • Urutan • Ukuran bagian • Transisi • Langkah • Variasi Dampak pada Peserta didik • Kegunaan informasi dan skill (relevansi) • Seberapa mudah/sulit mempelajari informasi dan ketrampilan (konfiden) • Kepuasan thd ketrampilan yang dipelajari. Peserta Didik • Kejelasan arah dan butir untuk posttests. • Skor pada posttests. Sumber (Resources) Fisibel • Kematangan • Independensi • Motivasi • Waktu • Peralatan • Lingkungan Dalam hal kejelasan, terdapat tiga katagori utama untuk memperjelas informasi yaitu : pesan, hubungan dan prosedur. Pesan, berhubungan dengan seberapa jelas pesan bagi peserta didik mencakup : kosa kata yang digunakan, kompleksitas kalimat dan struktur pesan. Katagori kedua, hubungan, merujuk kepada bagaimana pesan disusun untuk peserta didik, mencakup konteks, contoh, analogi, ilustrasi, demontrasi, tinjauan, ringkasan. Area ketiga prosedur merujuk pada karakteristik dari pengajaran seperti urutannya, ukuran bagian yang disajikan, transisi antar bagian, langkah dan bariasi yang dibangun kedalam penyajian. Kriteria kedua di Tabel 10.2 adalah Dampak pada peserta didik berhubungan dengan sikap tentang pengajaran dan pencapaiannya pada tujuan spesifik. Evaluator perlu untuk menentukan apakah peserta didik merasa pengajaran yang diberikan : 1. Secara personal relevan dengannya. 2. Dapat diselesaikan dengan upaya yang pantas. 3. Menarik dan memuaskan Kriteria ketiga di Tabel 10.2 adalah Fisibel (dapat dikerjakan), berhubungan dengan pertimbangan orientasi manajemen yang dapat diuji selama uji coba satu-satu. Pertimbangan fisibel mencakup kemampuan peserta didik, media pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran : 1. Bagaimana kematangan, independensi, motivasi peserta didik ? 2. Dapatkah peserta didik mengoperasikan berbagai peralatan yang dibutuhkan? 3. Apakah peserta didik merasa senang dengan linkungan ini ? 4. Apakah biaya penyampaian pengajaran pantas diberikan waktu yang dibutuhkan ? Prosedur Prosedur yang khas dalam evaluasi satu-satu adalah menjelaskan kepada peserta didik bahwa satu set material pembelajaran telah didesain dan diharapkan respon peserta didik terhadap material tersebut. Kesalahan yang mungkin dilakukan peserta didik seharusnya merupakan kekurangan dari material bukan kesalahan peserta didik. Ketika peserta didik menggunakan material ini, mereka menemukan kesalahan yang berhubungna dengan percetakan, konten yang hilang, halaman yang hilang, grafik dengan pelebelan yang tidak tepat, hubungan yang tidak tepat pada halaman web, dan kesalahan karena kesulitan mekanik lainnya. Penilaian dan Kuesioner Setelah menyelesaikan ujicoba satu-satu, harus direview posttest dan pertanyaan-pertanyaan sikap dalam cara yang sama. Setelah masing-masing langkah dalam butir penilaian, tanyakan kepada peserta didik mengapa mereka memberikan respon seperti yang mereka lakukan. Ini akan membantu menunjukkan bukan hanya kesalahan tetapi juga alasan-alasan kesalahan. Kita juga harus mengevalausi kegunaan dari instrumen evaluasi. Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi elemen tercakup dalam instrumen adalah sebagai berikut : 1. Pertimbangkan masing-masing elemen yang perlu diperhatikan 2. Kejelasan cara menerangkan elemen. 3. Efisiensi urutan perintah. Waktu belajar Adalah waktu yang diperlukan bagi peserta didik / pebelajar untuk menyelesaikan pembelajaran mereka. Hanya estimasi kasar yang dapat diperoleh dari evaluasi satu-satu tergantung interaksi antara peserta didik dengan perancang. Kita dapat mengurangkan persentase waktu yang digunakan dengan total waktu tetapi pengalaman mengindikasikan bahwa banyak estimasi yang tidak begitu akurat. Interpretasi Data Interpretasi data dari evaluasi uji coba satu-satu adalah hal yang kritis dan penting. Perhatikan jangan terlalu mengeneralisasi data yang diperoleh dari hanya satu individu. Walaupun dipastikan partisipasi target peserta didik mewakili kelompok yang diteliti akan membantu memastikan reaksi mereka adalah khas dari target kelompok, namun tidak ada garansi bahwa target peserta didik kedua akan merespon dengan cara yang sama. Perbedaan kemampuan , harapan dan personalitis diantara anggota target kelompok menghasilkan data yang berbeda dari masing-masing individu. Informasi yang diperoleh dari ujicoba satu-satu hanya sebagai pandangan sekilas yang mungkin atau tidak mungkin general. Kesalahan-kesalahan yang terlihat selama ujicoba akan memerlukan segera revisi yang akurat. Hasil Belajar (Outcomes) Hasil belajar dari ujicoba satu-satu adalah pembelajaran yang : 1. Mengandung kosa kata yang tepat, kompleksitas bahasa, contoh dan ilustrasi partisipasi peserta didik. 2. Menghasilkan sikap peserta didik yang pantas dan pencapaian atau diperbaiki dengan tujuan meningkatkan sikap dan kinerja peserta didik. 3. Terlihat fisibel untuk digunakan dengan peserta didik yang ada, sumber daya dan pengelolaan. b. Evaluasi Kelompok Kecil Terdapat dua tujuan utama dari evaluasi kelompok kecil yaitu : 1. Menentukan efektivitas perubahan yang dibuat berdasarkan evaluasi satu-satu dan mengidentifikasi berbagai masalah belajar yang tertinggal yang mungkin ada. 2. Menentukan apakah peserta didik dapat menggunakan pengajaran tanpa interaksi dengan instruktur / guru. Kriteria dan Data Informasi yang diperoleh tentang fisibilitas pengajaran selalu mencakup : 1. Waktu yang diperlukan bagi peserta didik untuk menyelesaikan sekaligus pengajaran dan ukuran kinerja yang diperlukan. 2. Biaya dan kelangsungan penyampaian pengajaran pada format dan lingkungan yang diperlukan. 3. Sikap penerapan atau pengelolaan pengajaran. Pemilihan Peserta Didik Untuk kelompok kecil diperlukan kira-kira 8 - 20 orang peserta didik. Jika kurang dari delapan maka data akan tidak terlalu mewakili target populasi. Di sisi lain kalau melebihi dua puluh peserta didik maka data dari tambahan peserta didik tidak akan memberikan informasi tambahan. Dalam pengelolaan penelitian ideal, pemilihan peserta didik dapat dilakukan secara random yang akan memungkinkan kita mengeneralkan seluruh target populasi. Yaitu dengan cara memilih satu orang yang mewakili masing-masing sub kelompok.Contoh beberapa sub kelompok yang mungkin termasuk seperti : a. Pencapaian siswa yang Rendah, rata-rata dan tinggi. b. Peserta didik dengan berbagai bahasa ibu (daerah). c. Peserta didik yang akrab dengan prosedur umum (Pengajaran berbasis web) dan yang tidak. d. Peserta didik muda yang tidak berpengalaman seperti yang dewasa. Prosedur Prosedur dasar yang digunakan dalam evaluasi kelompok kecil berbeda tipis dengan evaluasi satu-satu. Instruktur mulai dengan menjelaskan material berada dalam tahap pengembangan formatif dan untuk itu perlu untuk memperoleh umpan balik bagaimana meningkatkannya. Sambil menjelaskan, instruktur mengatur material dalam cara yang diperlukan seperti apabila dalam bentuk yang sudah final. Instruktur hanya intervensi ketika peralatan gagal, peserta didik terhenti dalam proses pembelajaran dan tidak dapat melanjutkan. Kesulitan-kesulitan peserta didik dan solusinya harus dicatat sebagai bagian data revisi. Penilaian dan Kuesioner Tujuan utama memperoleh reaksi peserta didik terhadap pengajaran adalah mengidentifikasi persepsi, kelemahan dan kekuatan dalam implementasi strategi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan berikut selalu digunakan : 1. Apakah pengajaran menarik ? 2. Apakah anda mengerti apa yang seharusnya anda pelajari ? 3. Apakah material berhubungan langsung dengan tujuan ? 4. Apakah termasuk latihan praktek yang cukup ? 5. Apakah latihan praktek relevan ? 6. Apakah tes benar-benar mengukur pengetahuan anda tentang tujuan ? 7. Apakah anda menerima umpan balik yang cukup pada latihan praktek ? 8. Apakah anda mereka percaya diri ketika menjawab pertanyaan tes ? Analisis dan Ringkasan Data Informasi deskriptif dan kuantitatif yang diperoleh selama uji coba harus diringkas dan dianalisis. Data kuantitatif terdiri dari skor tes sebaik waktu yang diminta dan biaya proyek. Informasi deskripsi terdiri dari komentar yang terkumpul dari kuesioner sikap, wawancara atau catatan evaluator (instruktur) selama ujicoba. Hasil Belajar (Outcomes) Perbaikan diperlukan dalam pengajaran seperti : perubahan contoh dan kosa kata dalam item tes atau meningkatkan alokasi waktu belajar. Modifikasi mungkin juga memerlukan perubahan utama dalam strategi pembelajaran (strategi motivasi, urutan tujuan, format penyampaian pembelajaran) atau dalam penyajian informasi kepada peserta didik. Sekali pengajaran diperbaiki dengan cukup memadai, ujicoba lapangan dapat dimulai. c. Uji Coba Lapangan Tujuan dari bagian terakhir dari evaluasi formatif adalah untuk menentukan apakah perubahan dalam pengajaran yang dibuat setelah evaluasi kelompok kecil, efektif. Tujuan lain adalah untuk melihat apakah pengajaran dapat digunakan dalam konteks yang dimaksud, apakah secara administrasi mungkin untuk menggunakan pengajaran dalam pengelolaan yang dikehendaki. Lokasi Evaluasi Dalam menentukan tempat untuk evaluasi lapangan, perlu memperhitungkan dua situasi berikut : 1. Jika material pembelajaran diuji coba di kelas yang saat ini menggunakan kelompok besar, lockstep pacing maka penggunaan material pembelajaran sendiri mungkin sangat baru dan merupakan pengalaman yang berbeda bagi peserta didik. Adalah penting untuk meletakan dasar bagi prosedur baru dengan menjelaskan kepada peserta didik bagaimana material digunakan dan mereke membedakannya dengan pengajaran biasanya. 