Rabu, 03 Oktober 2012

Kreatifitas Guru Pada Proses Pembelajaran

KREATIFITAS GURU PADA PROSES PEMBELAJARAN Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah Dosen Pembimbing : Dr. Hermah Budiyono. M.Pd Oleh Satriyo Pamungkas Megister Teknologi Pendidikan Universitas Jambi Tahun 2012/2013 TOPIK KREATIFITAS GURU PADA PROSES PEMBELAJARAN TESIS : Karena guru harus memiliki kreatifitas dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka perlu adanya penyampaian materi dengan berbagai macam model-model dan media pembelajaran. Hal ini dilakukan agar penyajian materi yang dilakukan oleh guru lebih menarik serta membuat siswa dapat memahami isi dari materi yang akan di sampaikan dengan baik. RUMUSAN MASALAH : Bagaimana menjadi guru yang mempunyai kreatifitas pada saat proses pembelajaran ? TUJUAN: Menjelaskan model pembelajran dan media pembelajaran agar guru menjadi kreatif dan professional saat melaksanakan pengajaran. KERANGKA :Landasan hukum kreatifitas Teori Kreatifitas Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Media Pembelajaran Pendekatan Sistem Dalam Model Pembelajaran Yang Berhasil Peran Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran Yang Berhasil DAFTAR ISI Halaman Judul Pemilihan Topik Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1 A. Latar Belakang………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………… 4 C. Tujuan Penulisan……………………………………………. 4 BAB II PEMBAHASAN……………………………………….............. 5 A. Landasan Teoritis kreatifitas………………………………. 5 B. Defenisi Kreatifitas…………………………………………… 5 C. Teori Kreatifitas……………………………………………….. 10 D. Defenisi Pendidikan………………………………………….. 14 E. Fungsi Pendidikan……………………………………………. 14 F. Defenisi Pembelajaran……………………………………….. 15 G. Tujuan Belajar Dan Pembelajaran………………………... 15 H. Ciri-ciri Belajar…………………………………………………. 16 I. Landasan Teoritis Penggunaan Media…………………….. 17 J. Defenisi Media………………………………………………….. 18 K. Penggunaan Media……………………………………………. 18 L. Kreatifitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar……… 21 M. Metode Pendukung Pembelajaran Kreatifitas Guru…. 22 N. Ciri Pengembangan Model Pembelajaran………………. 23 O.Pendekatan Sistem Dalam Model Pembelajaran Yang Berhasil…………………………………………………... 23 P. Peran Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran Yang Berhasil………………………………………………….. 24 BAB III KESIMPULAN……………………………………………………. 25 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu menfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui prosesbelajar. Desain belajar yang baik, ditunjang fasilitas yang memadai, ditambah dengan kretifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Pembelajaran dengan pilihan-pilihan merupakan pembelajaran trend di abad-abad sekarang, yaitu banyaknya pilihan-pilihan tempat pembelajaran, model dan berbagai macam media pembelajaran yang banyak bermunculan. Pembelajaran dengan pilihan akan membuat soerang guru mampu menjadi seorang guru menjadi kreatif dalam pembelajaran (Sukamto. 1999). Kegagalan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Kretifitas sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, saranag dan prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru (Sumargi. 1999 : 67). Menurut Gagne & Briggs, yang penting dalam mengajar bukanlah upaya guru untuk menyampaikan bahan, melainkan mengupayakan agar siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Ini berarti bahwa upaya guru hanya merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi siswa untuk belajar. Dengan demikian, peranan guru berubah bukan saja sebagai penyampaian informasi ( informatory ). Melainkan juga bertindak sebagai stimulator bagi terjadinya proses belajar-mengajar (Subana : 2009 : 14). Apa yang terjadi dalam mengajar itu, mengajar terdiri atas sejumlah kejadian tertentu yaitu, membangkitkan dan memelihara perhatian, menjelaskan hasil yang diharapkan setelah belajar, merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan, memberikan bimbingan dalam proses belajar, memberikan feedback, menilai hasil belajar, mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh, dan memantapkan apa yang terjadi dengan latihan. (Nasution, 1982) Seorang guru harus memiliki kemampuan yang baik dan maksimal dalam menjalankan pekerjaan. Kemempuan itu dapat dilihat dari kesanggupan menjalankan peranannya sebagai guru, pengajar, pembimbing, dan administrator. Untuk mencapai itu, seorang guru harus memperhatikan tujuan pembelajaran dan menyesuaikan penggunaan media dan model pembelajaran yang tepat. Maka dari itu, media tidak lagi dipandang sebagai alat bantu belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi sebagai alat penyalur pesan atau pemberi pesan. (Rajuli, 2012:2) Model Pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Dalam model pelajaran itu dikemukakan tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. Isi dari model pengajaran yang luas yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Dengan demikian, pengajaran menjadi suatu yang ilmiah, terkontrol dan terarah pada tujuan. (Sabana, 2009) Media pembelajaran merupakan alat yang membantu guru dalam kegiatan belajar-mengajar dalam kegiatan belajar-mengajar. Selain itu, media dapat memberikan motivasi pengalaman lebih kongret, dan meningkatkan kreatifitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Maka dari itu, seorang guru harus dapat menentukan media yang paling tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan tidak semua media dapat digunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan tidak semua media dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam pembelajaran. Menurut Dr. Nana Sudjana (1988 : 62) dengan adanya perubahan yang menyeluruh mengenai teknologi pengajaran termasuk model-model pendukungnya melahirkan konsep-konsep baru. Yaitu, yang semula bertitik tolak dari benda, penghayatan, kekongkretan, kemudian dengan konsep proses. Konsep proses ini menegaskan bahwa hubungan antara peristiwa-peristiwa didalam kegiatan pengajaran itu dinamis dan berkesinambungan. B. Rumusan Masalah Dari apa yang telah dijelaskan pada latar belakang maka dapat di rumuskan masalah bagaimana menjadi guru yang mempunyai kreatifitas pada saat proses pembelajaran. C. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk menjelaskan model-model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai wujud dari kreatifitas seorang guru yang professional. BAB II PEMBAHASAN A. Landasan Teoritis Kreatifitas Berdasarkan ketetapan MPR RI Nomor VI tahun 2001 tentang etika kehidupan berbangsa, pada butir kelima mengenai etika keilmuan dimana untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemuslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Etika ini diwujudkan secara pribadi ataupun kolektif dalam karsa, cipta, dan karya, yang tercermin dalam prilaku kreatif, inovatif, inventif, dan komunikatif, dalam kegiatan membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya, serta menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Etika keilmuan menegaskan petingnya budaya kerja keras dengan menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam berfikir dan berbuat, serta menempati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaik. Disamping itu, etika ini mendorong tumbuhnya kemampuan menghadapi hambatan, rintangan dan tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan menjadi peluang, mampu menumbuhkan kreatifitas untuk mencapai kesempatan baru, dan tahan uji serta pantang menyerah. ( MPR RI, 2003: 97 ) B. DEFENISI KREATIFITAS Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person, Proses, Press dan Product sebagai berikut : 1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950) “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way” (Hulbeck, 1945) Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi. 2. Kreativitas dalam dimensi Proses Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. “Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut : Wallas mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu : Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami. Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya. Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”. Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita. Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir). 3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press, Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982), merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut : “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought” Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru. (Munandar, 1999 ) 4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. “Creativity is the ability to bring something new into existence” Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”. C. Teori Kreatifitas Teori yang melandasi pengembangan kreativitas dapat dibedakan menjadi Tiga, yaitu: Teori Psikoanalisis, Teori Humanistik, Teori Cziksentmihalyi 1.Teori Psikoanalisis Pribadi kretif dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis, yang dihadapi dengan memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Teori ini terdiri dari: a. Teori Freud Freud menjelaskan proses kretif dari mekanisme pertahanan (defence mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas karena kebutuhan seksual tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan merupakan awal imajinasi. Macam mekanisme pertahanan: - Represi - regresi - Konpensasi - Proyeksi - Sublimasi - Pembentukan reaksi - Rasionalisasi - Pemindahan - Identifikasi - Kompartementalisasi - Introjeksi b. Teori Ernst Kris Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi seiring memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Seorang yang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bias “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan “sikap bermain” mengenai masala-masalah serius dalam kehidupannya. Dengan demikian mereka m ampu malihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression in The Survive of The Ego) c. Teori Carl Jung Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa alam ketidaksadaran (ketidaksadaran kolektif) memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbil penemuan, teori, seni dan karya-karya baru lainnya. 2.Teori Humanistik Teori Humanistik melikat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Teori Humanistik meliputi: a. Teori Maslow Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan, Kebutuhan tersebut adalah: 1. Kebutuhan fisik/biologis 2. Kebutuhan akan rasa aman 3. Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta 4. Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri 5. Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri 6. Kebutuhan estetika 7. Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight). b. Teori Rogers Tiga kondisi internal dari pribadi kreatif, yaitu: 1. Keterbukaan terhadap pengalaman 2. Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation) 3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.( Winn, W, 1978:35 ) Apabila seseorang memiliki ketiga cirri ini maka kesehatan psikologis sangat baik. Orang tersebut diatas akan berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga cirri atau kondisi tersebut uga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk kreasi. 3. Teori Cziksentmihalyi Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis (genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik. Minat pada usia dini pada ranah tertentu Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas. Akses terhadap suatu bidang Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati sangat membantu pengembangan bakat. ( Winn, W, 1978:38 ). Access to a field, Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b idang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting. Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapau tujuannya. ( Munandar, 2000 ) D. Defenisi Pendidikan Pendidikan pada dasarnya adalah pengembangan pancadaya mengacu kepada hakikat manusia dalam bingkai dimensi kemanusiaan yang semuanya itu terkandung manusia. ( Prayitno, 2011:67 ) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. E. Fungsi Pendidikan Menurut Horton dan Hunt dalam Wikipedia Indonesia, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut: 1.Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah. 2.Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat. 3.Melestarikan kebudayaan. 4.Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi. F. Defenisi Pembelajaran Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. (Mulyasa, 2002:100) Interkasi antara peserta didik dengan lingkungannya, dimana dapa di artikan bahwa tugas guru yang paling utama mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku bagi peserta didik. G. Tujuan Belajar Dan Pembelajara Guru sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses belajar yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya perubahan prilaku dalam diri individu. Sementara keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran. Tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh hasil belajar dan penggalaman hidup, sedangkan tujuan dari pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Walaupun belajar dan pembelajaran memiliki keterkaitan demikian, perlu di ingat bahwa tidak semua proses belajar merupakan pembelajaran. Oleh sebab itu dapat pula di katakan bahwa belajar bersifat internal atau individu. Sedangkan pembelajaran bersifat publik. (Winataputra, 2008:10) Sehubung dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan menerapkan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif. H. Ciri Ciri Belajar Tidak semua perubahan yang terjadi pada peserta didik terjadi karena adanya proses belajar. Jika demikian, apakah ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar ? beriku ini akan di jelaskan cirri-ciri perubahan yang di hasilkan dari proses belajar : 1. Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belaja, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikunya. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperolah sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang di peroleh. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahn yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itutertjadi karena ada tujuan yang akan di capai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar di sadari. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya dia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, perubahan, dan sebagainya (Slameto, 2010:3) F. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan Menurut Bruner (1966: 10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, (1) pengalaman langsung (enactive), pengalaman gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Levie & Levie (1975) memberikan kesimpulah bahwa melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti menginggat, mengenali, dan menginggat kembali serta menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Hal ini memberi dukungan atas konsep dual coding hypothesis (hipotesis koding ganda) dari Paivio (1971) yang mengatakan bahwa ada dua sistem ingtan manusia, satu untuk menggelola simbol-simbol verbal kemudian menyimpanya dalam bentuk proposi image, dan yang lainnya untuk mengelola image nonverbal yang kemudia disimpan dalam bentuk proporsi verbal. (Arsyad, 2008:7-9) G. Defenisi Media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ”tengah”, ”perantara”, atau”pengantar”. Dalam bahasa Arab, Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Sedangkan Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang mebangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. (Arsyad, 2008:3) H. Penggunaan Media Salah satu