2. Jika material diuji coba di kelas individual maka akan sulit menemukan kelompok peserta didik yang cukup besar yang siap bagi material pembelajaran sebab peserta didik akan disebar dalam material yang mereka pelajari. Kriteria dan Data Tujuan utama dari uji coba lapangan adalah menetapkan dan menghilangkan berbagai masalah yang tertinggal dalam pengajaran. Terdapat banyak persamaan antara uji coba kelompok kecil dengan uji coba lapangan. Keputusan yang harus dibuat selama kedua tipe uji coba adalah apakah performansi peserta didik cukup memadai dan penyampaian pengajaran adalah terjangkau. Persamaan yang lain adalah pada pengumpulan informasi peserta didik pada pencapaian dan sikap, prosedur instruktur dan sikap, sumber seperti waktu, biaya, tempat dan peralatan. Perbedaan diantara kedua ujicoba adalah kepuasan aktual dari material, peserta didik, prosedur , instruktur dan pengelolaan. Pemilihan Peserta Didik Uji coba lapangan mengikutsertakan sekitar 30 orang peserta didik dalam satu kelompok yang mewakili target populasi dimana material hendak diberikan. Karena kelompok yang khas sulit ditemukan maka perancang sering memilih dari beberapa kelompok yang berbeda. Hal ini untuk memastikan data yang akan dikumpulkan sesuai dengan kondisi yang di kehendaki seperti kelas terbuka, pengajaran tradisional dan pusat belajar jarak jauh. Prosedur uji coba lapangan Prosedur uji coba lapangan hampir sama dengan uji coba kelompok kecil dengan beberapa perkecualian. Perubahan utama adalah pada peran perancang yang seharusnya tidak melakukan lebih dari sebagai pengamat proses. Karena pengajaran memerlukan instruktur yang khas maka perancang harus mendesain dan memberikan pelatihan khusus kepada instruktur agar mengetahui secara pasti bagaimana menggunakan pengajaran itu. Perbedaan lain, pretest dan posttest akan dimodifikasi atau dikurangi hanya untuk menilai kemampuan awal yang paling penting dan ketrampilan yang akan diajarkan. Ringkasan Data dan Interpretasi Ringkasan data dan prosedur analisis adalah sama antara kelompok kecil dan uji coba lapangan. Data pencapaian seharusnya diatur oleh tujuan pembelajaran dan informasi sikap dari peserta didik dan instruktur seharusnya diarahkan pada tujuan spesifik ketika mungkin. Meringkas data pada format ini akan membantu menentukan area pengajaran yang tidak efektif. Informasi dari uji coba lapangan ini digunakan untuk merencanakan revisi akhir dalam pengajaran. Hasil Belajar (Outcomes) Tujuan uji coba lapangan dan revisi akhir adalah pengajaran efektif yang menghasilkan level yang diinginkan dari pencapaian peserta didik dan sikap dan fungsi ini seperti yang diharapkan dalam pengaturan pembelajaran. Revisi yang tepat, dibuat dalam pengajaran menggunakan data tentang area masalah yang diperoleh dari uji coba lapangan. 5. Fungsi Evaluasi Formatif Evaluasi formatif dari material pembelajaran adalah dilakukan untuk menentukan efektivitas dari material dan merevisinya dalam area dimana yang tidak efektif. Evaluasi formatif seharusnya dilakukan pada pengembangan material baru sebaik material yang ada yang dipilih berdasarkan pada strategi pembelajaran. Evaluasi formatif harus didesain untuk memproduksi data untuk menentukan dengan tepat area spesifik dimana pengajaran salah dan mengusulkan bagaimana merevisinya. 6. Kesimpulan Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan instruktur selama dalam perkembangan atau dalam kurun waktu proses pelaksanaan suatu program pengajaran. Dengan maksud agar segera dapat mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan-penyimpangan, ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu fungsi dari pada evaluasi formatif adalah terutama ditujukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Kuesioner Sikap untuk Langkah Utama 6 : Mengelola Interaksi Kerjasama Kelompok, Session 10, Tujuan 6.1.1 sampai 6.5.1 Session 10 : Perilaku yang melahirkan kerjasama anggota INSTRUKSI : Gunakan kuesioner berikut untuk menilai efektivitas sesi hari ini pada perilaku yang melahirkan kerjasama anggota. Berikan nilai kualitas dari pengajaran dalam lima katagori utama. Daftar masing-masing area pembelajaran di sebelah kiri. Lingkari respon di sebelah kanan mencerminkan persepsi level kualitas terbaik. Pada bagian akhir, berikan komentar pada sesi ini yang dipertimbangkan menjadi kekuatan atau masalah. I. Perhatian : Pada tingkat berapa aktivitas pembelajaran berikut menarik perhatian anda ? TINGKAT PERHATIAN AREA PEMBELAJARAN (Lingkari salah satu pada masing2 area) A. Membaca, analisis catatan dialog ilustrasi Rapat NCW : 1. Aksi anggora yang membantu interaksi kerjasama Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian 2. Strategi pimpinan untuk mendorong kerjasama kelompok Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian B. Memperhatikan, analisis videotape rapat NCW 3. Tindakan positif anggota yang mendukung Interaksi kerjasama Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian 4. Pimpinan NCW melahirkan perilaku kerjasama anggota Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian C. Memperagakan diri sendiri sebagai pimpinan kelompok untuk : 5. Melahirkan perilaku kerjasama anggota dalam kelompok saya Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian II. Berhubungan : Pada tingkat mana anda percaya ketrampilan berikut relevan untuk membantu anda menjadi pimpinan yang efektif di rapat pemecahan masalah NCW ? TINGKAT RELEVANSI 6. Mengenal perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat Relevan 7. Melahirkan perilaku kerjasama anggota selama Rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat Relevan III. Percaya diri : Pada level mana kepercayaan yang anda miliki bahwa anda dapat efektif menggunakan ketrampilan manajemen interaksi kelompok dalam diskusi pemecahan masalah NCW ? TINGKAT KEPERCAYAAN 8. Mengenal perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat percaya 9. Melahirkan perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat percaya IV. Kejelasan : Pada level mana kejelasan yang dipercaya terhadap material pembelajaran dan kegiatan ? TINGKAT KEJELASAN 10. Sesi pengenalan Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 11. Tujuan sesi Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 12. Dialog bercatatan dari rapat NCW Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 13. Videotape rapat NCW Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 14. Peragakan diri sendiri sebagai pemimpin kelompok Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 15. Pembelajaran kegiatan pemimpin kelompok Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 16. Ceklis yang digunakan untuk menemukan kegiatan Pemimpin yang positif Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 17. Umpan balik pada latihan untuk opsi pemimpin dan Anggota positif Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas V. Kepuasan : Secara keseluruhan, seberapa puas anda dengan : TINGKAT KEPUASAN 18. Fasilitas Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 19. Instruktur Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 20. Langkah Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 21. Pengajaran Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 22. Anda sendiri, relatif terhadap ketrampilan baru Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas Yang telah anda kembangkan / perbaiki VI. Komentar : Berikan komentar pada aspek-aspek sesi ini yang menurut anda merupakan kekuatan atau permasalahan. Kekuatan Permasalahan Pendahuluan : Tujuan : Dialog bercatatan : Videotape : Sesi interaksi kepemimpinan : Penilaian : Lainnya : Lainnya : DAFTAR PUSTAKA Dick, W. & Carey, L. 2005. The Sistematic Design Of Instructional. Illinois, Glenview: Scot, Foresman and Company.

PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations, Dick& Carey)

PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations, Dick& Carey) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran Dosen Pembimbing : Frof.Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd Frof. Dr. Rahmat Murbojono, M.Pd Dr. Martinis Yamin, M.Pd Oleh Satriyo Pamungkas Magister Teknologi Pendidikan Universitas Jambi Desember 2012/2013 Bab 10 PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations) 1.1. Pendahuluan Material pembelajaran yang awalnya merupakan draft asli atau mungkin telah direvisi dan telah menjadi produk akhir yang didistribusikan kepada target populasi yang akan dibelajarkan, sebagai konsekuensinya hampir pasti banyak permasalahan yang timbul sehubungan efektivitas penggunaannya. Akibatnya terlalu sering instruktur dipersalahkan karena kurang dalam pengajaran dan peserta didik yang kurang dalam belajar padahal faktanya material pembelajaran yang kurang mendukung upaya pembelajaran. Masalah-masalah yang timbul dari material pembelajaran yang tidak diuji terlebih dahulu terlibat membesar seiring dengan hadirnya proyek pengembangan kurikulum yang besar. Mulai saat itu konsep evaluasi ditujukan sebagai perbandingan antara efektivitas inovasi dengan produk-produk lain yang ada. Penelitian menemukan bahwa prestasi siswa relatif rendah dengan material kurikulum yang baru. Melihat situasi ini Cronbach (1975) dan Scriven (1967) menyimpulkan bahwa kita harus memperluas konsep evaluasi. Mereka mengusulkan Evaluasi formatif sebagai pengumpulan data dan informasi selama pengembangan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Evaluasi formatif sebenarnya digunakan sebagai proses untuk meningkatkan pembelajaran setelah konsep atau naskah pertama pembelajaran dikembangkan. Lebih baik mencoba lebih dini komponen-komponen proses desain untuk menghindari banyak masalah yang tidak tercakup sebelum lengkapnya naskah pembelajaran. Dalam bab ini akan membahas bagaimana menerapkan teknik evaluasi formatif terhadap pengembangan material yang baru, pemilihan dan penerapan material, penyampaian pembelajaran dari instruktur, dan penggabungan dari tiga bentuk penyajian. 1. Konsep Evaluasi Formatif Evaluasi formatif menurut Scriven adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program pembelajaran tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan suatu perbaikan. Sementara Weston, McAlpine dan Bordonaro (1995) menjelaskan bahwa tujuan evaluasi formatif adalah untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program pembelajaran. Worthen dan Sanders (1997) menyatakan bahwa evaluasi formatif dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif yang bermanfaat untuk memperbaiki suatu program. Menurut Dick and Carey 2005 Evaluasi Formatif adalah proses yang digunakan perancang untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk merevisi pembelajaran agar efisien dan efektif. Penekanan evaluasi formatif adalah pada pengumpulan dan analisis data dan revisi pembelajaran. Ketika versi akhir pembelajaran telah dihasilkan, evaluator yang lain mengumpulkan data untuk menentukan efektivitasnya. Terdapat tiga tahap dasar dari evaluasi formatif yaitu : 1. Evaluasi satu-satu atau evaluasi klinis Pada tahap ini perancang bekerja dengan individu siswa untuk memperoleh data merevisi material. 2. Evaluasi kelompok kecil Sebuah kelompok 8 sampai 20 orang siswa yang mewakili target populasi, yang mempelajari material pembelajaran dan ujian sendiri untuk mengumpulkan data yang diperlukan. 3. Evaluasi Uji coba lapangan Tahap ini menekankan pada uji coba prosedur yang diperlukan untuk menerapkan pembelajaran pada situasi yang sebisa mungkin mendekati dunia nyata. 2. Perancangan Evaluasi Formatif Tujuan evaluasi formatif adalah untuk menunjukkan dengan tepat kesalahan-kesalahan spesifik dalam material pembelajaran dengan maksud memperbaiki, mengevaluasi desain termasuk instrumen, prosedur dan personel yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi tentang lokasi dan alasan-alasan untuk berbagai masalah. Fokus desain hanya pada tujuan dan objektif pembelajaran akan terlalu terbatas. Data pencapaian siswa terhadap tujuan dan objektif tidaklah cukup karena data ini akan hanya menyediakan informasi tentang dimana kesalahan terjadi bukan mengapa terjadi. Kerangka kerja desain evaluasi formatif adalah strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran menjadi dasar untuk membuat material pembelajaran sekaligus kunci untuk menemukan kesalahan-kesalahan material pembelajaran. Menggunakan strategi pembelajaran sebagai kerangka pengembangan instrumen evaluasi dan prosedur akan membantu menghindari perancangan evaluasi formatif yang terlalu kecil fokusnya atau terlalu luas. Strategi pembelajaran digunakan untuk membantu mendesain evaluasi formatif dengan cara membuat sebua matrik yang memuat daftar komponen strategi pembelajaran di satu sisi dan mayor area pertanyaan tentang pengajaran di sisi lain. Pertemuan antara komponen dengan pertanyaan matrik, dapat dibuat pertanyaan yang harus dijawab dalam merancang evaluasi formatif. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat merencanakan instrumen yang tepat dan prosedur yang digunakan dan audien yang tepat sebagai informasi. Tabel 10.1 berikut memberikan gambar ini : Contoh Kerangka kerja Desain Evaluasi Formatif Tabel 10.1 Area Utama Pertanyaan tentang Material Komponen Pokok Material Tipe Belajar Isi Kejelasan Motivasi Manajemen Preinstruksional Motivasi awal Tujuan Kemampuan awal Penyajian Urutan Ukuran unit Isi Contoh Partisipasi Latihan Umpan Balik Penilaian Pretests Posttest Konteks Kinerja Penilai Pengumpulan data Spesialis Belajar Checklist wawancara Ahli konten Checklist wawancara Target siswa Observasi Wawancara Tes Material Target siswa Observasi Wawancara Tes Target siswa/guru Observasi Wawancara Lima area pertanyaan yang tepat untuk semua material adalah : 1. Apakah material sesuai untuk tipe tujuan pembelajaran (Intelektual atau ketrampilan motorik, sikap atau informasi verbal). 2. Apakah material pembelajaran memadai untuk pengajaran ketrampilan bawahan dan ketrampilan ini telah diurutkan dan dikelompokkan secara logika? 3. Apakah material jelas dan siap dimengerti oleh perwakilan target kelompok ? 4. Apa motivasi nilai material ? 5. Dapatkah material dikelola secara efisien ? Dua baris terakhir dari tabel 10.1 menunjukkan pertama : Siapa individu atau kelompok yang paling tepat untuk mengevaluasi masing-masing aspek material. Kedua mengingatkan untuk mempertimbangkan bagaimana cara mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dari evaluator ( ceklists atau daftar pertanyaan, wawancara, observasi). Dalam mendesain instrumen untuk mengumpulkan informasi dari peserta didik, harus mempertimbangkan tahapan (Satu-satu, kelompok kecil dan uji coba lapangan), pengelolaan (konteks kinerja dan belajar), dan sifat informasi yang dikumpulkan. Data-data informasi yang dikumpulkan minimal mencakup sebagari berikut : 1. Data tes dikumpulkan melalui tes kemampuan awal, pretest, posttest dan konteks performansi. 2. Catatan, komentar atau tanda yang dibuat peserta didik pada material pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam material. 3. Pengumpulan data pertanyaan-pertanyaan sikap dan atau komentar hasil wawancara dimana peserta didik mengungkapkan keseluruhan reaksi mereka terhadap pembelajaran dan persepsi dimana kesulitannya secara umum. 4. Waktu yang diperlukan bagi peserta didik untuk menyelesaikan berbagai komponen dari pengajaran. 5. Reaksi dari ahli masalah subjek. Verifikasi akurat dan berlaku terhadap isi dari modul. 6. Reaksi manajer atau supervisor yang telah mengamati peserta didik menggunakan ketrampilannya dalam konteks performansi. 3. Peran ahli / pakar masalah subjek, pembelajaran dan spesialis pebelajar dalam evaluasi formatif Meskipun fokus proses evaluasi formatif adalah pada perolehan data dari peserta didik, adalah juga penting untuk mendapatkan tinjauan pengajaran dari ahli / pakar. Peran ahli dalam evaluasi formatif adalah : 1. Orang diluar proyek yang memiliki keahlian dalam area isi pengajaran. Mereka akan memberikan komentar pada akurasi dan berlakunya (currency) pengajaran. 2. Spesialis yang terlibat dalam outcomes tipe pembelajaran. 3. Adalah juga dapat membantu dengan membagi naskah / konsep pertama pengajaran dengan orang yang dikenal oleh target populasi, yang dapat melihat pengajaran dari sudut pandang target populasi. 4. Jenis Evaluasi Formatif a. Evaluasi satu-satu dengan Pebelajar Tujuan evaluasi satu-satu adalah mengidentifikasi dan menghilangkan kesalahan-kesalahan yang jelas dan nyata dalam pengajaran dan memperoleh indikasi performanasi yang awal dan reaksi terhadap konten dari peserta didik. Ini dilakukan dengan interaksi langsung antara perancang dan individu peserta didik. Perancang bekerja sendiri dengan tiga atau lebih peserta didik yang mewakili target populasi. Kriteria Selama pengembangan strategi pembelajaran dan pengajarannya sendiri, perancang membuat banyak sekali terjemahan dan keputusan yang menghubungkan isi, peserta didik, format pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Uji coba satu-satu memberikan kepada perancang pandangan sesaat terhadap kelangsungan dari hubungan ini dan terjemahan dari perspektif peserta didik. Tiga kriteria utama dan keputusan perancang yang akan dibuat selama evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Kejelasan (Clarity). 