cirri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa, oleh karena itu perlu dikembangkan lingkungan pembelajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar. Berikut ini akan diuraikan penggunaan dan pengembangan media pembelajaran yang mengikuti taksonomi Leshin (1992) yaitu media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kelompok, dan lain-lain). a. Media Berbasis Manusia Media ini merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirim dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan belajar siswa. b. Media Berbasis Cetakan Pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Media berbasis cetakan akan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong. (Arsyad, 2008:87) c. Media Berbasis Visual Menurut Dr. Nana Sudjana ( 2007: 57 ) Pengajaran berbasis visual adalah setiap gambar, model, benda atau alat-alat lain yang memberikan pengalaman visual yang nyata kepada siswa. Pengajaran visual didasarkan atas asumsi bahwa pengertian-pengertian yang abstrak dapat di sajikan lebih kongret. Alat bantu visual itu bertujuan untuk : a. Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas pengertian atau konsep yang abstrak kepada siswa. b. Mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki. c. Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut Sementara menurut Arsyad (2008:87) bentuk dari visual berupa, (a) gambar representasi seperti lukisan atau foto yang menunjukan bagaimana tampaknya suatu benda, (b) digram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi konsep, (c) peta yang menunjukan hubungan-hubungan ruang antara unsure-unsur dalam isi materi, (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran data atau antarhubungan seperangkat gambar atau angka-angka. Sama seperti media pengajaran lainya, model visual juga mempunyai kelemahan. Menurut Sudarwo ( 1988 : 54 ) kelemahan dari visual ini adalah guru atau pelatih menyerahkan begitu saja pengawasan terhadap kelasnya selama penyajian visual berlangsung, selanjutnya visual hanya bisa diperagakan dengan peralatan yang cocok. Disamping itu penggunaannya mempunyai implikasi dengan biaya. d. Media Berbasis Audiovisual Penggunaan media ini yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audiovisual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak rancangan dan penelitian. e. Media Berbasis Komputer Dewasa ini computer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Penggunaan computer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti proses intruksional sebagai berikut, (1) merencanakan, mengatur, dan mengorganisasikan, dan menjadwalkan pelajaran, (2) mengevaluasi siswa, (3) mengumpulkan data mengenai siswa, (4) melakukan analisis statistik mengenai data pembelajaran, (5) membuat catatan perkembangan pembelajaran. f. Media Berbasis Perpustakaan Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah. Perpustakaan merupakan pusat akademis. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka berupa barang cetakan seperti buku, majalah/jurnal ilmiah, peta, surat kabar, karya-karya tulis, serta bahan-bahan non-cetakan seperti, Micro-fish, micro-film, foto-foto, film, kaset audio/video, lagu dalam piringan hitam, rekaman pidato(documenter), dan lain-lain. oleh karena itu perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang keilmuanbaik untuk tujuan akademismaupun untuk reaksi. Bahan-bahan itu dapat dikelompokan ke dalam tiga jenis, (1) referensi, (2) reserve, (3) pinjaman. (Arsyad, 2008:102) L. Kreatifitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Pendapat yang menyatakan bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau penerusan pengetahuan, sudah ditinggalkan oleh banyak orang. Kini, mengajar dimaknai sebagai perbuatan yang kompleks, yaitu penggunaan secara integrative sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan. Guru yang professional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Dalam mengajar di perlukan keterampilan atau kreativitas yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. (Syaifudin, Udin, 2011:55) M. Metode Pendukung Pembelajaran Kreatifitas Guru Berbicara tentang metode pembelajaran, kita akan di ingatkan tentang bagaimana bagaimana menempatkan posisi diri yang tepat sebagai seorang guru di tengah pembelajaran di kelas. Berikut akan disajikan beberapa metode yang paling banyak memberikan keefektifan dan keberhasilan guru dalam mengajar. Seperti berikut : a. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode tradisional untuk mengajar orang dewasa. Pada hakikatnya di sampaikan dengan bentuk dan gaya otokratis. Metode ini gampang dijalnkan. Karena penceramah hanya menyampaikan informasi. Biasanya pelajar tidak mempunyai banyak kesempatan untuk member tanggapan, pertanyaan dan komentar biasanya baru dapat dilaksanakan setelah ceramah berakhir. Oleh sebab itu, siswa menjadi peserta pasif, dan penceramah tidak banyak mendapatkan umpan balik. b. Metode Demontrasi Pelajaran menuru metode demontrasi ini terdiri dari tiga tahap, (1) tahap pertama dimana member ceramah singkat untuk menerangkan tujuan belajar, (2) tahap pengembangan, dimana terjadi tanya jawab dan aktifitas-aktifitas lain, (3) tahap konsolidasi, dimana bahan pelajaran ditinjau kembali, direvisi, dan di tes. Metode ini dipakai untuk mencapai tujuan kognitif dan psikomotorik. c. Metode Diskusi Metode diskusi kelompok tidak ada defenisi yang tepat. Pada hakekatnya metode ini berpusat pada pelajar, akan tetapi diskusi dapat berpariasi dari diskusi yang tidak terstruktur sampai kepada situasi yang terstruktur, dimana guru bertindak dengan tegas dan secara otokratis, metode diskusi ini selalu berkisar kepada suatu persoalan. d. Metode Tutorial Pada umumnya tutorial dipandang sebagai salah satu usaha pendidikan yang paling bernilai. Namun demikian, strategi ini praktis tidak dapat perhatian dari para peneliti. e. Metode Brain Storming Metode ini dianggap lemah. Strategi ini berdasrkan pendapat bahwa sekelompok manusia dapat mengajukan usul lebih banyak dari anggotanya masing-masing. ( Mukhtar, 2001: 45) N. Ciri Pengembangan Model Pembelajaran Masing-masing metode mempunyai cirri-ciri yang spesifik. Model pengemabngan pada produk cirri-cirinya adalah, (1) Melibatkan beberapa sumber, (2) Tujuan Intruksional secara persial sudah ditentukan, (3) tujuan produksi adalah untuk menghasilkan satu (master produk) dan kalau memungkinkan diperbanyak menjadi beberapa salina program. O. Pendekatan Sistem Dalam Model Pembelajaran Yang Berhasil Sebelum menyusun perencanaan pembelajaran, terlebih dahulu perlu mengenali kedudukan sistem pembelajaran yang ada disekolah. Pengenalan tersebut dimaksudkan agar guru memperoleh informasi yang relevan tentang semua komponen sistem pembelajaran yang ada, yang pada gilirannya dijadikan sebagai bahan untuk merancang sistem pembelajaran yang lebih baru. Usaha pengenalan dapat dilakukan dengan tiga cara, (1) melakukan observasi langsung ke sekolah, (2) melakukan studi kajian terhadap tiap komponen sistem pembelajaran, (3) pendalaman, penguatan, dan perluasan dengan mempelajari berbagai teori yang relevan. (Mukhtar, 2001: 76) P. Peran Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran Yang Berhasil Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral, sebagai innovator dan kooperator (W. Taylor, 1978). Guru sebagai ukuran kognitif adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada generasi muda. Hal-hal yang diwariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial ekonomi dan politik masyarakat bersangkutan. Karena itu guru harus memiliki kreatifitas yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, sehingga materi yang akan disampaikan kepada siswa lebih menarik bagi siswa untuk belajar secara berkesinambungan. Peranan guru sebagai fasilitator belajar bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Implikasinya terjadi pada tugas dan tanggung jawab, dimana guru mengemban peranan dalam proses kelompok, memberikan penyuluhan, dan kreatifitas belajar siswa, guru sebagai perencana berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional, guru sebagai pemimpin dalam kelas sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok dari siswa, guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber, dan guru sebagai pendiagnosa kemajuan belajar siswa, peranan ini erat kaitannya dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa. (Mukhtar, 2001:82-86) Dengan apa yang telah dijelaskan diatas peranan guru sangat besar untuk keberhasilan siswa dalam proses belajar, oleh karena itu seorang guru harus memiliki kreatifitas untuk merancang pembelajaran agar lebih menarik siswa sehingga akan menghasilkan hasil belajar yang memuaskan bagi kedua belah pihak yaitu guru dan siswa. BAB III KESIMPULAN Dari apa yang telah dibahas di bab-bab di atas mengenaii kretifitas guru dalam pembelajaran sangat diperlukan agar memperoleh hasil yang baik. Adanaya berbagai metode dan media pembelajaran yang ada seharusnya hal ini dimanfaatkan oleh guru agar pembelajaran dapat lebih menarik dan meningkatkan pemahaman siswa secara kongret sehingga para siswa dapat mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat serta akan menciptakan manusia yang mempunyai wawasan dan penuh kreatifitas sehingga dapat membangun bangsa Indonesia lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Subana. 2009.Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia Bandung. H.A. Tilaar. 1999. Profesionalisme Guru Abad 21. Makalah Seminar Nasional Temu Lembaga Penelitian, IKIP Yogyakarta. Semiawan. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo. Rajuli, Muhammad. 2012. Problematika Pembelajaran. Unbbari. Kontowijoyo. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Bentang. Arends Richard I. 2007. Learning To Teach. Terjemahan: Helly Prayitno S dan Sri Mulyani S, 2008 Edisi I. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Sudjana, Nana. 2007. Teknologi Pengajaran. Sinar Baru Algensindo MPR RI. 2003. Himpunan Ketetapan MPRS dan MPR RI Berdasarkan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 Pasal 2 Dan 4. MPR RI Winn,W. 1978. Media, Mental Imagery, and Memory. ACTJ vol 28 No. 4 Winter 1978. Terjemahan ali. Rieneka Cipta. Saud, Udin Syaefudin. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Bandung; Alfabeta Mulyasa. E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT Remaja Rosdakarya Bandung. Winataputra, dkk. 2008. Belajar Dan Pembelajaran. PT Rienaka Cipta Slameto. 2002. Belajar; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rieneka Cipta