2. Dampak Apa dampak pengajaran pada sikap individu peserta didik dan pencapaian tujuan ? 3. Kemungkinan dilaksanakan. (Seberapa mungkin pengajaran memberikan kesesuaian dengan sumber daya seperti waktu atau konteks ?) Pemilihan Peserta Didik Perancang harus memilih peserta didik dengan tepat dan mewakili target populasi. Peserta didik yang dipilih harus mewakili rentang kemampuan dari kelompok target populasi karena kemampuan selalu merupakan salah satu syarat untuk mempelajari ketrampilan dan informasi baru. Perancang setidaknya memilih satu diatas kemampuan rata-rata, satu yang rata-rata dan satu yang dibawah rata-rata kemampuannya. Perancang juga harus memperhatikan karakteristik lain selalu kemampuan yang mungkin berhubungan dengan pencapaian peserta didik dan oleh karena itu harus sistematis terwakili dalam evaluasi formatif. Untuk evaluasi satu-satu, perancang memilih satu dengan sikap yang sangat positf, satu yang netral, dan satu yang negatif. Pengumpulan Data Tabel 10.2 memuat tipe informasi yang dapat diperoleh untuk perbandingan dengan kejelasan, dampak dan kriteria kemungkinan dilaksanakan. Daftar di masing-masing kategori kriteria dimaksudkan untuk ilustrasi dari pada mendalam sekali sebab derajat relevansi dari masing-masing jenis informasi mungkin berbeda dari kematangan peserta didik, isi pembelajaran dan metode penyampaian. Tabel 10.2 Kriteria evaluasi formatif untuk ujicoba satu-satu dan tipe informasi untuk masing-masing kriteria KRITERIA PESAN HUBUNGAN PROSEDUR Kejelasan Pengajaran • Level kosa kata • Kompleksitas kalimat • Kompleksitas pesan • Pendahuluan • Elaborasi • Kesimpulan • Transisi Sikap • Konteks • Contoh • Analogi • Ilustrasi • Demonstrasi • Tinjauan • Ringkasan Prestasi / Pencapaian • Urutan • Ukuran bagian • Transisi • Langkah • Variasi Dampak pada Peserta didik • Kegunaan informasi dan skill (relevansi) • Seberapa mudah/sulit mempelajari informasi dan ketrampilan (konfiden) • Kepuasan thd ketrampilan yang dipelajari. Peserta Didik • Kejelasan arah dan butir untuk posttests. • Skor pada posttests. Sumber (Resources) Fisibel • Kematangan • Independensi • Motivasi • Waktu • Peralatan • Lingkungan Dalam hal kejelasan, terdapat tiga katagori utama untuk memperjelas informasi yaitu : pesan, hubungan dan prosedur. Pesan, berhubungan dengan seberapa jelas pesan bagi peserta didik mencakup : kosa kata yang digunakan, kompleksitas kalimat dan struktur pesan. Katagori kedua, hubungan, merujuk kepada bagaimana pesan disusun untuk peserta didik, mencakup konteks, contoh, analogi, ilustrasi, demontrasi, tinjauan, ringkasan. Area ketiga prosedur merujuk pada karakteristik dari pengajaran seperti urutannya, ukuran bagian yang disajikan, transisi antar bagian, langkah dan bariasi yang dibangun kedalam penyajian. Kriteria kedua di Tabel 10.2 adalah Dampak pada peserta didik berhubungan dengan sikap tentang pengajaran dan pencapaiannya pada tujuan spesifik. Evaluator perlu untuk menentukan apakah peserta didik merasa pengajaran yang diberikan : 1. Secara personal relevan dengannya. 2. Dapat diselesaikan dengan upaya yang pantas. 3. Menarik dan memuaskan Kriteria ketiga di Tabel 10.2 adalah Fisibel (dapat dikerjakan), berhubungan dengan pertimbangan orientasi manajemen yang dapat diuji selama uji coba satu-satu. Pertimbangan fisibel mencakup kemampuan peserta didik, media pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran : 1. Bagaimana kematangan, independensi, motivasi peserta didik ? 2. Dapatkah peserta didik mengoperasikan berbagai peralatan yang dibutuhkan? 3. Apakah peserta didik merasa senang dengan linkungan ini ? 4. Apakah biaya penyampaian pengajaran pantas diberikan waktu yang dibutuhkan ? Prosedur Prosedur yang khas dalam evaluasi satu-satu adalah menjelaskan kepada peserta didik bahwa satu set material pembelajaran telah didesain dan diharapkan respon peserta didik terhadap material tersebut. Kesalahan yang mungkin dilakukan peserta didik seharusnya merupakan kekurangan dari material bukan kesalahan peserta didik. Ketika peserta didik menggunakan material ini, mereka menemukan kesalahan yang berhubungna dengan percetakan, konten yang hilang, halaman yang hilang, grafik dengan pelebelan yang tidak tepat, hubungan yang tidak tepat pada halaman web, dan kesalahan karena kesulitan mekanik lainnya. Penilaian dan Kuesioner Setelah menyelesaikan ujicoba satu-satu, harus direview posttest dan pertanyaan-pertanyaan sikap dalam cara yang sama. Setelah masing-masing langkah dalam butir penilaian, tanyakan kepada peserta didik mengapa mereka memberikan respon seperti yang mereka lakukan. Ini akan membantu menunjukkan bukan hanya kesalahan tetapi juga alasan-alasan kesalahan. Kita juga harus mengevalausi kegunaan dari instrumen evaluasi. Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi elemen tercakup dalam instrumen adalah sebagai berikut : 1. Pertimbangkan masing-masing elemen yang perlu diperhatikan 2. Kejelasan cara menerangkan elemen. 3. Efisiensi urutan perintah. Waktu belajar Adalah waktu yang diperlukan bagi peserta didik / pebelajar untuk menyelesaikan pembelajaran mereka. Hanya estimasi kasar yang dapat diperoleh dari evaluasi satu-satu tergantung interaksi antara peserta didik dengan perancang. Kita dapat mengurangkan persentase waktu yang digunakan dengan total waktu tetapi pengalaman mengindikasikan bahwa banyak estimasi yang tidak begitu akurat. Interpretasi Data Interpretasi data dari evaluasi uji coba satu-satu adalah hal yang kritis dan penting. Perhatikan jangan terlalu mengeneralisasi data yang diperoleh dari hanya satu individu. Walaupun dipastikan partisipasi target peserta didik mewakili kelompok yang diteliti akan membantu memastikan reaksi mereka adalah khas dari target kelompok, namun tidak ada garansi bahwa target peserta didik kedua akan merespon dengan cara yang sama. Perbedaan kemampuan , harapan dan personalitis diantara anggota target kelompok menghasilkan data yang berbeda dari masing-masing individu. Informasi yang diperoleh dari ujicoba satu-satu hanya sebagai pandangan sekilas yang mungkin atau tidak mungkin general. Kesalahan-kesalahan yang terlihat selama ujicoba akan memerlukan segera revisi yang akurat. Hasil Belajar (Outcomes) Hasil belajar dari ujicoba satu-satu adalah pembelajaran yang : 1. Mengandung kosa kata yang tepat, kompleksitas bahasa, contoh dan ilustrasi partisipasi peserta didik. 2. Menghasilkan sikap peserta didik yang pantas dan pencapaian atau diperbaiki dengan tujuan meningkatkan sikap dan kinerja peserta didik. 3. Terlihat fisibel untuk digunakan dengan peserta didik yang ada, sumber daya dan pengelolaan. b. Evaluasi Kelompok Kecil Terdapat dua tujuan utama dari evaluasi kelompok kecil yaitu : 1. Menentukan efektivitas perubahan yang dibuat berdasarkan evaluasi satu-satu dan mengidentifikasi berbagai masalah belajar yang tertinggal yang mungkin ada. 2. Menentukan apakah peserta didik dapat menggunakan pengajaran tanpa interaksi dengan instruktur / guru. Kriteria dan Data Informasi yang diperoleh tentang fisibilitas pengajaran selalu mencakup : 1. Waktu yang diperlukan bagi peserta didik untuk menyelesaikan sekaligus pengajaran dan ukuran kinerja yang diperlukan. 2. Biaya dan kelangsungan penyampaian pengajaran pada format dan lingkungan yang diperlukan. 3. Sikap penerapan atau pengelolaan pengajaran. Pemilihan Peserta Didik Untuk kelompok kecil diperlukan kira-kira 8 - 20 orang peserta didik. Jika kurang dari delapan maka data akan tidak terlalu mewakili target populasi. Di sisi lain kalau melebihi dua puluh peserta didik maka data dari tambahan peserta didik tidak akan memberikan informasi tambahan. Dalam pengelolaan penelitian ideal, pemilihan peserta didik dapat dilakukan secara random yang akan memungkinkan kita mengeneralkan seluruh target populasi. Yaitu dengan cara memilih satu orang yang mewakili masing-masing sub kelompok.Contoh beberapa sub kelompok yang mungkin termasuk seperti : a. Pencapaian siswa yang Rendah, rata-rata dan tinggi. b. Peserta didik dengan berbagai bahasa ibu (daerah). c. Peserta didik yang akrab dengan prosedur umum (Pengajaran berbasis web) dan yang tidak. d. Peserta didik muda yang tidak berpengalaman seperti yang dewasa. Prosedur Prosedur dasar yang digunakan dalam evaluasi kelompok kecil berbeda tipis dengan evaluasi satu-satu. Instruktur mulai dengan menjelaskan material berada dalam tahap pengembangan formatif dan untuk itu perlu untuk memperoleh umpan balik bagaimana meningkatkannya. Sambil menjelaskan, instruktur mengatur material dalam cara yang diperlukan seperti apabila dalam bentuk yang sudah final. Instruktur hanya intervensi ketika peralatan gagal, peserta didik terhenti dalam proses pembelajaran dan tidak dapat melanjutkan. Kesulitan-kesulitan peserta didik dan solusinya harus dicatat sebagai bagian data revisi. Penilaian dan Kuesioner Tujuan utama memperoleh reaksi peserta didik terhadap pengajaran adalah mengidentifikasi persepsi, kelemahan dan kekuatan dalam implementasi strategi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan berikut selalu digunakan : 1. Apakah pengajaran menarik ? 2. Apakah anda mengerti apa yang seharusnya anda pelajari ? 3. Apakah material berhubungan langsung dengan tujuan ? 4. Apakah termasuk latihan praktek yang cukup ? 5. Apakah latihan praktek relevan ? 6. Apakah tes benar-benar mengukur pengetahuan anda tentang tujuan ? 7. Apakah anda menerima umpan balik yang cukup pada latihan praktek ? 8. Apakah anda mereka percaya diri ketika menjawab pertanyaan tes ? Analisis dan Ringkasan Data Informasi deskriptif dan kuantitatif yang diperoleh selama uji coba harus diringkas dan dianalisis. Data kuantitatif terdiri dari skor tes sebaik waktu yang diminta dan biaya proyek. Informasi deskripsi terdiri dari komentar yang terkumpul dari kuesioner sikap, wawancara atau catatan evaluator (instruktur) selama ujicoba. Hasil Belajar (Outcomes) Perbaikan diperlukan dalam pengajaran seperti : perubahan contoh dan kosa kata dalam item tes atau meningkatkan alokasi waktu belajar. Modifikasi mungkin juga memerlukan perubahan utama dalam strategi pembelajaran (strategi motivasi, urutan tujuan, format penyampaian pembelajaran) atau dalam penyajian informasi kepada peserta didik. Sekali pengajaran diperbaiki dengan cukup memadai, ujicoba lapangan dapat dimulai. c. Uji Coba Lapangan Tujuan dari bagian terakhir dari evaluasi formatif adalah untuk menentukan apakah perubahan dalam pengajaran yang dibuat setelah evaluasi kelompok kecil, efektif. Tujuan lain adalah untuk melihat apakah pengajaran dapat digunakan dalam konteks yang dimaksud, apakah secara administrasi mungkin untuk menggunakan pengajaran dalam pengelolaan yang dikehendaki. Lokasi Evaluasi Dalam menentukan tempat untuk evaluasi lapangan, perlu memperhitungkan dua situasi berikut : 1. Jika material pembelajaran diuji coba di kelas yang saat ini menggunakan kelompok besar, lockstep pacing maka penggunaan material pembelajaran sendiri mungkin sangat baru dan merupakan pengalaman yang berbeda bagi peserta didik. Adalah penting untuk meletakan dasar bagi prosedur baru dengan menjelaskan kepada peserta didik bagaimana material digunakan dan mereke membedakannya dengan pengajaran biasanya. 2. Jika material diuji coba di kelas individual maka akan sulit menemukan kelompok peserta didik yang cukup besar yang siap bagi material pembelajaran sebab peserta didik akan disebar dalam material yang mereka pelajari. Kriteria dan Data Tujuan utama dari uji coba lapangan adalah menetapkan dan menghilangkan berbagai masalah yang tertinggal dalam pengajaran. Terdapat banyak persamaan antara uji coba kelompok kecil dengan uji coba lapangan. Keputusan yang harus dibuat selama kedua tipe uji coba adalah apakah performansi peserta didik cukup memadai dan penyampaian pengajaran adalah terjangkau. Persamaan yang lain adalah pada pengumpulan informasi peserta didik pada pencapaian dan sikap, prosedur instruktur dan sikap, sumber seperti waktu, biaya, tempat dan peralatan. Perbedaan diantara kedua ujicoba adalah kepuasan aktual dari material, peserta didik, prosedur , instruktur dan pengelolaan. Pemilihan Peserta Didik Uji coba lapangan mengikutsertakan sekitar 30 orang peserta didik dalam satu kelompok yang mewakili target populasi dimana material hendak diberikan. Karena kelompok yang khas sulit ditemukan maka perancang sering memilih dari beberapa kelompok yang berbeda. Hal ini untuk memastikan data yang akan dikumpulkan sesuai dengan kondisi yang di kehendaki seperti kelas terbuka, pengajaran tradisional dan pusat belajar jarak jauh. Prosedur uji coba lapangan Prosedur uji coba lapangan hampir sama dengan uji coba kelompok kecil dengan beberapa perkecualian. Perubahan utama adalah pada peran perancang yang seharusnya tidak melakukan lebih dari sebagai pengamat proses. Karena pengajaran memerlukan instruktur yang khas maka perancang harus mendesain dan memberikan pelatihan khusus kepada instruktur agar mengetahui secara pasti bagaimana menggunakan pengajaran itu. Perbedaan lain, pretest dan posttest akan dimodifikasi atau dikurangi hanya untuk menilai kemampuan awal yang paling penting dan ketrampilan yang akan diajarkan. Ringkasan Data dan Interpretasi Ringkasan data dan prosedur analisis adalah sama antara kelompok kecil dan uji coba lapangan. Data pencapaian seharusnya diatur oleh tujuan pembelajaran dan informasi sikap dari peserta didik dan instruktur seharusnya diarahkan pada tujuan spesifik ketika mungkin. Meringkas data pada format ini akan membantu menentukan area pengajaran yang tidak efektif. Informasi dari uji coba lapangan ini digunakan untuk merencanakan revisi akhir dalam pengajaran. Hasil Belajar (Outcomes) Tujuan uji coba lapangan dan revisi akhir adalah pengajaran efektif yang menghasilkan level yang diinginkan dari pencapaian peserta didik dan sikap dan fungsi ini seperti yang diharapkan dalam pengaturan pembelajaran. Revisi yang tepat, dibuat dalam pengajaran menggunakan data tentang area masalah yang diperoleh dari uji coba lapangan. 5. Fungsi Evaluasi Formatif Evaluasi formatif dari material pembelajaran adalah dilakukan untuk menentukan efektivitas dari material dan merevisinya dalam area dimana yang tidak efektif. Evaluasi formatif seharusnya dilakukan pada pengembangan material baru sebaik material yang ada yang dipilih berdasarkan pada strategi pembelajaran. Evaluasi formatif harus didesain untuk memproduksi data untuk menentukan dengan tepat area spesifik dimana pengajaran salah dan mengusulkan bagaimana merevisinya. 6. Kesimpulan Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan instruktur selama dalam perkembangan atau dalam kurun waktu proses pelaksanaan suatu program pengajaran. Dengan maksud agar segera dapat mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan-penyimpangan, ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu fungsi dari pada evaluasi formatif adalah terutama ditujukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Kuesioner Sikap untuk Langkah Utama 6 : Mengelola Interaksi Kerjasama Kelompok, Session 10, Tujuan 6.1.1 sampai 6.5.1 Session 10 : Perilaku yang melahirkan kerjasama anggota INSTRUKSI : Gunakan kuesioner berikut untuk menilai efektivitas sesi hari ini pada perilaku yang melahirkan kerjasama anggota. Berikan nilai kualitas dari pengajaran dalam lima katagori utama. Daftar masing-masing area pembelajaran di sebelah kiri. Lingkari respon di sebelah kanan mencerminkan persepsi level kualitas terbaik. Pada bagian akhir, berikan komentar pada sesi ini yang dipertimbangkan menjadi kekuatan atau masalah. I. Perhatian : Pada tingkat berapa aktivitas pembelajaran berikut menarik perhatian anda ? TINGKAT PERHATIAN AREA PEMBELAJARAN (Lingkari salah satu pada masing2 area) A. Membaca, analisis catatan dialog ilustrasi Rapat NCW : 1. Aksi anggora yang membantu interaksi kerjasama Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian 2. Strategi pimpinan untuk mendorong kerjasama kelompok Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian B. Memperhatikan, analisis videotape rapat NCW 3. Tindakan positif anggota yang mendukung Interaksi kerjasama Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian 4. Pimpinan NCW melahirkan perilaku kerjasama anggota Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian C. Memperagakan diri sendiri sebagai pimpinan kelompok untuk : 5. Melahirkan perilaku kerjasama anggota dalam kelompok saya Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian II. Berhubungan : Pada tingkat mana anda percaya ketrampilan berikut relevan untuk membantu anda menjadi pimpinan yang efektif di rapat pemecahan masalah NCW ? TINGKAT RELEVANSI 6. Mengenal perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat Relevan 7. Melahirkan perilaku kerjasama anggota selama Rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat Relevan III. Percaya diri : Pada level mana kepercayaan yang anda miliki bahwa anda dapat efektif menggunakan ketrampilan manajemen interaksi kelompok dalam diskusi pemecahan masalah NCW ? TINGKAT KEPERCAYAAN 8. Mengenal perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat percaya 9. Melahirkan perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat percaya IV. Kejelasan : Pada level mana kejelasan yang dipercaya terhadap material pembelajaran dan kegiatan ? TINGKAT KEJELASAN 10. Sesi pengenalan Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 11. Tujuan sesi Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 12. Dialog bercatatan dari rapat NCW Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 13. Videotape rapat NCW Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 14. Peragakan diri sendiri sebagai pemimpin kelompok Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 15. Pembelajaran kegiatan pemimpin kelompok Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 16. Ceklis yang digunakan untuk menemukan kegiatan Pemimpin yang positif Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 17. Umpan balik pada latihan untuk opsi pemimpin dan Anggota positif Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas V. Kepuasan : Secara keseluruhan, seberapa puas anda dengan : TINGKAT KEPUASAN 18. Fasilitas Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 19. Instruktur Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 20. Langkah Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 21. Pengajaran Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 22. Anda sendiri, relatif terhadap ketrampilan baru Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas Yang telah anda kembangkan / perbaiki VI. Komentar : Berikan komentar pada aspek-aspek sesi ini yang menurut anda merupakan kekuatan atau permasalahan. Kekuatan Permasalahan Pendahuluan : Tujuan : Dialog bercatatan : Videotape : Sesi interaksi kepemimpinan : Penilaian : Lainnya : Lainnya : DAFTAR PUSTAKA Dick, W. & Carey, L. 2005. The Sistematic Design Of Instructional. Illinois, Glenview: Scot, Foresman and Company.

PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations, Dick& Carey)

PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations, Dick& Carey) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain Pembelajaran Dosen Pembimbing : Frof.Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd Frof. Dr. Rahmat Murbojono, M.Pd Dr. Martinis Yamin, M.Pd Oleh Satriyo Pamungkas Magister Teknologi Pendidikan Universitas Jambi Desember 2012/2013 Bab 10 PENGEMBANGAN EVALUASI FORMATIF (Designing and Conducting Formative Evaluations) 1.1. Pendahuluan Material pembelajaran yang awalnya merupakan draft asli atau mungkin telah direvisi dan telah menjadi produk akhir yang didistribusikan kepada target populasi yang akan dibelajarkan, sebagai konsekuensinya hampir pasti banyak permasalahan yang timbul sehubungan efektivitas penggunaannya. Akibatnya terlalu sering instruktur dipersalahkan karena kurang dalam pengajaran dan peserta didik yang kurang dalam belajar padahal faktanya material pembelajaran yang kurang mendukung upaya pembelajaran. Masalah-masalah yang timbul dari material pembelajaran yang tidak diuji terlebih dahulu terlibat membesar seiring dengan hadirnya proyek pengembangan kurikulum yang besar. Mulai saat itu konsep evaluasi ditujukan sebagai perbandingan antara efektivitas inovasi dengan produk-produk lain yang ada. Penelitian menemukan bahwa prestasi siswa relatif rendah dengan material kurikulum yang baru. Melihat situasi ini Cronbach (1975) dan Scriven (1967) menyimpulkan bahwa kita harus memperluas konsep evaluasi. Mereka mengusulkan Evaluasi formatif sebagai pengumpulan data dan informasi selama pengembangan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Evaluasi formatif sebenarnya digunakan sebagai proses untuk meningkatkan pembelajaran setelah konsep atau naskah pertama pembelajaran dikembangkan. Lebih baik mencoba lebih dini komponen-komponen proses desain untuk menghindari banyak masalah yang tidak tercakup sebelum lengkapnya naskah pembelajaran. Dalam bab ini akan membahas bagaimana menerapkan teknik evaluasi formatif terhadap pengembangan material yang baru, pemilihan dan penerapan material, penyampaian pembelajaran dari instruktur, dan penggabungan dari tiga bentuk penyajian. 1. Konsep Evaluasi Formatif Evaluasi formatif menurut Scriven adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program pembelajaran tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan suatu perbaikan. Sementara Weston, McAlpine dan Bordonaro (1995) menjelaskan bahwa tujuan evaluasi formatif adalah untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program pembelajaran. Worthen dan Sanders (1997) menyatakan bahwa evaluasi formatif dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif yang bermanfaat untuk memperbaiki suatu program. Menurut Dick and Carey 2005 Evaluasi Formatif adalah proses yang digunakan perancang untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk merevisi pembelajaran agar efisien dan efektif. Penekanan evaluasi formatif adalah pada pengumpulan dan analisis data dan revisi pembelajaran. Ketika versi akhir pembelajaran telah dihasilkan, evaluator yang lain mengumpulkan data untuk menentukan efektivitasnya. Terdapat tiga tahap dasar dari evaluasi formatif yaitu : 1. Evaluasi satu-satu atau evaluasi klinis Pada tahap ini perancang bekerja dengan individu siswa untuk memperoleh data merevisi material. 2. Evaluasi kelompok kecil Sebuah kelompok 8 sampai 20 orang siswa yang mewakili target populasi, yang mempelajari material pembelajaran dan ujian sendiri untuk mengumpulkan data yang diperlukan. 3. Evaluasi Uji coba lapangan Tahap ini menekankan pada uji coba prosedur yang diperlukan untuk menerapkan pembelajaran pada situasi yang sebisa mungkin mendekati dunia nyata. 2. Perancangan Evaluasi Formatif Tujuan evaluasi formatif adalah untuk menunjukkan dengan tepat kesalahan-kesalahan spesifik dalam material pembelajaran dengan maksud memperbaiki, mengevaluasi desain termasuk instrumen, prosedur dan personel yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi tentang lokasi dan alasan-alasan untuk berbagai masalah. Fokus desain hanya pada tujuan dan objektif pembelajaran akan terlalu terbatas. Data pencapaian siswa terhadap tujuan dan objektif tidaklah cukup karena data ini akan hanya menyediakan informasi tentang dimana kesalahan terjadi bukan mengapa terjadi. Kerangka kerja desain evaluasi formatif adalah strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran menjadi dasar untuk membuat material pembelajaran sekaligus kunci untuk menemukan kesalahan-kesalahan material pembelajaran. Menggunakan strategi pembelajaran sebagai kerangka pengembangan instrumen evaluasi dan prosedur akan membantu menghindari perancangan evaluasi formatif yang terlalu kecil fokusnya atau terlalu luas. Strategi pembelajaran digunakan untuk membantu mendesain evaluasi formatif dengan cara membuat sebua matrik yang memuat daftar komponen strategi pembelajaran di satu sisi dan mayor area pertanyaan tentang pengajaran di sisi lain. Pertemuan antara komponen dengan pertanyaan matrik, dapat dibuat pertanyaan yang harus dijawab dalam merancang evaluasi formatif. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat merencanakan instrumen yang tepat dan prosedur yang digunakan dan audien yang tepat sebagai informasi. Tabel 10.1 berikut memberikan gambar ini : Contoh Kerangka kerja Desain Evaluasi Formatif Tabel 10.1 Area Utama Pertanyaan tentang Material Komponen Pokok Material Tipe Belajar Isi Kejelasan Motivasi Manajemen Preinstruksional Motivasi awal Tujuan Kemampuan awal Penyajian Urutan Ukuran unit Isi Contoh Partisipasi Latihan Umpan Balik Penilaian Pretests Posttest Konteks Kinerja Penilai Pengumpulan data Spesialis Belajar Checklist wawancara Ahli konten Checklist wawancara Target siswa Observasi Wawancara Tes Material Target siswa Observasi Wawancara Tes Target siswa/guru Observasi Wawancara Lima area pertanyaan yang tepat untuk semua material adalah : 1. Apakah material sesuai untuk tipe tujuan pembelajaran (Intelektual atau ketrampilan motorik, sikap atau informasi verbal). 2. Apakah material pembelajaran memadai untuk pengajaran ketrampilan bawahan dan ketrampilan ini telah diurutkan dan dikelompokkan secara logika? 3. Apakah material jelas dan siap dimengerti oleh perwakilan target kelompok ? 4. Apa motivasi nilai material ? 5. Dapatkah material dikelola secara efisien ? Dua baris terakhir dari tabel 10.1 menunjukkan pertama : Siapa individu atau kelompok yang paling tepat untuk mengevaluasi masing-masing aspek material. Kedua mengingatkan untuk mempertimbangkan bagaimana cara mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dari evaluator ( ceklists atau daftar pertanyaan, wawancara, observasi). Dalam mendesain instrumen untuk mengumpulkan informasi dari peserta didik, harus mempertimbangkan tahapan (Satu-satu, kelompok kecil dan uji coba lapangan), pengelolaan (konteks kinerja dan belajar), dan sifat informasi yang dikumpulkan. Data-data informasi yang dikumpulkan minimal mencakup sebagari berikut : 1. Data tes dikumpulkan melalui tes kemampuan awal, pretest, posttest dan konteks performansi. 2. Catatan, komentar atau tanda yang dibuat peserta didik pada material pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam material. 3. Pengumpulan data pertanyaan-pertanyaan sikap dan atau komentar hasil wawancara dimana peserta didik mengungkapkan keseluruhan reaksi mereka terhadap pembelajaran dan persepsi dimana kesulitannya secara umum. 4. Waktu yang diperlukan bagi peserta didik untuk menyelesaikan berbagai komponen dari pengajaran. 5. Reaksi dari ahli masalah subjek. Verifikasi akurat dan berlaku terhadap isi dari modul. 6. Reaksi manajer atau supervisor yang telah mengamati peserta didik menggunakan ketrampilannya dalam konteks performansi. 3. Peran ahli / pakar masalah subjek, pembelajaran dan spesialis pebelajar dalam evaluasi formatif Meskipun fokus proses evaluasi formatif adalah pada perolehan data dari peserta didik, adalah juga penting untuk mendapatkan tinjauan pengajaran dari ahli / pakar. Peran ahli dalam evaluasi formatif adalah : 1. Orang diluar proyek yang memiliki keahlian dalam area isi pengajaran. Mereka akan memberikan komentar pada akurasi dan berlakunya (currency) pengajaran. 2. Spesialis yang terlibat dalam outcomes tipe pembelajaran. 3. Adalah juga dapat membantu dengan membagi naskah / konsep pertama pengajaran dengan orang yang dikenal oleh target populasi, yang dapat melihat pengajaran dari sudut pandang target populasi. 4. Jenis Evaluasi Formatif a. Evaluasi satu-satu dengan Pebelajar Tujuan evaluasi satu-satu adalah mengidentifikasi dan menghilangkan kesalahan-kesalahan yang jelas dan nyata dalam pengajaran dan memperoleh indikasi performanasi yang awal dan reaksi terhadap konten dari peserta didik. Ini dilakukan dengan interaksi langsung antara perancang dan individu peserta didik. Perancang bekerja sendiri dengan tiga atau lebih peserta didik yang mewakili target populasi. Kriteria Selama pengembangan strategi pembelajaran dan pengajarannya sendiri, perancang membuat banyak sekali terjemahan dan keputusan yang menghubungkan isi, peserta didik, format pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Uji coba satu-satu memberikan kepada perancang pandangan sesaat terhadap kelangsungan dari hubungan ini dan terjemahan dari perspektif peserta didik. Tiga kriteria utama dan keputusan perancang yang akan dibuat selama evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Kejelasan (Clarity). 2. Dampak Apa dampak pengajaran pada sikap individu peserta didik dan pencapaian tujuan ? 3. Kemungkinan dilaksanakan. (Seberapa mungkin pengajaran memberikan kesesuaian dengan sumber daya seperti waktu atau konteks ?) Pemilihan Peserta Didik Perancang harus memilih peserta didik dengan tepat dan mewakili target populasi. Peserta didik yang dipilih harus mewakili rentang kemampuan dari kelompok target populasi karena kemampuan selalu merupakan salah satu syarat untuk mempelajari ketrampilan dan informasi baru. Perancang setidaknya memilih satu diatas kemampuan rata-rata, satu yang rata-rata dan satu yang dibawah rata-rata kemampuannya. Perancang juga harus memperhatikan karakteristik lain selalu kemampuan yang mungkin berhubungan dengan pencapaian peserta didik dan oleh karena itu harus sistematis terwakili dalam evaluasi formatif. Untuk evaluasi satu-satu, perancang memilih satu dengan sikap yang sangat positf, satu yang netral, dan satu yang negatif. Pengumpulan Data Tabel 10.2 memuat tipe informasi yang dapat diperoleh untuk perbandingan dengan kejelasan, dampak dan kriteria kemungkinan dilaksanakan. Daftar di masing-masing kategori kriteria dimaksudkan untuk ilustrasi dari pada mendalam sekali sebab derajat relevansi dari masing-masing jenis informasi mungkin berbeda dari kematangan peserta didik, isi pembelajaran dan metode penyampaian. Tabel 10.2 Kriteria evaluasi formatif untuk ujicoba satu-satu dan tipe informasi untuk masing-masing kriteria KRITERIA PESAN HUBUNGAN PROSEDUR Kejelasan Pengajaran • Level kosa kata • Kompleksitas kalimat • Kompleksitas pesan • Pendahuluan • Elaborasi • Kesimpulan • Transisi Sikap • Konteks • Contoh • Analogi • Ilustrasi • Demonstrasi • Tinjauan • Ringkasan Prestasi / Pencapaian • Urutan • Ukuran bagian • Transisi • Langkah • Variasi Dampak pada Peserta didik • Kegunaan informasi dan skill (relevansi) • Seberapa mudah/sulit mempelajari informasi dan ketrampilan (konfiden) • Kepuasan thd ketrampilan yang dipelajari. Peserta Didik • Kejelasan arah dan butir untuk posttests. • Skor pada posttests. Sumber (Resources) Fisibel • Kematangan • Independensi • Motivasi • Waktu • Peralatan • Lingkungan Dalam hal kejelasan, terdapat tiga katagori utama untuk memperjelas informasi yaitu : pesan, hubungan dan prosedur. Pesan, berhubungan dengan seberapa jelas pesan bagi peserta didik mencakup : kosa kata yang digunakan, kompleksitas kalimat dan struktur pesan. Katagori kedua, hubungan, merujuk kepada bagaimana pesan disusun untuk peserta didik, mencakup konteks, contoh, analogi, ilustrasi, demontrasi, tinjauan, ringkasan. Area ketiga prosedur merujuk pada karakteristik dari pengajaran seperti urutannya, ukuran bagian yang disajikan, transisi antar bagian, langkah dan bariasi yang dibangun kedalam penyajian. Kriteria kedua di Tabel 10.2 adalah Dampak pada peserta didik berhubungan dengan sikap tentang pengajaran dan pencapaiannya pada tujuan spesifik. Evaluator perlu untuk menentukan apakah peserta didik merasa pengajaran yang diberikan : 1. Secara personal relevan dengannya. 2. Dapat diselesaikan dengan upaya yang pantas. 3. Menarik dan memuaskan Kriteria ketiga di Tabel 10.2 adalah Fisibel (dapat dikerjakan), berhubungan dengan pertimbangan orientasi manajemen yang dapat diuji selama uji coba satu-satu. Pertimbangan fisibel mencakup kemampuan peserta didik, media pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran : 1. Bagaimana kematangan, independensi, motivasi peserta didik ? 2. Dapatkah peserta didik mengoperasikan berbagai peralatan yang dibutuhkan? 3. Apakah peserta didik merasa senang dengan linkungan ini ? 4. Apakah biaya penyampaian pengajaran pantas diberikan waktu yang dibutuhkan ? Prosedur Prosedur yang khas dalam evaluasi satu-satu adalah menjelaskan kepada peserta didik bahwa satu set material pembelajaran telah didesain dan diharapkan respon peserta didik terhadap material tersebut. Kesalahan yang mungkin dilakukan peserta didik seharusnya merupakan kekurangan dari material bukan kesalahan peserta didik. Ketika peserta didik menggunakan material ini, mereka menemukan kesalahan yang berhubungna dengan percetakan, konten yang hilang, halaman yang hilang, grafik dengan pelebelan yang tidak tepat, hubungan yang tidak tepat pada halaman web, dan kesalahan karena kesulitan mekanik lainnya. Penilaian dan Kuesioner Setelah menyelesaikan ujicoba satu-satu, harus direview posttest dan pertanyaan-pertanyaan sikap dalam cara yang sama. Setelah masing-masing langkah dalam butir penilaian, tanyakan kepada peserta didik mengapa mereka memberikan respon seperti yang mereka lakukan. Ini akan membantu menunjukkan bukan hanya kesalahan tetapi juga alasan-alasan kesalahan. Kita juga harus mengevalausi kegunaan dari instrumen evaluasi. Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi elemen tercakup dalam instrumen adalah sebagai berikut : 1. Pertimbangkan masing-masing elemen yang perlu diperhatikan 2. Kejelasan cara menerangkan elemen. 3. Efisiensi urutan perintah. Waktu belajar Adalah waktu yang diperlukan bagi peserta didik / pebelajar untuk menyelesaikan pembelajaran mereka. Hanya estimasi kasar yang dapat diperoleh dari evaluasi satu-satu tergantung interaksi antara peserta didik dengan perancang. Kita dapat mengurangkan persentase waktu yang digunakan dengan total waktu tetapi pengalaman mengindikasikan bahwa banyak estimasi yang tidak begitu akurat. Interpretasi Data Interpretasi data dari evaluasi uji coba satu-satu adalah hal yang kritis dan penting. Perhatikan jangan terlalu mengeneralisasi data yang diperoleh dari hanya satu individu. Walaupun dipastikan partisipasi target peserta didik mewakili kelompok yang diteliti akan membantu memastikan reaksi mereka adalah khas dari target kelompok, namun tidak ada garansi bahwa target peserta didik kedua akan merespon dengan cara yang sama. Perbedaan kemampuan , harapan dan personalitis diantara anggota target kelompok menghasilkan data yang berbeda dari masing-masing individu. Informasi yang diperoleh dari ujicoba satu-satu hanya sebagai pandangan sekilas yang mungkin atau tidak mungkin general. Kesalahan-kesalahan yang terlihat selama ujicoba akan memerlukan segera revisi yang akurat. Hasil Belajar (Outcomes) Hasil belajar dari ujicoba satu-satu adalah pembelajaran yang : 1. Mengandung kosa kata yang tepat, kompleksitas bahasa, contoh dan ilustrasi partisipasi peserta didik. 2. Menghasilkan sikap peserta didik yang pantas dan pencapaian atau diperbaiki dengan tujuan meningkatkan sikap dan kinerja peserta didik. 3. Terlihat fisibel untuk digunakan dengan peserta didik yang ada, sumber daya dan pengelolaan. b. Evaluasi Kelompok Kecil Terdapat dua tujuan utama dari evaluasi kelompok kecil yaitu : 1. Menentukan efektivitas perubahan yang dibuat berdasarkan evaluasi satu-satu dan mengidentifikasi berbagai masalah belajar yang tertinggal yang mungkin ada. 2. Menentukan apakah peserta didik dapat menggunakan pengajaran tanpa interaksi dengan instruktur / guru. Kriteria dan Data Informasi yang diperoleh tentang fisibilitas pengajaran selalu mencakup : 1. Waktu yang diperlukan bagi peserta didik untuk menyelesaikan sekaligus pengajaran dan ukuran kinerja yang diperlukan. 2. Biaya dan kelangsungan penyampaian pengajaran pada format dan lingkungan yang diperlukan. 3. Sikap penerapan atau pengelolaan pengajaran. Pemilihan Peserta Didik Untuk kelompok kecil diperlukan kira-kira 8 - 20 orang peserta didik. Jika kurang dari delapan maka data akan tidak terlalu mewakili target populasi. Di sisi lain kalau melebihi dua puluh peserta didik maka data dari tambahan peserta didik tidak akan memberikan informasi tambahan. Dalam pengelolaan penelitian ideal, pemilihan peserta didik dapat dilakukan secara random yang akan memungkinkan kita mengeneralkan seluruh target populasi. Yaitu dengan cara memilih satu orang yang mewakili masing-masing sub kelompok.Contoh beberapa sub kelompok yang mungkin termasuk seperti : a. Pencapaian siswa yang Rendah, rata-rata dan tinggi. b. Peserta didik dengan berbagai bahasa ibu (daerah). c. Peserta didik yang akrab dengan prosedur umum (Pengajaran berbasis web) dan yang tidak. d. Peserta didik muda yang tidak berpengalaman seperti yang dewasa. Prosedur Prosedur dasar yang digunakan dalam evaluasi kelompok kecil berbeda tipis dengan evaluasi satu-satu. Instruktur mulai dengan menjelaskan material berada dalam tahap pengembangan formatif dan untuk itu perlu untuk memperoleh umpan balik bagaimana meningkatkannya. Sambil menjelaskan, instruktur mengatur material dalam cara yang diperlukan seperti apabila dalam bentuk yang sudah final. Instruktur hanya intervensi ketika peralatan gagal, peserta didik terhenti dalam proses pembelajaran dan tidak dapat melanjutkan. Kesulitan-kesulitan peserta didik dan solusinya harus dicatat sebagai bagian data revisi. Penilaian dan Kuesioner Tujuan utama memperoleh reaksi peserta didik terhadap pengajaran adalah mengidentifikasi persepsi, kelemahan dan kekuatan dalam implementasi strategi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan berikut selalu digunakan : 1. Apakah pengajaran menarik ? 2. Apakah anda mengerti apa yang seharusnya anda pelajari ? 3. Apakah material berhubungan langsung dengan tujuan ? 4. Apakah termasuk latihan praktek yang cukup ? 5. Apakah latihan praktek relevan ? 6. Apakah tes benar-benar mengukur pengetahuan anda tentang tujuan ? 7. Apakah anda menerima umpan balik yang cukup pada latihan praktek ? 8. Apakah anda mereka percaya diri ketika menjawab pertanyaan tes ? Analisis dan Ringkasan Data Informasi deskriptif dan kuantitatif yang diperoleh selama uji coba harus diringkas dan dianalisis. Data kuantitatif terdiri dari skor tes sebaik waktu yang diminta dan biaya proyek. Informasi deskripsi terdiri dari komentar yang terkumpul dari kuesioner sikap, wawancara atau catatan evaluator (instruktur) selama ujicoba. Hasil Belajar (Outcomes) Perbaikan diperlukan dalam pengajaran seperti : perubahan contoh dan kosa kata dalam item tes atau meningkatkan alokasi waktu belajar. Modifikasi mungkin juga memerlukan perubahan utama dalam strategi pembelajaran (strategi motivasi, urutan tujuan, format penyampaian pembelajaran) atau dalam penyajian informasi kepada peserta didik. Sekali pengajaran diperbaiki dengan cukup memadai, ujicoba lapangan dapat dimulai. c. Uji Coba Lapangan Tujuan dari bagian terakhir dari evaluasi formatif adalah untuk menentukan apakah perubahan dalam pengajaran yang dibuat setelah evaluasi kelompok kecil, efektif. Tujuan lain adalah untuk melihat apakah pengajaran dapat digunakan dalam konteks yang dimaksud, apakah secara administrasi mungkin untuk menggunakan pengajaran dalam pengelolaan yang dikehendaki. Lokasi Evaluasi Dalam menentukan tempat untuk evaluasi lapangan, perlu memperhitungkan dua situasi berikut : 1. Jika material pembelajaran diuji coba di kelas yang saat ini menggunakan kelompok besar, lockstep pacing maka penggunaan material pembelajaran sendiri mungkin sangat baru dan merupakan pengalaman yang berbeda bagi peserta didik. Adalah penting untuk meletakan dasar bagi prosedur baru dengan menjelaskan kepada peserta didik bagaimana material digunakan dan mereke membedakannya dengan pengajaran biasanya. 2. Jika material diuji coba di kelas individual maka akan sulit menemukan kelompok peserta didik yang cukup besar yang siap bagi material pembelajaran sebab peserta didik akan disebar dalam material yang mereka pelajari. Kriteria dan Data Tujuan utama dari uji coba lapangan adalah menetapkan dan menghilangkan berbagai masalah yang tertinggal dalam pengajaran. Terdapat banyak persamaan antara uji coba kelompok kecil dengan uji coba lapangan. Keputusan yang harus dibuat selama kedua tipe uji coba adalah apakah performansi peserta didik cukup memadai dan penyampaian pengajaran adalah terjangkau. Persamaan yang lain adalah pada pengumpulan informasi peserta didik pada pencapaian dan sikap, prosedur instruktur dan sikap, sumber seperti waktu, biaya, tempat dan peralatan. Perbedaan diantara kedua ujicoba adalah kepuasan aktual dari material, peserta didik, prosedur , instruktur dan pengelolaan. Pemilihan Peserta Didik Uji coba lapangan mengikutsertakan sekitar 30 orang peserta didik dalam satu kelompok yang mewakili target populasi dimana material hendak diberikan. Karena kelompok yang khas sulit ditemukan maka perancang sering memilih dari beberapa kelompok yang berbeda. Hal ini untuk memastikan data yang akan dikumpulkan sesuai dengan kondisi yang di kehendaki seperti kelas terbuka, pengajaran tradisional dan pusat belajar jarak jauh. Prosedur uji coba lapangan Prosedur uji coba lapangan hampir sama dengan uji coba kelompok kecil dengan beberapa perkecualian. Perubahan utama adalah pada peran perancang yang seharusnya tidak melakukan lebih dari sebagai pengamat proses. Karena pengajaran memerlukan instruktur yang khas maka perancang harus mendesain dan memberikan pelatihan khusus kepada instruktur agar mengetahui secara pasti bagaimana menggunakan pengajaran itu. Perbedaan lain, pretest dan posttest akan dimodifikasi atau dikurangi hanya untuk menilai kemampuan awal yang paling penting dan ketrampilan yang akan diajarkan. Ringkasan Data dan Interpretasi Ringkasan data dan prosedur analisis adalah sama antara kelompok kecil dan uji coba lapangan. Data pencapaian seharusnya diatur oleh tujuan pembelajaran dan informasi sikap dari peserta didik dan instruktur seharusnya diarahkan pada tujuan spesifik ketika mungkin. Meringkas data pada format ini akan membantu menentukan area pengajaran yang tidak efektif. Informasi dari uji coba lapangan ini digunakan untuk merencanakan revisi akhir dalam pengajaran. Hasil Belajar (Outcomes) Tujuan uji coba lapangan dan revisi akhir adalah pengajaran efektif yang menghasilkan level yang diinginkan dari pencapaian peserta didik dan sikap dan fungsi ini seperti yang diharapkan dalam pengaturan pembelajaran. Revisi yang tepat, dibuat dalam pengajaran menggunakan data tentang area masalah yang diperoleh dari uji coba lapangan. 5. Fungsi Evaluasi Formatif Evaluasi formatif dari material pembelajaran adalah dilakukan untuk menentukan efektivitas dari material dan merevisinya dalam area dimana yang tidak efektif. Evaluasi formatif seharusnya dilakukan pada pengembangan material baru sebaik material yang ada yang dipilih berdasarkan pada strategi pembelajaran. Evaluasi formatif harus didesain untuk memproduksi data untuk menentukan dengan tepat area spesifik dimana pengajaran salah dan mengusulkan bagaimana merevisinya. 6. Kesimpulan Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan instruktur selama dalam perkembangan atau dalam kurun waktu proses pelaksanaan suatu program pengajaran. Dengan maksud agar segera dapat mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan-penyimpangan, ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu fungsi dari pada evaluasi formatif adalah terutama ditujukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Kuesioner Sikap untuk Langkah Utama 6 : Mengelola Interaksi Kerjasama Kelompok, Session 10, Tujuan 6.1.1 sampai 6.5.1 Session 10 : Perilaku yang melahirkan kerjasama anggota INSTRUKSI : Gunakan kuesioner berikut untuk menilai efektivitas sesi hari ini pada perilaku yang melahirkan kerjasama anggota. Berikan nilai kualitas dari pengajaran dalam lima katagori utama. Daftar masing-masing area pembelajaran di sebelah kiri. Lingkari respon di sebelah kanan mencerminkan persepsi level kualitas terbaik. Pada bagian akhir, berikan komentar pada sesi ini yang dipertimbangkan menjadi kekuatan atau masalah. I. Perhatian : Pada tingkat berapa aktivitas pembelajaran berikut menarik perhatian anda ? TINGKAT PERHATIAN AREA PEMBELAJARAN (Lingkari salah satu pada masing2 area) A. Membaca, analisis catatan dialog ilustrasi Rapat NCW : 1. Aksi anggora yang membantu interaksi kerjasama Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian 2. Strategi pimpinan untuk mendorong kerjasama kelompok Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian B. Memperhatikan, analisis videotape rapat NCW 3. Tindakan positif anggota yang mendukung Interaksi kerjasama Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian 4. Pimpinan NCW melahirkan perilaku kerjasama anggota Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian C. Memperagakan diri sendiri sebagai pimpinan kelompok untuk : 5. Melahirkan perilaku kerjasama anggota dalam kelompok saya Kecil 1 2 3 4 5 Penuh perhatian II. Berhubungan : Pada tingkat mana anda percaya ketrampilan berikut relevan untuk membantu anda menjadi pimpinan yang efektif di rapat pemecahan masalah NCW ? TINGKAT RELEVANSI 6. Mengenal perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat Relevan 7. Melahirkan perilaku kerjasama anggota selama Rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat Relevan III. Percaya diri : Pada level mana kepercayaan yang anda miliki bahwa anda dapat efektif menggunakan ketrampilan manajemen interaksi kelompok dalam diskusi pemecahan masalah NCW ? TINGKAT KEPERCAYAAN 8. Mengenal perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat percaya 9. Melahirkan perilaku kerjasama anggota selama rapat Kecil 1 2 3 4 5 Sangat percaya IV. Kejelasan : Pada level mana kejelasan yang dipercaya terhadap material pembelajaran dan kegiatan ? TINGKAT KEJELASAN 10. Sesi pengenalan Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 11. Tujuan sesi Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 12. Dialog bercatatan dari rapat NCW Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 13. Videotape rapat NCW Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 14. Peragakan diri sendiri sebagai pemimpin kelompok Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 15. Pembelajaran kegiatan pemimpin kelompok Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 16. Ceklis yang digunakan untuk menemukan kegiatan Pemimpin yang positif Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas 17. Umpan balik pada latihan untuk opsi pemimpin dan Anggota positif Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat jelas V. Kepuasan : Secara keseluruhan, seberapa puas anda dengan : TINGKAT KEPUASAN 18. Fasilitas Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 19. Instruktur Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 20. Langkah Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 21. Pengajaran Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas 22. Anda sendiri, relatif terhadap ketrampilan baru Sedikit 1 2 3 4 5 Sangat puas Yang telah anda kembangkan / perbaiki VI. Komentar : Berikan komentar pada aspek-aspek sesi ini yang menurut anda merupakan kekuatan atau permasalahan. Kekuatan Permasalahan Pendahuluan : Tujuan : Dialog bercatatan : Videotape : Sesi interaksi kepemimpinan : Penilaian : Lainnya : Lainnya : DAFTAR PUSTAKA Dick, W. & Carey, L. 2005. The Sistematic Design Of Instructional. Illinois, Glenview: Scot, Foresman and Company.